Senin, 06 September 2010

Cinta, Anugerah Terindah dari Allah

Semua orang punya rasa cinta. Tapi tidak semua bisa menempatkan secara benar.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) suatu saat ingin menolong seorang suami yang bermasalah dengan isterinya. Suami itu bernama Mughits, seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah. Sedang isterinya, Barirah, seorang budak milik Bani Hilal. Ketika itu Barirah dimerdekakan oleh majikannya, sementara Mughits belum.

Karena perbedaan status sosial itu, Barirah memilih berpisah dengan suaminya. Namun, perpisahan itu membuat Mughits sangat sedih. Dengan berlinang air mata, ia memohon kerelaan isterinya untuk tetap hidup bersamanya.

Kejadian itu diperhatikan oleh Rasulullah SAW dan berkata kepada pamannya, Abbas Radhiyallahu ‘anhu (RA), “Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa cinta Mughits pada Barirah dan rasa benci Barirah terhadap Mughits?”

Kemudian beliau berkata pada Barirah, ”Seandainya engkau kembali kepada Mughits?”
Barirah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?”
“Tidak,” kata Rasulullah SAW, “Akan tetapi aku hanya ingin menolongnya.”

“Aku tidak membutuhkannya,” jawab Barirah

Cinta, Anugerah Ilahi
Cinta adalah rasa yang terdalam dalam diri manusia. Ia hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan Allah SWT yang menggenggam hati manusia. Beragam cara yang dilakukan manusia untuk merebut cinta dari sang pujaan hati. Cinta itu akan sia-sia bila rasa cinta belum dianugerahkan kepada si dia untuk kita miliki.
“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan tentram kepadanya. Dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. ” (Ar-Rum [30]: 21).

Dari ayat di atas, jelas bahwa Allahlah yang akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara suami-isteri. Adapun rasa cinta atau sayang antara dua orang yang tidak ada hubungan apa-apa, ia bukanlah cinta yang diridhai Allah SWT. Ia lebih kepada hawa nafsu atau sekadar perasaan yang timbul karena faktor-faktor tertentu. Di antaranya, mungkin seringnya bertemu karena kebetulan satu profesi, satu kantor, teman sekampus dan lain lain. Perlu diketahui bahwa setan tidak akan henti-hentinya menggoda manusia sampai terjerumus kepada dosa.

Tetapi tidak menutup kemungkinan cinta dalam ikatan perkawinan bisa memudar sebagaimana yang terjadi antara Barirah dan Mughits karena beragam sebab. Hanya iman yang kuat yang dapat melanggengkan rasa cinta dalam perkawinan, karena cintanya dilandasi cinta karena Allah SWT.

Namun, dari ayat di atas ini pula orang-orang yang membenci Islam mengartikan kalimat “…Dia menciptakan pasanganmu dari jenismu sendiri …” sebagai pembolehan mencintai dan menikah dengan sesama jenis. Laki-laki menikah dengan laki-laki, perempuan menikah dengan perempuan.
Padahal, arti sebenarnya dari kalimat ini adalah manusia akan menikah dengan manusia, bukan dengan jenis binatang atau bangsa jin.

Tidak ada yang ditimpa bencana dengan penyakit ini sebagaimana di lakukan umat semasa Nabi Luth Alaihisalam, kecuali orang yang dijauhkan dari pandangan Allah SWT, hingga ia terusir dari pintu-Nya dan jauh hatinya dari Allah SWT.

“Dan (Kami telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan syahwatmu (kepada mereka), bukan kepada perempuan, kamu benar benar kaum yang melampaui batas.” (Al-A’raf [7]: 80-81).

Cinta Kasih Suami-Isteri
Rasa cinta yang tumbuh di antara suami- isteri merupakan cinta yang sifatnya fitrah. Tidaklah tercela orang yang senantiasa memiliki rasa cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah. Bahkan hal itu merupakan kesempurnaan yang semestinya disyukuri. Rasulullah SAW sebagai manusia yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugrahi rasa cinta kepada para isterinya. Ketika beliau ditanya oleh sahabatnya yang mulia, ‘Amr ibnul ‘Ash, “Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, ”Aisyah.” Aku (’Amr ibnul ‘Ash) berkata, “Dari kalangan lelaki?”

“Ayahnya (Abu Bakar)!”

Rasulullah SAW juga membela dan memuji Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu ‘anha (RA) ketika ‘Aisyah RA cemburu kepadanya: “Sesungguhnya aku diberi rezeki yaitu mencintainya?”

Perasaan cinta kepada pasangan hidup kita, kadang mengalami gejolak sebagaimana pasang surut yang dialami sebuah kehidupan rumah tangga. Tinggal bagaimana kita menjaga tumbuhnya cinta itu agar tidak layu, terlebih mati.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merawat cinta kasih di antara suami-isteri. Misalnya, dengan menumbuhkan rasa saling mengerti dan memahami sifat dan karakter masing-masing. Tidak ada salahnya bila kita memahami dan mengerti dunia kerja pasangan kita. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling mendukung dan menguatkan bila suatu saat pasangan kita mengalami permasalahan.

Memerhatikan hal-hal yang terkesan remeh, itu juga bisa melanggengkan rasa cinta dihati. Contohnya, menjaga penampilan atau mengucapkan kata-kata romantis pada pasangan kita. Rasulullah SAW berkata, ”Ucapan suami kepada isterinya: ‘Aku mencintaimu’, tak akan pernah hilang dari hati isterinya untuk selamanya.”

Al-Hasan bin Jahm telah meriwayatkan dari Ali bin Musa Al-Ridha, ”Aku pernah melihat Abu Hasan berhias. Lantas aku bertanya: ‘Aku menjadikan diriku sebagai tebusan dirimu. Apakah engkau sedang menghias diri?’ Ia menjawab: ‘Ya, sesungguhnya berhias dan berkeinginan agar tetap tampil indah dipandang mata adalah suatu perbuatan yang dapat menambah kelembutan pada perempuan. Demi Allah, perempuan itu tidak mau memelihara diri disebabkan suaminya tidak mau berhias agar tetap sedap dipandang mata. Sebagian akhlak para nabi ialah menjaga kebersihan, memakai wangi-wangian, mencukur rambut dan banyak mencampuri isteri mereka.”

Cinta Sesungguhnya
Cinta yang senantiasa terpelihara mesra dengan pasangan kita adalah anugerah yang terindah. Namun, hendaknya kita bisa menempatkan cinta itu pada tempat yang semestinya. Jangan sampai cinta pada belahan hati melupakan cinta yang seharusnya lebih kita utamakan, yaitu cinta kepada yang mempunyai cinta, Allah SWT. Tidak sedikit manusia yang lalai atau terjerumus karena cinta. Cinta kepada manusia tidak akan berlangsung lama. Maka cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang abadi.

“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik?” (At-Taubah [9]: 24). *Sri Lestari, ibu rumah tangga tinggal di Yogyakarta. SUARA HIDAYATULLAH, MEI 2009

Sabtu, 31 Juli 2010

Mawaddah, Mahabbah dan Rahmah dalam Kehidupan Sepasang Insan

Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah

Perasaan cinta kepada pasangan hidup kita terkadang mengalami gejolak sebagaimana pasang surut yang dialami sebuah kehidupan rumah tangga. Tinggal bagaimana kita menjaga tumbuhan cinta itu agar tidak layu terlebih mati.

Satu dari sekian tanda kebesaran-Nya yang agung, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan anak Adam ‘alaihissalam memiliki pasangan hidup dari jenis mereka sendiri, sebagaimana kenikmatan yang dianugerahkan kepada bapak mereka Adam ‘alaihissalam. Di saat awal-awal menghuni surga, bersamaan dengan limpahan kenikmatan hidup yang diberikan kepadanya, Adam ‘alaihissalam hidup sendiri tanpa teman dari jenisnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pun melengkapi kebahagiaan Adam dengan menciptakan Hawa sebagai teman hidupnya, yang akan menyertai hari-harinya di surga nan indah.

Hingga akhirnya dengan ketetapan takdir yang penuh hikmah, keduanya diturunkan ke bumi untuk memakmurkan negeri yang kosong dari jenis manusia (karena merekalah manusia pertama yang menghuni bumi). Keduanya sempat berpisah selama beberapa lama karena diturunkan pada tempat yang berbeda di bumi (Al-Bidayah wan Nihayah, 1/81). Mereka didera derita dan sepi sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mempertemukan mereka kembali.

Demikianlah Allah Subhanahu wa Ta’ala menutup “sepi” hidup seorang lelaki keturunan Adam dengan memberi istri-istri sebagai pasangan hidupnya. Dia Yang Maha Agung berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-Ruum: 21)

Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan seorang istri dari keturunan anak manusia, yang asalnya dari jenis laki-laki itu sendiri, agar para suami merasa tenang dan memiliki kecenderungan terhadap pasangan mereka. Karena, pasangan yang berasal dari satu jenis termasuk faktor yang menumbuhkan adanya keteraturan dan saling mengenal, sebagaimana perbedaan merupakan penyebab perpisahan dan saling menjauh. (Ruhul Ma’ani, 11/265)

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا

Dialah yang menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan Dia jadikan dari jiwa yang satu itu pasangannya agar ia merasa tenang kepadanya…” (Al-A’raf: 189)

Kata Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu: “Yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah Hawa. Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakannya dari Adam, dari tulang rusuk kirinya yang paling pendek. Seandainya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan anak Adam semuanya lelaki sedangkan wanita diciptakan dari jenis lain, bisa dari jenis jin atau hewan, niscaya tidak akan tercapai kesatuan hati di antara mereka dengan pasangannya. Bahkan sebaliknya, akan saling menjauh. Namun termasuk kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak Adam, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan istri-istri atau pasangan hidup mereka dari jenis mereka sendiri, dan Allah Subhanahu wa Ta’ala tumbuhkan mawaddah yaitu cinta dan rahmah yakni kasih sayang. Karena seorang lelaki atau suami, ia akan senantiasa menjaga istrinya agar tetap dalam ikatan pernikahan dengannya. Bisa karena ia mencintai istrinya tersebut, karena kasihan kepada istrinya yang telah melahirkan anak untuknya, atau karena si istri membutuhkannya dari sisi kebutuhan belanja (biaya hidupnya), atau karena kedekatan di antara keduanya, dan sebagainya.” (Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir, hal. 1052)

Mawaddah dan rahmah ini muncul karena di dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan dua perasaan tersebut. Dengan adanya seorang istri, suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik mereka. Di samping itu, ia merasakan ketenangan, kedekatan dan kecenderungan kepada istrinya. Sehingga secara umum tidak didapatkan mawaddah dan rahmah di antara sesama manusia sebagaimana mawaddah dan rahmah yang ada di antara suami istri. (Taisir Al-Karimir Rahman, hal. 639)

Allah Subhanahu wa Ta’ala tumbuhkan mawaddah dan rahmah tersebut setelah pernikahan dua insan. Padahal mungkin sebelumnya pasangan itu tidak saling mengenal dan tidak ada hubungan yang mungkin menyebabkan adanya kasih sayang, baik berupa hubungan kekerabatan ataupun hubungan rahim. Al-Hasan Al-Bashri, Mujahid, dan ‘Ikrimah rahimuhumullah berkata: “Mawaddah adalah ibarat/kiasan dari nikah (jima‘) sedangkan rahmah adalah ibarat/kiasan dari anak.” Adapula yang berpendapat, mawaddah adalah cinta seorang suami kepada istrinya, sedangkan rahmah adalah kasih sayang suami kepada istrinya agar istrinya tidak ditimpa kejelekan. (Ruhul Ma’ani 11/265, Fathul Qadir 4/263)

Cinta Suami Istri adalah Anugerah Ilahi

Rasa cinta yang tumbuh di antara suami istri adalah anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada keduanya, dan ini merupakan cinta yang sifatnya tabiat. Tidaklah tercela orang yang senantiasa memiliki rasa cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah. Bahkan hal itu merupakan kesempurnaan yang semestinya disyukuri. Namun tentunya selama tidak melalaikan dari berdzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ. وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari zikir/mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-Munafiqun: 9)

رِجَالٌ لاَ تُلْهِِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ

Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah… (An-Nur: 37) (Ad-Da`u wad Dawa`, Ibnul Qayyim, hal. 293, 363)

Juga, cinta yang merupakan tabiat manusia ini tidaklah tercela selama tidak menyibukkan hati seseorang dari kecintaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Dzat yang sepantasnya mendapat kecintaan tertinggi. Karena Dia Yang Maha Agung mengancam dalam firman-Nya:

قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ

Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 24)

Kecintaan kepada Istri

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugerahi rasa cinta kepada para istrinya. Beliau nyatakan dalam sabdanya:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُنْيَا النِّسَاءُ وَ الطِّيْبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ

Dicintakan kepadaku dari dunia kalian1, para wanita (istri) dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat.”2

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya oleh shahabatnya yang mulia, ‘Amr ibnul ‘Ash radhiallahu ‘anhu:

أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: عَائِشَةُ. فَقُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ : أَبُوْهَا

“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab: “Aisyah.”
Aku (‘Amr ibnul Ash) berkata: “Dari kalangan lelaki?”
“Ayahnya (Abu Bakar),” jawab beliau.3

Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata membela dan memuji Khadijah bintu Khuwailid radhiallahu ‘anha ketika ‘Aisyah radhiallahu ‘anha cemburu kepadanya:

إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا

Sesungguhnya aku diberi rizki yaitu mencintainya.” 4

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun pernah ingin menjadi perantara dan penolong seorang suami yang sangat mencintai istrinya untuk tetap mempertahankan istri yang dicintainya dalam ikatan pernikahan dengannya. Namun si wanita enggan dan tetap memilih untuk berpisah, sebagaimana kisah Mughits dan Barirah. Barirah5 adalah seorang sahaya milik salah seorang dari Bani Hilal. Sedangkan suaminya Mughits adalah seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah. Barirah pada akhirnya merdeka, sementara suaminya masih berstatus budak. Ia pun memilih berpisah dengan suaminya diiringi kesedihan Mughits atas perpisahan itu. Hingga terlihat Mughits berjalan di belakang Barirah sembari berlinangan air mata hingga membasahi jenggotnya, memohon kerelaan Barirah untuk tetap hidup bersamanya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada paman beliau, Al-’Abbas radhiallahu ‘anhu:

يَا عَبَّاسُ, أَلاَ تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيْثٍ بَرِيْرَةَ، وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةَ مُغِيْثًا؟ فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ رَاجَعْتِهِ. قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ. قَالَتْ: لاَ حَاجَةَ لِي فِيْهِ

Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa cinta Mughits pada Barirah dan rasa benci Barirah terhadap Mughits?”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Barirah: “Seandainya engkau kembali kepada Mughits.” Barirah bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkan aku?”
Tidak,” kata Rasulullah, “Akan tetapi aku hanya ingin menolongnya.”
“Aku tidak membutuhkannya,” jawab Barirah.6

Tiga Macam Cinta Menurut Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullahu

Perlu diketahui oleh sepasang suami istri, menurut Al-Imam Al-’Allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakar yang lebih dikenal dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullahu, ada tiga macam cinta dari seorang insan kepada insan lainnya:

Pertama: Cinta asmara yang merupakan amal ketaatan. Yaitu cinta seorang suami kepada istri atau budak wanita yang dimilikinya. Ini adalah cinta yang bermanfaat. Karena akan mengantarkan kepada tujuan yang disyariatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam pernikahan, akan menahan pandangan dari yang haram dan mencegah jiwa/hati dari melihat kepada selain istrinya. Karena itulah, cinta seperti ini dipuji di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan di sisi manusia.

Kedua: Cinta asmara yang dibenci Allah Subhanahu wa Ta’ala dan akan menjauhkan dari rahmat-Nya. Bahkan cinta ini paling berbahaya bagi agama dan dunia seorang hamba. Yaitu cinta kepada sesama jenis, seorang lelaki mencintai lelaki lain (homo) atau seorang wanita mencintai sesama wanita (lesbian). Tidak ada yang ditimpa bala dengan penyakit ini kecuali orang yang dijatuhkan dari pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, hingga ia terusir dari pintu-Nya dan jauh hatinya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Penyakit ini merupakan penghalang terbesar yang memutuskan seorang hamba dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Cinta yang merupakan musibah ini merupakan tabiat kaum nabi Luth ‘alaihissalam hingga mereka lebih cenderung kepada sesama jenis daripada pasangan hidup yang Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan untuk mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan:

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ

Demi umurmu (ya Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan.” (Al-Hijr: 72)

Obat dari penyakit ini adalah minta tolong kepada Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, berlindung kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, menyibukkan diri dengan berdzikir/mengingat-Nya, mengganti rasa itu dengan cinta kepada-Nya dan mendekati-Nya, memikirkan pedihnya akibat yang diterima karena cinta petaka itu dan hilangnya kelezatan karena cinta itu. Bila seseorang membiarkan jiwanya tenggelam dalam cinta ini, maka silahkan ia bertakbir seperti takbir dalam shalat jenazah7. Dan hendaklah ia mengetahui bahwa musibah dan petaka telah menyelimuti dan menyelubunginya.

Ketiga: Cinta yang mubah yang datang tanpa dapat dikuasai. Seperti ketika seorang lelaki diceritakan tentang sosok wanita yang jelita lalu tumbuh rasa suka di hatinya. Atau ia melihat wanita cantik secara tidak sengaja hingga hatinya terpikat. Namun rasa suka/ cinta itu tidak mengantarnya untuk berbuat maksiat. Datangnya begitu saja tanpa disengaja, sehingga ia tidak diberi hukuman karena perasaannya itu. Tindakan yang paling bermanfaat untuk dilakukan adalah menolak perasaan itu dan menyibukkan diri dengan perkara yang lebih bermanfaat. Ia wajib menyembunyikan perasaan tersebut, menjaga kehormatan dirinya (menjaga ‘iffah) dan bersabar. Bila ia berbuat demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala akan memberinya pahala dan menggantinya dengan perkara yang lebih baik karena ia bersabar karena Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menjaga ‘iffah-nya. Juga karena ia meninggalkan untuk menaati hawa nafsunya dengan lebih mengutamakan keridlaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan ganjaran yang ada di sisi-Nya. (Ad-Da`u wad Dawa`, hal. 370-371)

Bila cinta kepada pasangan hidup, kepada suami atau kepada istri, merupakan perkara kebaikan, maka apa kiranya yang mencegah seorang suami atau seorang istri untuk mencintai, atau paling tidak belajar mencintai teman hidupnya?
Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.

Catatan kaki:

1 Tiga perkara ini (wanita, minyak wangi dan shalat) dinyatakan termasuk dari dunia. Maknanya adalah: ketiganya ada di dunia. Kesimpulannya, beliau menyatakan bahwa dicintakan kepadaku di alam ini tiga perkara, dua yang awal (wanita dan minyak wangi) termasuk perkara tabiat duniawi, sedangkan yang ketiga (shalat) termasuk perkara diniyyah (agama). (Catatan kaki Misykatul Mashabih 4/1957, yang diringkas dari Al-Lam’aat, Abdul Haq Ad-Dahlawi)
2 HR. Ahmad 3/128, 199, 285, An-Nasa`i no. 3939 kitab ‘Isyratun Nisa’ bab Hubbun Nisa`. Dihasankan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i rahimahullahu dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain (1/82)
3 HR. Al-Bukhari no. 3662, kitab Fadha`il Ashabun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bab Qaulin Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Lau Kuntu Muttakhidzan Khalilan” dan Muslim no. 6127 kitab Fadha`ilush Shahabah, bab Min Fadha`il Abi Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu.
4 HR. Muslim no. 6228 kitab Fadha`ilus Shahabah, bab Fadha`il Khadijah Ummul Mu`minin radhiallahu ‘anha
5 Disebutkan bahwa Barirah memiliki paras yang cantik, tidak berkulit hitam. Beda halnya dengan Mughits, suaminya. Barirah menikah dengan Mughits dalam keadaan ia tidak menyukai suaminya. Dan ini tampak ketika Barirah telah merdeka, ia memilih berpisah dengan suaminya yang masih berstatus budak. Dimungkinkan ketika masih terikat dalam pernikahan dengan suaminya, Barirah memilih bersabar di atas hukum Allah Subhanahu wa Ta’ala walaupun ia tidak menyukai suaminya. Dan ia tetap tidak menampakkan pergaulan yang buruk kepada suaminya sampai akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kelapangan dan jalan keluar baginya. (Fathul Bari, 9/514)
6 Lihat hadits dalam Shahih Al-Bukhari no. 5280-5282, kitab Ath-Thalaq, bab Khiyarul Amati Tahtal ‘Abd dan no. 5283, bab Syafa’atun Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam fi Zauji Barirah.
7 Artinya dia telah mati

(Sumber: Majalah Asy Syariahh No. 24/II/1427 H/2006 halaman 78 s.d. 81, judul: Mawaddah, Mahabbah & Rahmah dalam Kehidupan Sepasang Insan, penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah, URL sumber: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=368)

Senin, 26 Juli 2010

Seputar Ujian Di Kehidupan Kita

Ujian dari Allah Lewat Pendamping Hidup.

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), bagi mereka laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi kepada mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).”
(QS An Nuur [24] : 23-25)

“(Pada hari pembalasan itu / akhirat) Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”
(QS An Nuur [24] : 26)

Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan sebaliknya, begitu seterusnya. Lalu, mengapa Al Qur’an menuturkan pula bahwa ada hamba-hamba Allah yang sangat shaleh, yakni Nuh As dan Luth As, memiliki istri yang durhaka kepada Allah SWT. Juga wanita shalehah seperti Asiyah, ternyata bersuamikan Fir’aun, orang yang sangat ingkar kepada Allah SWT. Walaupun, ada juga yang keduanya shaleh, seperti Rasul SAW dan istri-istrinya. Dan ada yang keduanya durhaka, seperti Abu Jahal dan istrinya.

Bila kita telaah lebih jauh, surat An Nuur ayat 26 diatas ternyata diawali oleh ayat-ayat (23-25) yang menceritakan tentang balasan kehidupan di akhirat kelak. Artinya, kondisi pada ayat 26 tersebut hanyalah berlaku di akhirat, tidak berlaku untuk kondisi di dunia.

Buktinya, dalam kehidupan nyata sehari-hari pun, tak bisa kita pungkiri bahwa tak sedikit wanita shalehah yang memiliki suami yang tidak shaleh atau sebaliknya. Maha Suci Allah dari berbuat dzalim. Dunia memang diciptakan Allah hanyalah sebagai tempat untuk menguji manusia, apakah kita hamba Allah atau bukan, bertakwa atau tidak, layak memasuki surga atau tidak. Karena itu, karakter pasangan seperti apapun yang ditakdirkan Allah untuk kita, maka hal itu pun merupakan ujian bagi kita.

Karena dunia ini hanyalah tempat ujian, bukan tempat pembalasan amal perbuatan, maka keadilan memang tak selalu ada di dunia. Berbeda dengan kehidupan akhirat, perbuatan baik atau buruk sekecil apapun yang kita lakukan di dunia pasti akan dibalas dengan seadil-adilnya oleh Allah Yang Maha Adil di akhirat kelak.

Justru, salah satu ujian di dunia ini adalah bagaimana kita menyikapi ujian lewat pendamping hidup kita yang masih jauh dari Allah. Ini merupakan salah satu cara untuk menentukan siapa yang tetap teguh pada kebaikan dan siapa yang menyimpang dari jalan-Nya.

Selain itu, dalam perbincangan seputar memilih pendamping hidup pun, seringkali diungkapkan bahwa, “Bila kita menginginkan pasangan yang shaleh, maka kita harus memperbaiki diri terlebih dahulu agar menjadi wanita shalehah. Harapannya, agar kita bisa mendapatkan pasangan yang shaleh pula.”

Tidak salah ungkapan terebut, hanya saja upaya untuk membentuk karakter shalehah dalam diri bukan sekadar agar mendapatkan pasangan yang shaleh, tapi harus ditujukan semata-mata untuk menghambakan diri kepada Allah SWT, karena sudah selayaknya setiap mahluk di langit dan di bumi tunduk dan patuh kepada-Nya.

Ungkapan diatas bisa jadi dilatarbelakangi karena memahami Surat An Nuur ayat 26 (yang menyebutkan bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan wanita yang keji untuk laki-laki yang keji) sebagai suatu kondisi yang juga akan terjadi juga dalam kehidupan di dunia, padahal tidak demikian halnya.

Semoga Allah SWT menuntun kita agar menjadi seorang muslim yang shaleh dan shalehah, menjadi hamba Allah yang senantiasa memurnikan ketaaatan kepada-Nya. Wallahu’alam.

Minggu, 18 Juli 2010

SENAM FANTASI

Permainan ini tidak membutuhkan alat. Anda hanya butuh untuk duduk bersila bersama dengan anak-anak atau murid-murid Anda secara melingkar. Minta mereka untuk memejamkan mata dan membayangkan seperti apa yang Anda katakan. Mereka boleh saja menjawab pertanyaan Anda, namun dengan syarat mereka tidak boleh membuka mata sampai Anda memintanya.

Anda bisa mengambil sebuah topik. Misalkan, tentang berjalan-jalan ke hutan.

“Kita berjalan-jalan ke hutan. Ada banyak pohon yang tinggi disana. Lihat! Ada pohon apa saja yang kamu lihat?”

“Oh, ya, ya…ada pohon apel disana…Bisa kamu lihat apa warna apel itu? Kamu bisa mengambilnya? Apa rasanya?”

“Lalu kita berjalan lagi, jauh…dan, stop! Lihat disana, itu pohon yang ada di ujung sana! Besar sekali bukan? Ayo kita ke pohon itu!”

“wow…subhanallah…besar sekali, ya? Bisakah kamu mengulurkan tanganmu untuk memeluknya??”

“Uuupps…! Ada kelapa yang jatuh! Bagaimana bunyinya?”

“Yaa…BUMM!! Kelapa jatuh…oh, awas, ada daun-daun yang berjatuhan! Kemana dia akan jatuh ya? Ke tanah? Atau ke langit?”

“Oke…matahari sudah hampir tenggelam sekarang, ayo kita pulang, dan kalian boleh membuka mata.”

Seperti itulah kira-kira. Permainan ini dikembangkan untuk melatih kemampuan anak berkreasi dan berimajinasi. Anda dapat memilih topik lain yang menarik bagi mereka.

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK UMUR 3 – 4 TAHUN

A. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 4 tahun.

1. Gerak kasar : Berjalan jinjit
2. Gerak halus : Meniru membuat gambar lingkaran.
3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan: Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.
4. Bergaul dan mandiri : Mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.
B. Stimulasi perkembangan yang perlu diberikan :

1. Melatih anak berjalan mengikuti garis lurus.
Latihlah anak berjalan mengikuti garis lurus, misalnya sepanjang garis pada lantai. tunjukkan bagaimana menggunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan.

2. Membantu anak belajar melompat dengan satu kaki.
Ajarilah anak melompat dengan satu kaki seperti pada waktu main engklek. Mula-mula anak perlu dipegang tangannnya. Lama-kelamaan biarkan ia melakukannya sendiri.

3. Membantu anak belajar melempar benda kecil ke atas.
Ambillah benda kecil yang ringan, kemudian tunjukkan cara melemparkan benda tersebut ke atas dan cara menjatuhkan benda ke dalam kaleng.

4. Membantu anak belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar tempel. Tunjukkan kepada anak cara mengunting gambar dari majalah/koran/buku bekas. Ajarilah anak untuk menyusun dan menempelkan gambar tersebut pada kertas, sehingga membentuk suatu urutan cerita.

5. Melatih anak belajar “menjahit”
Tempelkan sebuah gambar pada karton. Lubangilah karton tersebut dengan sebuah paku disekeliling gambar tersebut. Ambillah tali sepatu/tali rafia yang salah satu ujungnya telah disimpulkan. MAsukkan ujung lainnya ke dalam lubang-lubang tersebut menyerupai gerakan menjahit. MIntalah anak untuk menirukannya.

6. Mintalah anak menggambar dan menulis.

Tunjukkan kepada anak cara membuat garis dan bulatan menjadi gambar rumah, tonggak, matahari, bulan dan sebagainya. Tunjukkan pula cara menulis huruf dan angka, serta menulis namanya. LAtihlah agar ia sedikit demi sedikit dapat menggambar dan menulis.

7. Melatih anak mengenal huruf dan angka
Untuk membantu anak mengenal huruf dan angka, buatlah potongan-potongan karton sebesar kartu. Tuliskan angka 1 – 10 dan huruf A, B, C dan seterusnya pada potongan-potongan karton tersebut satu persatu, dan ajarkan cara menyebutnya. Mintalah kepadanya untuk mencari dan menemukan tulisan yang sama di majalah/koran/buku. latihlah anak, sampai ia mengenal semua huruf dan angka dengan baik.

8. Melatih anak mengenal bentuk dan warna

Sediakan kertas berwarna, karton, gunting, dan lem. guntinglah kertas berwarna menjadi bentuk, misalnya segitiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya. BIcarakanlah dengan anak mengenai perbedaan bentuk dan warna, serta tunjukkan cara membuat gambar tempel. Mintalah anak menempelkan bentuk berwarna tersebut pada karton.

9. Memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan tentang dirinya, dan mengetahui urutan cerita.

Buatlah anak agar ia mau menceritakan kejadian yang dialaminya dan apa yang dilihatnya. Bantulah anak dengan lebih dahulu menceritakanya, kemudian mintalah ia melanjutkannya menurut urutanya.

10. Melatih anak mengenal perbandingan.
Ajarkan kepada anak membandingkan sifat benda, misalnya lebih panjang, lebih pendek, lebih besar, lebih muda, dan sebagainya.

11.Mengajari anak mengenal lawan kata.
Sebutkan beberapa kata yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari, misanya : panas, panjang, luas, dsb. Mintalah anak menyebutkan lawan katanya.

12. Membantu anak belajar mandi dan mengeringkan tubuhnya.

Ajari anak cara mandi sendiri dengan sabun, membilas tubuh, dan mengeringkan dengan handuk.

13. Mengajak anak mengikuti kegiatan memasak, dan memberi kesempatan untuk bertanya.
Ajaklah anak untuk membantu memasak di dapur. berilah ia pekerjaan yang mudah dan tidak berbahaya, seperti menimbang, mengaduk, membubuhkan gula, dsb. Bicarakanlah apa yang sedang dikerjakan bersama, dan beri kesempatan kepada anak untuk bertanya.

14.Melatih anak untuk bisa mengatasi kesedihan dan kekecewaan.
Bujuklah dan tenangkanlah anak ketika ia menangis atau kecewa dengan cara membelainya dan berbicara kepadanya dengan lembut mengenai apa yang dirasakannya.

15.Membantu anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mencium tangan dansebagainya.
Ajarkanlah dan tunjukkanlah kepada anak sikap sopan santun, misalnya menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terimakasih, mencium tangan, berdoa, dan sebagainya.

Rabu, 30 Juni 2010

Tentang Bisul

Ini hal sepele yang kerap diderita anak tapi sering bikin kita jengkel.
Habis, baru sembuh sebentar, eh sudah muncul lagi.
Pasti anak Ibu banyak makan telur, makanya bisulan." Begitu, kan, komentar
yang sering kita dengar? Padahal, itu sama sekali tak benar! "Itu cuma
mitos," ujar dr. Titi Lestari Sugito, SpKK. "Enggak ada kaitannya, kok,
antara telur dan bisulan," lanjut dokter spesialis kulit dan kelamin RSUPN
Ciptomangunkusumo ini.

Justru telur adalah makanan bergizi. "Telur itu, kan, mengandung protein.
Jadi, boleh diberikan kepada anak," tandas Titi. Bukankah kecukupan gizi
yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik? Lantas,
apa, dong, sebenarnya yang membikin bisul?

LINGKUNGAN KURANG BERSIH
Bisul atau bisulan (kalau jumlahnya banyak) yang dalam bahasa kedokteran
disebut furunkel, seperti dituturkan Titi, merupakan radang atau infeksi
yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus. "Bisul bisa
menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling
sering diserang adalah bayi dan anak-anak." Lo, kok, begitu?
Seperti kita ketahui, faktor kebersihan memegang peranan penting dalam
terjadi-tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan
mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan dunia bermain,
termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi habis main
si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau
kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya,
susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul," ujar Titi.
Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang
ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal, terang
Titi, garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan masuknya
kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang sering berkeringat,
apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan."
Umumnya bisulan pada bayi dan anak-anak ditemui di daerah-daerah yang
banyak berkeringat seperti di muka, punggung, lipatan-lipatan paha dan
sebagainya. Dengan demikian, daerah-daerah tersebutlah yang paling sering
digaruk oleh anak atau mendapatkan gesekan, sehingga pertahanan kulit akan
terganggu dan mudah terjadi infeksi. Apalagi kulit bayi dan anak-anak
masih tipis dan cukup rentan.
Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Sebab, seperti dikatakan Titi,
gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi timbulnya infeksi. "Bila gizi
kurang berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan mempermudah
timbulnya infeksi," jelasnya. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak,
kekebalan tubuhnya memang masih kurang dibandingkan orang dewasa.

MEMERAH DAN BENGKAK
Orang tua bisanya kurang tanggap terhadap gejala munculnya bisul. Entah
lantaran kurang perhatian atau memang tak tahu seperti apa gejala bisul.
Maklumlah, gejala awalnya hanya terlihat semacam bintil merah, baru
kemudian membesar dan bahkan terkadang ditemui abses atau bernanah.
"Proses membesarnya bisul merupakan proses imflamasi atau radang. Jadi,
ada suatu mekanisme atau reaksi dari tubuh terhadap adanya kuman di daerah
tersebut," jelas Titi.
Warna memerah dan bengkak merupakan tanda bahwa tubuh memberikan suatu
respon dengan berusaha mendatangkan sel-sel radang di sekitarnya untuk
mematikan kuman dan mengeluarkan kuman tersebut. Lamanya proses membesar
tergantung dari respons imunologis yang dimiliki orang tersebut. Bila
responsnya baik, maka makin cepat pula sembuhnya.
Menurut Titi, sebetulnya gejala bisul tak selalu sampai bernanah. Kalau
toh akhirnya bernanah, itu pertanda bahwa pertahanan tubuh kurang atau
lantaran infeksi tersebut tak segera ditangani. "Tapi bila pertahanan
tubuh baik atau infeksinya segera diobati, misalnya pemberian antibiotik,
maka tak akan sampai abses. Biasanya bisul cuma memerah dan kemudian
mengecil sendiri." Nah, pada anak-anak, karena pertahanan tubuhnya masih
kurang, mau tak mau bisul harus diobati.
Biasanya gejala bisul disertai rasa nyeri akibat radang atau infeksinya.
Apalagi kalau bisul semakin besar. Tubuh yang tak bisa mengatasi akan
mengakibatkan bisul yang timbul menjadi banyak dan bernanah, sehingga
terjadilah penyebaran kuman yang tak hanya di satu lokasi saja.
Penyebarannya juga bisa lewat darah atau kelenjar getah bening, "Tapi itu
jarang sekali terjadi," ujar Titi.
Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit
menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan
kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut
bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang
sekali."

JANGAN DIPENCET
Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai
istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul jangan
sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah
dan banyak lagi. Kulit bisa berongga," terang Titi.
Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan biasanya
bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk
salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan
jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit
karena dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi,
jika sudah membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat
antibiotik yang diminumkan juga.
Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri
staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap
penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya
tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu,
anjur Titi, lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim
yang dikeluarkan kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga
merupakan salah satu obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.
Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya dokter
akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan
lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan
akan berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan
dipencet, penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang.
"Bekas pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau
yang lebih tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada
anak kulitnya masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali
karena jaringannya yang rusak akan membekas," jelas Titi.
Memang, sih, kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan untuk mengoreksi
bekas luka tersebut dengan operasi. Tapi hal tersebut sangat tergantung
pada jaringan parut yang ditimbulkannya. Disamping tentunya memerlukan
biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan mengobati bisulnya itu sendiri.

Untuk mencegah berulangnya kembali bisul pada anak, dianjurkan agar selalu
menjaga kebersihan, baik kebersihan diri si anak maupun lingkungannya.
Memang, bila dibandingkan sepuluh tahun lalu, masih banyak ditemui bisulan
pada bayi dan anak-anak. "Sekarang ini sudah jauh berkurang. Mungkin
karena faktor pendidikan, ekonomi dan gizi yang sudah lebih baik," kata
Titi.

BISUL BUKAN GARA-GARA HOBI MAKAN TELUR
Selama ini ada anggapan anak yang kebanyakan makan telur akan gampang
bisulan. Betulkah telur memicu bisul?
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa angka terjadinya bisulan di
Jakarta mencapai 26% dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001. Angka
itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit berat dan sebagian di
antaranya dapat sembuh sendiri. "Masyarakat yang tinggal di daerah padat,
sangat rentan terhadap bisul," tandas dr. Susmeiati H. Sabardi, SpKK dari
Bagian Kulit dan Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta. Bisul berada di
urutan ketiga dari jenis-jenis peradangan kulit yang paling sering
dijumpai.

APA SIH BISUL ITU?
Bisul sendiri sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Jadi, lain daerah bisa
lain pula menyebutnya. Akan tetapi secara medis, "Bisul adalah suatu
peradangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel rambut dan disebabkan
oleh kuman staphylococcus aureus," papar dokter yang akrab disapa Susi
ini.

Dari jenis-jenisnya, secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:
* Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut
saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi
2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih
dalam lagi disebut profunda.

* Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya.
Biasanya jumlahnya hanya satu.

* Furunkel losis
Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkel-nya lebih dari satu.

* Karbunkel
Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis
diistilahkan sebagai karbunkel.

* Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak,
bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul
jenis ini paling banyak menyerang anak-anak.

* Hidra adinitis
Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul
tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini
diistilahkan sebagai hidra adinitis.

* Skrofulo derma
Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah
bening karena penyakit TBC.

CERMATI GEJALANYA
Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menganggapnya
sama saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang gejala yang
dimunculkan memang mirip.

- Gatal-gatal

Bila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul
biasanya berupa gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.

- Nyeri

Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya
juga disertai nyeri.

- Berbentuk kerucut dan "bermata"

Bisul jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata
yang mudah pecah dan mengeluarkan cairan dari dalamnya.

- Berbentuk kubah

Sedangkan bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk
bulat seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul
jenis ini biasanya tidak mudah pecah.

- Demam

Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam.

HINDARI PEMICUNYA
Sekali lagi, bisul bukanlah alergi dimana ada unsur genetik/keturunan yang
menyebabkannya kambuh. "Menurut literatur tidak ada orang yang mempunyai
bakat bisulan," jelas Susi. Namun pada beberapa kasus, ada juga orang yang
mempunyai kecenderungan bisulan berulang. "Biasanya orang-orang dengan
penyakit tertentu, seperti diabetes, lebih mudah bisulan dan setelah
sembuh pun dengan mudah akan muncul lagi," lanjutnya.

Secara garis besar ada 3 pemicu munculnya bisul, yaitu:

- Faktor kebersihan
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih
berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang
tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor
kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat,
walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi kalau jarang mandi dan
membersihkan badan, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang.

- Daerah tropis
Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas
sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi
salah satu pemicu munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada
kelenjar keringat.

- Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit
keganasan seperti kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan
sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu tak muncul sendirian, melainkan ada
beberapa sekaligus. "Misalnya karena selalu berkeringat kemudian muncul
biang keringat. Karena gatal, lalu digaruk, ditambah lagi kebersihannya
jelek dan gizinya pun rendah, akhirnya jadi bisul. Begitu seterusnya,"
jelas Susi.

Jadi, tidak benar anggapan sebagian masyakarat yang menyebutkan bisulan
gara-gara banyak makan telur. "Kalau memang sudah ada faktor pemicunya,
mau makan telur atau tidak ya tetap saja bisulan," tandas Susi.

Setelah bisulan pun sebetulnya tidak ada pantangan terhadap makanan
tertentu, termasuk telur. Yang jelas pola makan memang haruslah seimbang.
Pesannya, "Jangan makan telur terlalu banyak, terlepas apakah akan bisulan
atau tidak."

Menurut Susi bisul bisa saja muncul sejak bayi, meski bukan bayi baru
lahir. Ibu-ibu, terutama yang baru punya anak pertama, umumnya takut
memandikan dan mengeramasi bayinya. "Padahal bayi juga sudah berkeringat.
Terlebih kalau bayi dibobok dengan segala macam minyak penghangat yang
tentu jadi lahan subur untuk berkembang biaknya kuman. Nah, kondisi kulit
yang seperti ini juga bisa menjadi penyebab bisulan."

Yang tak kalah penting, bisul juga bisa menular. Kontak langsung bisul
dengan kulit apalagi bila ada goresan meskipun kecil (mikro trauma) dapat
menyebabkan kuman berpindah tempat. Tapi kalau tidak ada luka,
kebersihannya terjaga dan daya tahan tubuh sedang bagus, tidak akan
terjadi penularan.

Selain kontak langsung, bisul juga bisa menular melalui kontak tidak
langsung. Seperti pemakaian handuk bersama, seprei, baju dan sebagainya.
Begitu juga dengan tempat umum, seperti perosotan, kolam mandi bola, dan
mainan sejenisnya yang memungkinkan sebagai ajang penularan kuman.

Mungkinkah ada orang yang seumur hidup tidak pernah bisulan? "Sebenarnya
bukan tidak pernah," ungkap Susi. Bisa jadi bisul itu hanya kecil
sementara yang bersangkutan selalu menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungannya ditambah lagi daya tahan tubuhnya memang bagus "Hingga bisul
itu selalu sembuh dengan sendirinya. Nah, karena selalu sembuh sendiri
itulah seakan-akan ia tidak pernah bisulan sama sekali."

PAHAMI PENANGANANNYA
Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya jangan digaruk,
karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk. Makanya, kalau
sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan kebersihan lebih saksama
supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul kecil di daerah
permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya
terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan digaruk
supaya di situ tidak terjadi peradangan.
Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah pecah biasanya
akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Misalnya bisul yang
muncul di lipatan lengan, lipatan paha, kaki dan sebagainya akan mudah
pecah tergesek baju maupun anggota badan lainnya.

Bila bisul terus membesar atau timbul radang dan badan mulai terasa tidak
nyaman, sebaiknya segeralah bawa anak ke dokter. "Oleh dokter ia akan
diberikan krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral,
tergantung pada kondisi bisulnya," ujar Susi. Antibiotik itu bertujuan
untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya akan kempes
dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang berfungsi untuk
mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman di daerah sekitar bisul.

Kebiasaan sebagian masyarakat yang berusaha memecahkan bisul dengan paksa,
sangat tidak disarankan. "Sebaiknya bisul jangan dipencet-pencet karena
bisa memperparah keadaan." Obat-obat bisul yang banyak beredar di pasaran
pun sebaiknya hanya digunakan untuk bisul-bisul ringan yang muncul di
permukaan saja. "Tapi kalau letaknya terlalu dalam tentunya obat-obat
tradisional tersebut sudah tidak efektif lagi," imbuhnya.
KONDISI TERPARAH

Walaupun belum pernah tercatat kematian yang diakibatkan bisul, tapi ada
baiknya hal ini diwaspadai. Tahukah Anda, bakteri/kuman yang terdapat pada
bisul bila dibiarkan saja dapat masuk ke aliran darah. Akibatnya bisa
terjadi infeksi pada tulang di sekitar bisul, bahkan kuman tersebut bisa
jadi terbawa sampai jantung dan otak. Akan tetapi, lanjut Susi, kasus
semacam ini termasuk jarang dijumpai.

Parah atau tidaknya bisul tergantung pada ganas atau tidaknya bakteri yang
masuk. "Kalau memang bakterinya termasuk ganas, tentu kondisinya lebih
serius." Yang harus diwaspadai adalah bisul yang muncul di wajah, tepatnya
di daerah sinus. "Bila sampai terjadi infeksi di daerah itu akibatnya bisa
fatal."

TIPS BAGI ORANG TUA

Susi memberikan beberapa saran sehubungan dengan pencegahan dan kesembuhan
bisul:

* Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan badan
maupun lingkungan bermainnya.

* Bila sudah timbul keluhan seperti gatal-gatal, jangan dianggap remeh,
bisa jadi itu adalah gejala awal timbulnya bisul.

* Kalau ada benjolan, jangan dipencet-pencet apalagi kalau tangan/benda
yang digunakan untuk memencet tidak bersih. Aktivitas ini bisa memperparah
keadaan.

* Jangan sembarangan menggunakan antibiotik untuk mengobati bisul walaupun
bentuknya hanya berupa krim, karena antibiotik bisa menimbulkan
kekebalan/resistensi.

* Perhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap
daya tahan tubuhnya.

* Bila anak dalam kondisi tidak sehat, sebaiknya hindari tempat permainan
umum yang bisa menularkan kuman.

Senin, 21 Juni 2010

Anak dan Masa Depan Umat Islam

Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsari

Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini seringkali kita dengar dan sangat lekat di benak kita. Tak ada yang memungkiri ucapan itu karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekadar ungkapan perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya, sudah semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam.

Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak, kemudian kedua orang tuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Sesungguhnya anak itu adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Di saat hatinya masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk serta ditelantarkan bagaikan binatang, bukan mustahil dia akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan dipikul kedua orang tua dan umat umumnya apabila meremehkan pendidikan anak-anaknya.

Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orang tuanya.” Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6). Berkata Amirul Mukminin Ali Radiyallahu ‘anhu, “Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka.”.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan ia bertanggungjawab, dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya dan ia bertanggungjawab. Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu).

Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada keluarganya.” (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam Al Kamil, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dan dishahihkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath 13/113). Demikian pula dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anakmu.” Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari mereka kebaikan, para orangtua menjadikan dirinya sebagai madrasah bagi mereka.

Keluarga, terlebih khusus kedua orang tua dan siapa saja yang menduduki kedudukan mereka adalah unsur-unsur yang paling berpengaruh penting dalam membangun sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian sang anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia dini. Seperti Zubair bin Awam, misalnya. Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, “Satu orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki.” Ia seorang pemuda yang kokoh aqidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya Shafiyah binti Abdul Mutholib, bibinya Rasulullah, dan saudara perempuannya Hamzah.

Ali bin Abi Tholib sejak kecil menemani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok teladan bagi para pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad dan yang menjadi mertuanya Khadijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja’far, seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.

Orang tua mana yang tidak gembira jika anaknya tumbuh seperti Umar ibnu Abdul Aziz. Pada usianya yang masih kecil ia menangis, kemudian ibunya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab, “Aku ingat mati.” – waktu itu ia telah menghafal Al Qur’an – ibunya pun menangis mendengar penuturannya. Berkat didikan dan penjagaan ibunya yang shalihah Sufyan Ats Tsauri menjadi ulama besar, amirul mukminin dalam hal hadits. Saat ia masih kecil ibunya berkata padanya, “Carilah ilmu, aku akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil tenunanku.” Subhanallah! Anak-anak kita rindu akan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang seperti ini, seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan. Seorang ibu yang super arif dan bijaksana.

Para pembaca -semoga dirahmati Allah- lihatlah bagaimana para pendahulu kita yang shalih, mereka mengerahkan segala usaha dan waktunya dalam rangka men-tarbiyah anak-anaknya yang kelak menjadi penentu baik buruknya masa depan umat. Jangan sampai seorang pun di antara kita berprasangka mencontoh para pendahulu yang shalih adalah berarti kembali ke belakang, kembali ke zaman baheula (istilah orang Sunda).

Di saat orang-orang berlomba-lomba meraih gengsi modernisasi, ketahuilah bahwa mencontoh sebaik-baik umat yang dikeluarkan ke tengah-tengah manusia adalah berarti satu kemajuan yang pesat, teknologi canggih dalam membangun aqidah yang benar, memperbaiki moral yang bejat serta membendung semaraknya free children sehingga mengantarkan kepada apa yang telah diraih oleh generasi yang mulia yang tiada tandingannya. Meniti jalannya mereka dalam rangka men-tarbiyah/mendidik anak berarti tengah mempersiapkan konsep perbaikan umat di masa yang akan datang, dimana tidak akan pernah menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang menjadikan baik generasi umat pertama. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tiada memahaminya.” (QS Al Anbiyaa: 10).

Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah dibutuhkan di zaman yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat dan syubhat yang terus memburu anak-anak kita dari segala arah dihembuskan oleh da’i-da’i sesat yang berada di pintu-pintu neraka jahanam. Allah berfirman, “… sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS An Nisaa: 27).

Benarlah apa yang dikatakan dalam sebuah syair:

Siapa menggembala kambing di tempat rawan binatang buas
Kemudian lalai darinya, singa akan merebut gembalaannya.

Para pembaca -semoga dirahmati Allah- Islam sebagai agama yang universal tentu tidaklah mengesampingkan tarbiyah anak. Bahkan tarbiyah anak adalah sorotan utama dalam Islam sebab Islam adalah agama tarbiyah. Dengan posisi tarbiyah anak yang demikian pentingnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang shalih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para murobbi/pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai seorang Rasul sekaligus menjadi imam para murobbi dunia.

Perhatian dan kecintaannya terhadap anak-anak sangatlah tinggi, terlihat saat beliau mengajari Ibnu Abbas di usianya yang muda belia sehingga tampillah Ibnu Abbas menjadi sosok pemuda yang berilmu, bertaqwa, dan memiliki keberanian yang luar biasa. Salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak, beliau selalu mencium anak-anak bila berjumpa, sebagaimana dalam Shahih Bukhari dari sahabat Abu Hurairoh, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencium Hasan …”, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya dari sahabat Aisyah radliyallahu ‘anha berkata, “Seorang badui datang menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan berkata: Kalian selalu menciumi anak-anak, sedangkan kami tidak pernah menciuminya.” Lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata, “Kami menginginkan agar Allah mencabut kasih sayang dari hatimu.”, tidak ada bahan pengajaran yang paling baik dan sempurna kecuali yang bersumber dari kitab dan sunnah karena di situlah adanya ilmu yang mencakup segala bidang, seperti ungkapan Imam Syafi’i:

Ilmu itu adalah ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya
Sedang selain dari itu adalah bisikan-bisikan syaithan.

Alangkah baik bila penulis uraikan beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disarikan dari Al-Kitab dan Sunnah.

Pertama: mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling urgen (penting) di atas hal-hal penting lainnya.

Kedua: mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjamaah.

Ketiga: mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua orang tua, dan kepada orang lain.

Keempat: mendidik mereka agar taat kepada kedua orang tua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang mutlak.

Kelima: menumbuhkan pada diri mereka sikap muraqabah merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apa pun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.

Keenam: memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti sabilul mukminin al muwahhidin (jalannya mukminin yang bertauhid), salafush shalih generasi terbaik umat ini, dan memberikan loyalitas kepada mereka.

Ketujuh: mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah.

Kedelapan: menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan rujulah serta syaja’ah (kejantanan dan keberanian). Dan masih banyak lagi selain apa yang penulis uraikan di sini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita anak-anak yang sholih. Amin ya Mujiibas sailiin. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al Furqoon: 74).

Para pembaca -semoga dirahmati Allah- begitulah memang seharusnya pendidikan anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi para orang tua, menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya adalah berarti membiarkan kehancuran anak, orang tuanya, umat, bangsa, dan negara. Adapun mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang cerah yang berarti juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua orangtuanya di surga. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di surga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Rabb apa yang membuatku begini?” Kemudian dikatakan padanya, “Permohonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairah).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS Ath Thuur: 21).

Allah-lah yang memberi taufiq kepada apa yang dicintai-Nya dan diridlai-Nya.
Walhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wal Ilmu indallah.

(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari. Bulletin al Wal wal Bara Edisi ke-14 Tahun ke-1 / 21 Maret 2003 M / 18 Muharrom 1424 H. Url sumber http://.fdawj.atspace.org/awwb/th1/14.htm)

Minggu, 20 Juni 2010

Memasak makanan mie instan secara baik dan sehat


Siapa yang tidak mengenal makanan ini, makanan yang siap saji merupakan favorite kita karena cara memasaknya yang simple. Kerap kali makanan ini selalu ada dimanapun kita, apalagi waktu menjadi anak kost, pastinya tidak lepas dengan ini mie instan.

Mie instan memang banyak sekali mengandung karbohidrat seperti layaknya nasi, tapi mie merupakan makanan yang kurang ada gizinya, makanya kita perlu menambahkan sedikit gizi dari mie tersebut misalnya : protein, sayur ataupun daging supaya seimbang
Tapi jangan salah cara memasaknya punya tips tersendiri agar makanan mie jadi sehat yaitu :

Pertama :
- Siapkan air mendidih dan masukkan mie seperti biasa, usahakan setengah matang empuk tapi tidak juga terlalu lembek. Tunggu sampai air tersebut menguning.

Kedua :
- Ambil mie tersebut taruh diatas piring dan air sisa masak yang pertama tadi dibuang dan masukkan air baru masak hingga mendidih.

Ketiga :
- Masukkan mie yang tadi di piring ke dalam air yang mendidih tersebut, dan untuk kali ini masak dan tambahkan sayuran, telur dan daging biar gizinya seimbang. Masaknya sampai matang tetapi jangan terlalu matang.


Keterangan :
- Masak mie dengan cara secara 2 kali ini bisa mencegah anda dari keracunan yang disebabkan karena kandungan natrium karbonat yang diperoleh dari mie tersebut.

- Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi.

Kamis, 17 Juni 2010

Hati-Hati dengan Bahaya Plastik!



Seringkali kita mendapat berita atau peringatan tentang bahaya plastik, bahkan sudah banyak artikel di koran, tabloid ataupun majalah tentang hal ini. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau hingga meneliti lebih lanjut.
Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A.
Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.
Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.
Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik?

#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)
Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret.

#2. HDPE (high density polyethylene)
Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.

#3. V atau PVC (polyvinyl chloride)
Adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
#4. LDPE (low density polyethylene)
Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.
#5. PP (polypropylene)
Adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.
#6. PS (polystyrene)
Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara China.
#7. Other (biasanya polycarbonate)
Bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.
Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau Anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita.

*NB: Yang perlu diingat:
1. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Selalu gunakan bahan keramik, gelas atau
pyrex sebagai gantinya.
2. Hindari pula membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A
di sembarang tempat karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada
akhirnya bisa mencemari air minum banyak orang.
3. Jika terpaksa menggunakan peralatan dari plastik, sebaiknya sebelum digunakan, cuci
bersih dengan sabun dan dibilas dengan air hangat sebelum dipakai.
4. Gantilah peralatan dari plastik minimal 1 bulan sekali.
SEMOGA BERMANFAAT!

Rabu, 26 Mei 2010

Menjadi Ibu Rumah Tangga, Mengapa Harus Malu??

Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!” dengan malu-malu dan tersipu seorang akhwat menjawab pertanyaan kawannya tentang aktifitas apa yang di gelutinya sekarang. Sedangkan di kalangan ikhwan yang pernah penulis temui, ada diantara mereka yang malu untuk menjawab profesi istrinya bila istrinya bukan seorang dokter, insinyur, guru, atau profesi terhormat lainnya. Maka jawaban yang muncul adalah:

”biasa di rumah saja, mengurus anak-anak, Cuma ibu RT aja,… ga ada aktifitas lainnya!”

Duh, sebegitu hinakah profesi ini?

Padahal ketika penulis berinteraksi dengan wanita barat sewaktu di negeri Kanguru diantara mereka ada yang menjawab,

“Wow, profesi yang hebat tidak semua wanita mau menekuninya, I can’t do that!”

Ya,.. karena mereka melihat betapa sulitnya untuk menjadi istri sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak. Saking beratnya, mereka memilih memasukkan anak-anak mereka di child care. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri panjangnya daftar antrian para orangtua yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak (childcare). Anda harus menunggu minimal selama 6 bulan sebelum nama anak anda di panggil.1 Rata-rata mereka memilih bekerja daripada mengasuh anak dirumah.

Suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri bahwa para ibu dikalangan wanita barat memilih “melarikan diri” dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai ibu dengan bekerja. Mereka bilang kepada penulis lebih mudah bekerja daripada tinggal dirumah mengasuh anak.Mengasuh anak membuatku stress! Itu yang penulis dengar. Bukankah itu suatu bukti bahwa mengurus anak-anak adalah suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang berat? Lalu dimana penghargaan masyarakat kita terhadap ibu? Terlebih suami?

Itu baru dilihat dari satu sisi saja,…tidakkah anda melihat bahwa seorang istri atau ibu dirumah tidak pernah berhenti dari tugasnya?.Jika para suami mempunyai jam kerja yang terbatas antara 8-10 jam misalnya maka sesungguhnya seorang ibu rumah tangga mempunyai jam kerja yang lebih panjang yaitu selama 24 jam. Ia harus standby (selalu siap) kapan saja diperlukan. Bila diantara anggota keluarga ada yang sakit, siapakah yang bergerak terlebih dahulu? Bukankan seorang ibu/istri adalah dokter pribadi sekaligus perawat (suster) bagi suami dan anak-anaknya? Karena beliaulah yang akan berusaha meringankan beban sakit “sang pasien” dirumah sebelum di bawa kerumah sakit (yang sebenarnya) apabila ternyata sang ibu tidak sanggup mengobatinya. Pernahkah anda memikirkan berapa jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk membayar seorang dokter dan perawat pribadi dirumah anda?

Bukankah seorang ibu juga seorang psikolog? Karena tentu anda melihat sendiri kenyataan ketika datang anak-anak mengeluh dan mengadu atas kesusahan atau penderitaan yang mereka alami maka sang ibu berusaha mencari jalan keluar dengan saran, nasehat dan belaian kasih sayang. Begitupula suami ketika merasa resah dan gelisah bukankah istri menjadi tempat curahan? Tak jarang para istri membantu suami meringankan dan memberi jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Penulis lihat sendiri betapa mahalnya bayaran seorang psikolog di Australia ada diantara mereka yang harus membayar $100 perjam dan tentu saja tidak ada jaminan mereka bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi.

Bukankan seorang istri/ibu dituntut untuk pandai memasak? Pernahkah anda membayangkan wahai para suami, anda memiliki juru masak dirumah yang selalu siap anda perintah kapan saja anda mau. Anda memiliki juru masak pribadi dirumah, ketika anda pulang ke rumah maka hidangan lezat tersedia bagimu dan juga untuk anak-anakmu. Pernahkah anda membayangkan berapa juta uang yang harus anda keluarkan untuk mengundang juru masak pribadi datang kerumah anda?

Masih banyak sisi lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Anda tentu pernah membaca syair Arab yang sangat terkenal yang berbunyi:

”Al-Ummu madrasatun idza a’dadtaha ‘adadta sya’ban tayyibul ‘araq” maknanya “seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan dia dengan baik maka sungguh engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul”.

Ditangan ibulah masa depan generasi sebuah bangsa.Karena itulah islam sangat menghormati dan menghargai profesi ini. Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibandingkan sang ayah.2

Karena Islam melihat tanggung jawab yang berat yang di emban seorang ibu, itu menandakan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia dan sangat terhormat. Lalu mengapa kita masih malu ya ukhti?? Ayo,..angkatlah wajahmu dan katakan dengan bangga bahwa aku adalah seorang “ibu rumah tangga!!” sebuah profesi yang sangat berat dan tentu saja pahala yang sangat besar Allah sediakan untukmu. Al-jaza’u min jinsil amal artinya balasan tergantung dari amal/perbuatan yang ia lakukan.Semakin berat atau sulit sebuah amal dilakukan seorang hamba maka pahala yang akan didapatinya pun semakin besar. Wallahu a’lam bisshawwab.

Muraja’ah oleh: Ustadz Eko Hariyanto Lc

Selasa, 25 Mei 2010

Keadaan Wanita di Surga

imagest.jpeg

Oleh: Sulaiman ibn Shalih Al-Kharasyi

Sesungguhnya surga dan kenikmatannya tidaklah khusus bagi kaum laki-laki saja, akan tetapi surga itu:

“Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali Imran: 133)

Dari dua jenis makhluk manusia; laki-laki dan perempuan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta ‘ala telah mengabarkan yang demikian yang artinya:

“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga”.(QS. An-Nisa’:124)

Hendaknya setiap wanita tidak sibuk pikirannya dengan banyak pertanyaan dan penyelidikan tentang perincian masuknya dia ke dalam surga. Apa yang akan diperlakukan terhadapnya? Kemana dia akan pergi? Bagaimana nasibnya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seakan-akan dia akan maju menuju padang pasir yang mematikan! Cukuplah baginya mengetahui dan meyakini bahwa hanya dengan sekedar masuk surga, akan sirna segala kepedihan dan kesusahan yang pernah dia alami. Dan yang demikian itu akan berubah menjadi kebahagiaan yang terus menerus, dan kekekalan yang abadi. Cukuplah baginya firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala tentang surga yang artinya:

“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.” (QS. Al-Hijr:48)

Dan firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:

“Dan di dalam surga itu nterdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf:71)

Dan sebelum itu semua cukuplah baginya firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala tentang penduduk surga yang artinya:

“Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terhadap-Nya.” (QS. Al-Maidah:119)

Di dunia, wanita tidak akan keluar dari beberapa keadaan berikut ini:
1. Adakalanya dia meninggal sebelum dia menikah.
2. Adakalanya dia mati setelah dia dicerai/ ditalak dan sebelum menikah dengan suami yang lainnya.
3. Adakalanya dia sudah menikah akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam surga bersamanya. Wal’iyadzubillah.
4. Adakalanya dia mati setelah pernikahannya.
5. Adakalanya suaminya meninggal, dan dia di tinggal dalam keadaan tanpa suami hingga mati.
6. Adakalanya suaminya meninggal, kemudian dia menikah dengan orang lain setelahnya.
Ini adalah keadaan kaum wanita di dunia. Maka bagi setiap keadaan ada balasan yang sepantasnya di surga, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengatur tentang hal itu:

1. Adapun wanita yang telah meninggal sebelum bersuami, maka dia akan dinikahkan oleh Allah Azza wa Jalla di surga dari seorang laki-laki di dunia yang Allah kehendaki, berdasarkan hadist Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam.
“Dan tidaklah di dalam surga itu ada seorang yang bujang”.(HR. Muslim, 5062)
Syaikh ibn Utsaimin Rahimahullah berkata:
“Jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala akan menikahkannya dengan suami yang bisa mengenyangkannya di surga. Maka kenikmatan surga tidaklah terbatas hanya pada kaum laki-laki, akan tetapi diperuntukkan bagi laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan surga adalah pernikahan.”

2. Wanita yang mati dalam keadaan ditalak atau janda maka iapun akan dijodohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala seperti wanita pertama.

3. Wanita shalihah yang suaminya tidak masuk surga juga demikian. Syaikh bin ‘Utsaimin Rahimahullah berkata:
“Jika seorang wanita termasuk penduduk surga dan dia belum menikah atau suaminya yang dulu (di dunia) bukan termasuk penduduk surga maka sesungguhnya jika dia telah masuk surga kemudian di sana ada penduduk surga yang belum menikah dari golongan laki-laki, maka salah seorang diantara mereka menikahinya”. Saya katakan: “Bahkan bisa saja dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu’ (sebanding) meskipun laki-laki itu sudah mempunyai isteri lebih dari satu, seperti Asiyah Isteri Fir’aun dan Maryam binti Imran, mereka dinikahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala di surga dengan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam. Karena tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 4/495 pada surat At-Tahrim, Tafsir Al-Qurthubi:18/170, Fathul Qadir:4/231).
Hisyam ibn Khalid berkata:
“Suami masuk neraka, dan istrinya masuk surga, maka istrinya diwariskan kepada ahli surga sebagaimana istri Fir’aun diwarisi oleh ahli surga”. (al-Tadzkirah:461, Faidhul Qadir hadits no. 7989, ad-Durr al-Mantrus: 6/395, 8/225)

4. Adapun wanita yang meninggal setelah pernikahannya, maka di surga dia akan tetap menjadi istri dari suami yang ditinggal mati dulu.

5. Adapun wanita yang suaminya meninggal, kemudian dia tinggal dan tidak menikah sesudahnya sampai meninggal, maka dia akan menjadi istri suaminya tersebut di surga.

6. Adapun wanita yang suaminya meninggalkan lebih dahulu, kemudian dia menikah lagi setelahnya, maka sesungguhnya dia untuk suaminya yang terakhir, sekalipun isterinya itu banyak. Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam:

“Istri itu untuk suaminya yang terakhir”.(HR. Al-Baihaqi: 7/70, Thabrani, Abu Ya’la dll)
Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah Radhliyallahu’anhu kepada istrinya: “Jika engkau berkeinginan menjadi istriku di surga, maka janganlah menikah setelah setelah (kematian) ku, dikarenakan seorang wanita disurga untuk suami-suaminya yang terakhir di dunia, oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta ‘ala mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah setelah beliau, dikarenakan mereka adalah istri-istri beliau di surga”. (Silsilah As-Shahihah, 3/275)
Juga berdasarkan ucapan Ummu Darda’ (Hujaimah Bint Hayy Al-Aushabiyyah) ketika dilamar oleh Mu’awiyah Radhliyallahu’anhu, dia menolak dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Istri itu untuk suamimu yang terakhir” maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. Ini adalah hadits shahih, lihat Al-Mathalib Al-Aliyyah: 2/67, Al-Jami’ Al-Shaghir, Tafsir Al-Qurthubi, surat Al-Ahzab:229, Musykilul Atsar: 1/376, Fatawa Al-Ramli: 6/268 dll.

Satu pendapat mengatakan: wanita itu untuk suaminya yang paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadist Anas Radhliyallahu’anhu dalam Mu’jam Al-KAbir, bahwa Ummu Habibah menanyakan kepada Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam tentang wanita yang bersuami lebih dari satu, maka Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam menjawab: “Ia untuk yang terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan dunia dan akhirat”, (Hadist Dha’if, Lihat Ihya’ Ulumuddin: 3/45, Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158 dari Ummu Salamah, Al-Qurthubi dalam Al-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir:460)
Syekh Athiyah Saqr dari Al-Azhar memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan khabar yang qath’I (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya yang terbaik. Wallahu a’lam. (Fatawa Al-Azhar:10/28)

Selain itu ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa wanita yang pernah bersuami lebih dari satu, yang suaminya masing-masing meninggal dunia sebelumnya maka jika semuanya masuk surga dia disuruh memilih salah satu di antara para suaminya itu, namun pendapat ini tidak menyertakan dalil.

Kemudian, mungkin ada yang berkata: “Sesungguhnya telah diriwayatkan di dalam do’a jenazah kita berdo’a:
“Dan gantilah dia dengan suami yang lebih baik dari suaminya.” Maka jika dia telah menikah, bagaimana kita berdo’a untuknya dengan do’a ini, sementara kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya disurga, maka jika dia belum menikah, dimanakah suaminya?

Jawabannya adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ibn Utsaimin Rahimahullah : “Jika dia belum menikah, maka maknanya adalah lebih baik dari suaminya yang diperkirakan untuknya seandainya dia tidak mati (Kemudian menikah). Adapun jika dia telah menikah maka makna “lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik darinya dalam masalah sifat-sifat yang ada di dunia, dikarenakan pergantian ada kalanya dengan pergantian zatnya sebagaimana seandainya engkau menjual kambing dengan onta misalnya, dan adakalanya dengan penggantian sifat sebagaimana senadainya engkau berkata: “Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta ‘ala mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan.” Sebagaimana pula firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:

“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit”. (QS. Ibrahim: 48)
Bumi yang dimaksud adalah bumi, akan tetapi dihamparkan (diratakan) sedang langit adalah langit akan tetapi dia telah terbelah.”

Pertanyaan yang berulang
Tatkala Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menyebutkan hal-hal mempesona yang ada di dalam surga, berupa berbagai macam makanan, pemandangan yang indah, tempat tinggal, dan pakaian, maka sesungguhnya semua itu bersifat umum untuk dua jenis (laki-laki dan perempuan), semuanya menikmatinya sebagimana telah disebutkan. Sisanya bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala telah mempesonakan kaum laki-laki dan membuat mereka rindu terhadap surga dengan menyebutkan para bidadari dan wanita-wanita jelita yang ada didalamnya, dan tidak pernah disebutkan yang semisal ini untuk kaum wanita. Maka kadang-kadang kaum wanita bertanya-tanya tentang sebab hal tersebut!

Jawabannya adalah:
Pertama: Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’:23), akan tetapi tidak menjadi masalah kita mengambil faidah dari hikmah tindakan ini dari nash-nash syar’I dan kaidah pokok Islam, maka saya katakan:
Kedua: Sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah malu –sebagaimana sudah diketahui- oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla tidak mengiming-iming mereka dengan apa yang merasa malu terhadapnya.
Ketiga: Sesungguhnya kerinduan seorang wanita terhadap laki-laki tidak seperti kerinduan laki-laki terhadap wanita –sebagaimana yang telah dimaklumi bersama- oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta ‘ala membuat kaum laki-laki merindukan surga dengan menyebutkan wanita-wanita penghuni surga, sebagai pembesar sabda beliau Shallahu’alaihi wa Sallam :

“Tidakkah aku tinggalkan sebuah fitnah setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita”.(HR. Al-Bukhari, 16/41)

Adapun kaum wanita, maka kerinduan mereka kepada perhiasan yang berupa pakaian dan perhiasan mengalahkan kaum laki-laki, dikarenakan perhiasan merupakan barang wanita diciptakan untuk mencintainya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:

“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan.” (QS. Az-Zukhruf:18)

Keempat: Syaikh ibn ‘Utsaimin Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menyebut para istri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari, dan dialah yang berkeinginan terhadap wanita. Oleh karena itulah istri-istri di surga, dan mendiamkan penyebutan suami-suami untuk kaum wanita. Akan tetapi yang demikian tidak menunjukkan bahwa tidak ada suami bagi mereka, bahkan bagi mereka adalah suami dari anak cucu adam.
Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam:
“Sesungguhnya aku telah melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak…” (HR. Al-Bukhari, 2/3)
Dan di dalam hadist lain:
“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah kaum wanita.” (HR. Muslim 13/282)
Intinya, agar kaum wanita berusaha keras untuk tidak menjadi penghuni neraka.

Jika seorang wanita masuk ke dalam surga maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala akan mengembalikan masa muda dan keperawanannya, berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam :
“Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh orang-orang tua…sesungguhya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala jika memasukkan mereka (kaum wanita) ke dalam surga, maka Dia akan merubah mereka menjadi gadis-gadis perawan”. (HR. Thabrani 12/281)

Telah diriwayatkan pada sebagian atsar bahwa kaum wanita dunia akan menjadi jauh lebih jelita berlipat-lipat dibandingkan kejelitaan bidadari karena ibadah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala.

Setelah itu semua, maka surga tersebut telah dihias-hiasi untuk kalian wahai sekalian kaum wanita sebagaimana surga juga dihias untuk kaum laki-laki.
“Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.”
(QS. Al-Qamar: 55)
Maka ingatlah kepada Allah, gunakanlah segenap kesempatan, dikarenakan umur sebentar lagi akan berakhir, dan setelah itu yang ada hanyalah kekekalan. Maka hendaklah kekekalanmu nerada di dalam surga InsyaAllah. Dan ketahuilah bahwa mahar surga adalah iman dan amal shalih, bukan angan-angan kosong disertai berlebih-lebihan. Ingat sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam :

“Jika seseorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya:”Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya (1573), hadist hasan lighairihi, Shahihut Targhib wat tarhib (1932))

Berhati-hatilah –dengan segenap kewaspadaan- terhadap para penyeru fitnah dan perusak kaum wanita dari golongan orang-orang yang berkeinginan untuk merusak, meghinakan dan memalingkan kalian dari kemuliaan dan kenikmatan surgawi. Janganlah sekali-kali tertipu dengan bujukan, rayuan serta mulut manis orang-orang yang mengajak kepada kebebasan dan kesetaraan gender. Sesungguhnya para pejabat, pemikir, penulis, penyiar, dan artis –baik laki-laki maupun perempuan- yang mengajak wanita membuka aurat, berbaur dengan lawan jenis secara bebas dengan alasan kemajuan, kebebasan, dan kesetaraan adalah orang-orang yang berperilaku seperti perilaku orang-orang kafir sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:
“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)”. (QS. An-Nisa’:89)

Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala agar nmemberi taufik kepada segenap kaum wanita muslimah untuk mendapatkan keberuntungan dengan surga yang penuh dengan kenikmatan, dan agar menjadikan mereka sebagai wanita-wanita yang diberi hidayah serta yang memberikan hidayah, dan agar memalingkan dari mereka syetan-syetan manusia dari para penyeru pengrusakan kaum wanita baik laki-laki maupun perempuan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta ‘ala senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada nabi Shallahu’alaihi wa Sallam kita Muhammad, kepada keluarga beliau dan para sahabat beliau Radhliyallahu’anhum.

Majalah Qiblati edisi 07 tahun II hal 72