Rabu, 30 Juni 2010

Tentang Bisul

Ini hal sepele yang kerap diderita anak tapi sering bikin kita jengkel.
Habis, baru sembuh sebentar, eh sudah muncul lagi.
Pasti anak Ibu banyak makan telur, makanya bisulan." Begitu, kan, komentar
yang sering kita dengar? Padahal, itu sama sekali tak benar! "Itu cuma
mitos," ujar dr. Titi Lestari Sugito, SpKK. "Enggak ada kaitannya, kok,
antara telur dan bisulan," lanjut dokter spesialis kulit dan kelamin RSUPN
Ciptomangunkusumo ini.

Justru telur adalah makanan bergizi. "Telur itu, kan, mengandung protein.
Jadi, boleh diberikan kepada anak," tandas Titi. Bukankah kecukupan gizi
yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik? Lantas,
apa, dong, sebenarnya yang membikin bisul?

LINGKUNGAN KURANG BERSIH
Bisul atau bisulan (kalau jumlahnya banyak) yang dalam bahasa kedokteran
disebut furunkel, seperti dituturkan Titi, merupakan radang atau infeksi
yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus. "Bisul bisa
menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling
sering diserang adalah bayi dan anak-anak." Lo, kok, begitu?
Seperti kita ketahui, faktor kebersihan memegang peranan penting dalam
terjadi-tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan
mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan dunia bermain,
termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi habis main
si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau
kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya,
susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul," ujar Titi.
Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang
ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal, terang
Titi, garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan masuknya
kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang sering berkeringat,
apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan."
Umumnya bisulan pada bayi dan anak-anak ditemui di daerah-daerah yang
banyak berkeringat seperti di muka, punggung, lipatan-lipatan paha dan
sebagainya. Dengan demikian, daerah-daerah tersebutlah yang paling sering
digaruk oleh anak atau mendapatkan gesekan, sehingga pertahanan kulit akan
terganggu dan mudah terjadi infeksi. Apalagi kulit bayi dan anak-anak
masih tipis dan cukup rentan.
Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Sebab, seperti dikatakan Titi,
gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi timbulnya infeksi. "Bila gizi
kurang berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan mempermudah
timbulnya infeksi," jelasnya. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak,
kekebalan tubuhnya memang masih kurang dibandingkan orang dewasa.

MEMERAH DAN BENGKAK
Orang tua bisanya kurang tanggap terhadap gejala munculnya bisul. Entah
lantaran kurang perhatian atau memang tak tahu seperti apa gejala bisul.
Maklumlah, gejala awalnya hanya terlihat semacam bintil merah, baru
kemudian membesar dan bahkan terkadang ditemui abses atau bernanah.
"Proses membesarnya bisul merupakan proses imflamasi atau radang. Jadi,
ada suatu mekanisme atau reaksi dari tubuh terhadap adanya kuman di daerah
tersebut," jelas Titi.
Warna memerah dan bengkak merupakan tanda bahwa tubuh memberikan suatu
respon dengan berusaha mendatangkan sel-sel radang di sekitarnya untuk
mematikan kuman dan mengeluarkan kuman tersebut. Lamanya proses membesar
tergantung dari respons imunologis yang dimiliki orang tersebut. Bila
responsnya baik, maka makin cepat pula sembuhnya.
Menurut Titi, sebetulnya gejala bisul tak selalu sampai bernanah. Kalau
toh akhirnya bernanah, itu pertanda bahwa pertahanan tubuh kurang atau
lantaran infeksi tersebut tak segera ditangani. "Tapi bila pertahanan
tubuh baik atau infeksinya segera diobati, misalnya pemberian antibiotik,
maka tak akan sampai abses. Biasanya bisul cuma memerah dan kemudian
mengecil sendiri." Nah, pada anak-anak, karena pertahanan tubuhnya masih
kurang, mau tak mau bisul harus diobati.
Biasanya gejala bisul disertai rasa nyeri akibat radang atau infeksinya.
Apalagi kalau bisul semakin besar. Tubuh yang tak bisa mengatasi akan
mengakibatkan bisul yang timbul menjadi banyak dan bernanah, sehingga
terjadilah penyebaran kuman yang tak hanya di satu lokasi saja.
Penyebarannya juga bisa lewat darah atau kelenjar getah bening, "Tapi itu
jarang sekali terjadi," ujar Titi.
Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit
menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan
kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut
bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang
sekali."

JANGAN DIPENCET
Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai
istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul jangan
sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah
dan banyak lagi. Kulit bisa berongga," terang Titi.
Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan biasanya
bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk
salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan
jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit
karena dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi,
jika sudah membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat
antibiotik yang diminumkan juga.
Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri
staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap
penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya
tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu,
anjur Titi, lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim
yang dikeluarkan kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga
merupakan salah satu obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.
Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya dokter
akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan
lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan
akan berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan
dipencet, penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang.
"Bekas pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau
yang lebih tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada
anak kulitnya masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali
karena jaringannya yang rusak akan membekas," jelas Titi.
Memang, sih, kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan untuk mengoreksi
bekas luka tersebut dengan operasi. Tapi hal tersebut sangat tergantung
pada jaringan parut yang ditimbulkannya. Disamping tentunya memerlukan
biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan mengobati bisulnya itu sendiri.

Untuk mencegah berulangnya kembali bisul pada anak, dianjurkan agar selalu
menjaga kebersihan, baik kebersihan diri si anak maupun lingkungannya.
Memang, bila dibandingkan sepuluh tahun lalu, masih banyak ditemui bisulan
pada bayi dan anak-anak. "Sekarang ini sudah jauh berkurang. Mungkin
karena faktor pendidikan, ekonomi dan gizi yang sudah lebih baik," kata
Titi.

BISUL BUKAN GARA-GARA HOBI MAKAN TELUR
Selama ini ada anggapan anak yang kebanyakan makan telur akan gampang
bisulan. Betulkah telur memicu bisul?
Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa angka terjadinya bisulan di
Jakarta mencapai 26% dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001. Angka
itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit berat dan sebagian di
antaranya dapat sembuh sendiri. "Masyarakat yang tinggal di daerah padat,
sangat rentan terhadap bisul," tandas dr. Susmeiati H. Sabardi, SpKK dari
Bagian Kulit dan Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta. Bisul berada di
urutan ketiga dari jenis-jenis peradangan kulit yang paling sering
dijumpai.

APA SIH BISUL ITU?
Bisul sendiri sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Jadi, lain daerah bisa
lain pula menyebutnya. Akan tetapi secara medis, "Bisul adalah suatu
peradangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel rambut dan disebabkan
oleh kuman staphylococcus aureus," papar dokter yang akrab disapa Susi
ini.

Dari jenis-jenisnya, secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:
* Folikulitis
Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut
saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi
2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih
dalam lagi disebut profunda.

* Furunkel
Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya.
Biasanya jumlahnya hanya satu.

* Furunkel losis
Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkel-nya lebih dari satu.

* Karbunkel
Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis
diistilahkan sebagai karbunkel.

* Abses multiple kelenjar keringat
Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak,
bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul
jenis ini paling banyak menyerang anak-anak.

* Hidra adinitis
Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul
tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini
diistilahkan sebagai hidra adinitis.

* Skrofulo derma
Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah
bening karena penyakit TBC.

CERMATI GEJALANYA
Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menganggapnya
sama saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang gejala yang
dimunculkan memang mirip.

- Gatal-gatal

Bila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul
biasanya berupa gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.

- Nyeri

Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya
juga disertai nyeri.

- Berbentuk kerucut dan "bermata"

Bisul jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata
yang mudah pecah dan mengeluarkan cairan dari dalamnya.

- Berbentuk kubah

Sedangkan bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk
bulat seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul
jenis ini biasanya tidak mudah pecah.

- Demam

Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam.

HINDARI PEMICUNYA
Sekali lagi, bisul bukanlah alergi dimana ada unsur genetik/keturunan yang
menyebabkannya kambuh. "Menurut literatur tidak ada orang yang mempunyai
bakat bisulan," jelas Susi. Namun pada beberapa kasus, ada juga orang yang
mempunyai kecenderungan bisulan berulang. "Biasanya orang-orang dengan
penyakit tertentu, seperti diabetes, lebih mudah bisulan dan setelah
sembuh pun dengan mudah akan muncul lagi," lanjutnya.

Secara garis besar ada 3 pemicu munculnya bisul, yaitu:

- Faktor kebersihan
Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak
menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih
berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang
tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor
kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat,
walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi kalau jarang mandi dan
membersihkan badan, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang.

- Daerah tropis
Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas
sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi
salah satu pemicu munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada
kelenjar keringat.

- Menurunnya daya tahan tubuh
Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, di
antaranya kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit
keganasan seperti kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan
sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu tak muncul sendirian, melainkan ada
beberapa sekaligus. "Misalnya karena selalu berkeringat kemudian muncul
biang keringat. Karena gatal, lalu digaruk, ditambah lagi kebersihannya
jelek dan gizinya pun rendah, akhirnya jadi bisul. Begitu seterusnya,"
jelas Susi.

Jadi, tidak benar anggapan sebagian masyakarat yang menyebutkan bisulan
gara-gara banyak makan telur. "Kalau memang sudah ada faktor pemicunya,
mau makan telur atau tidak ya tetap saja bisulan," tandas Susi.

Setelah bisulan pun sebetulnya tidak ada pantangan terhadap makanan
tertentu, termasuk telur. Yang jelas pola makan memang haruslah seimbang.
Pesannya, "Jangan makan telur terlalu banyak, terlepas apakah akan bisulan
atau tidak."

Menurut Susi bisul bisa saja muncul sejak bayi, meski bukan bayi baru
lahir. Ibu-ibu, terutama yang baru punya anak pertama, umumnya takut
memandikan dan mengeramasi bayinya. "Padahal bayi juga sudah berkeringat.
Terlebih kalau bayi dibobok dengan segala macam minyak penghangat yang
tentu jadi lahan subur untuk berkembang biaknya kuman. Nah, kondisi kulit
yang seperti ini juga bisa menjadi penyebab bisulan."

Yang tak kalah penting, bisul juga bisa menular. Kontak langsung bisul
dengan kulit apalagi bila ada goresan meskipun kecil (mikro trauma) dapat
menyebabkan kuman berpindah tempat. Tapi kalau tidak ada luka,
kebersihannya terjaga dan daya tahan tubuh sedang bagus, tidak akan
terjadi penularan.

Selain kontak langsung, bisul juga bisa menular melalui kontak tidak
langsung. Seperti pemakaian handuk bersama, seprei, baju dan sebagainya.
Begitu juga dengan tempat umum, seperti perosotan, kolam mandi bola, dan
mainan sejenisnya yang memungkinkan sebagai ajang penularan kuman.

Mungkinkah ada orang yang seumur hidup tidak pernah bisulan? "Sebenarnya
bukan tidak pernah," ungkap Susi. Bisa jadi bisul itu hanya kecil
sementara yang bersangkutan selalu menjaga kebersihan tubuh dan
lingkungannya ditambah lagi daya tahan tubuhnya memang bagus "Hingga bisul
itu selalu sembuh dengan sendirinya. Nah, karena selalu sembuh sendiri
itulah seakan-akan ia tidak pernah bisulan sama sekali."

PAHAMI PENANGANANNYA
Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya jangan digaruk,
karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk. Makanya, kalau
sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan kebersihan lebih saksama
supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul kecil di daerah
permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya
terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan digaruk
supaya di situ tidak terjadi peradangan.
Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah pecah biasanya
akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Misalnya bisul yang
muncul di lipatan lengan, lipatan paha, kaki dan sebagainya akan mudah
pecah tergesek baju maupun anggota badan lainnya.

Bila bisul terus membesar atau timbul radang dan badan mulai terasa tidak
nyaman, sebaiknya segeralah bawa anak ke dokter. "Oleh dokter ia akan
diberikan krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral,
tergantung pada kondisi bisulnya," ujar Susi. Antibiotik itu bertujuan
untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya akan kempes
dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang berfungsi untuk
mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman di daerah sekitar bisul.

Kebiasaan sebagian masyarakat yang berusaha memecahkan bisul dengan paksa,
sangat tidak disarankan. "Sebaiknya bisul jangan dipencet-pencet karena
bisa memperparah keadaan." Obat-obat bisul yang banyak beredar di pasaran
pun sebaiknya hanya digunakan untuk bisul-bisul ringan yang muncul di
permukaan saja. "Tapi kalau letaknya terlalu dalam tentunya obat-obat
tradisional tersebut sudah tidak efektif lagi," imbuhnya.
KONDISI TERPARAH

Walaupun belum pernah tercatat kematian yang diakibatkan bisul, tapi ada
baiknya hal ini diwaspadai. Tahukah Anda, bakteri/kuman yang terdapat pada
bisul bila dibiarkan saja dapat masuk ke aliran darah. Akibatnya bisa
terjadi infeksi pada tulang di sekitar bisul, bahkan kuman tersebut bisa
jadi terbawa sampai jantung dan otak. Akan tetapi, lanjut Susi, kasus
semacam ini termasuk jarang dijumpai.

Parah atau tidaknya bisul tergantung pada ganas atau tidaknya bakteri yang
masuk. "Kalau memang bakterinya termasuk ganas, tentu kondisinya lebih
serius." Yang harus diwaspadai adalah bisul yang muncul di wajah, tepatnya
di daerah sinus. "Bila sampai terjadi infeksi di daerah itu akibatnya bisa
fatal."

TIPS BAGI ORANG TUA

Susi memberikan beberapa saran sehubungan dengan pencegahan dan kesembuhan
bisul:

* Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan badan
maupun lingkungan bermainnya.

* Bila sudah timbul keluhan seperti gatal-gatal, jangan dianggap remeh,
bisa jadi itu adalah gejala awal timbulnya bisul.

* Kalau ada benjolan, jangan dipencet-pencet apalagi kalau tangan/benda
yang digunakan untuk memencet tidak bersih. Aktivitas ini bisa memperparah
keadaan.

* Jangan sembarangan menggunakan antibiotik untuk mengobati bisul walaupun
bentuknya hanya berupa krim, karena antibiotik bisa menimbulkan
kekebalan/resistensi.

* Perhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap
daya tahan tubuhnya.

* Bila anak dalam kondisi tidak sehat, sebaiknya hindari tempat permainan
umum yang bisa menularkan kuman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar