tag:blogger.com,1999:blog-91671376480766107362024-03-18T20:18:38.840-07:00WELLCOMEINTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.comBlogger60125tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-71928932042636824112011-03-11T23:15:00.000-08:002011-03-11T23:17:44.932-08:00Langkah Setan Menelanjangi Wanita<span style="font-weight: bold;"></span><br />Setelah pakaian yang menampak kan betis menjadi pakaian sehari-hari dan dirasa biasa-biasa saja, maka datanglah bisikan setan yang lain. "Pakaian membutuhkan variasi, jangan itu-itu saja, sekarang ini modelnya rok mini, dan agar serasi rambut kepala harus terbuka, sehingga benar-benar kelihatan indah."<br /><br />Maka akhirnya rok mini yang menampakkan bagian bawah paha dia pakai, bajunya pun bervariasi, ada yang terbuka hingga lengan tangan, terbuka bagian dada sekaligus bagian punggung nya dan berbagai model lain yang serba pendek dan mini. Koleksi pakaiannya sangat beraneka ragam, ada pakaian pesta, berlibur, pakaian kerja, pakaian resmi, pakaian malam, sore, musim panas, musim dingin dan lain-lain, tak ketinggalan celana pendek separuh paha pun dia miliki, model dan warna rambut juga ikut bervariasi, semuanya telah dicoba.<br />Begitulah sesuatu yang sepertinya mustahil untuk dilakukan, ternyata kalau sudah dihiasi oleh setan, maka segalanya menjadi serba mungkin dan diterima oleh manusia.<br />Hingga suatu ketika, muncul ide untuk mandi di kolam renang terbuka atau mandi di pantai, di mana semua wanitanya sama, hanya dua bagian paling rawan saja yang tersisa untuk ditutupi, kemaluan dan buah dada. Mereka semua mengenakan pakaian yang sering disebut dengan "bikini". Karena semuanya begitu, maka harus ikut begitu, dan naudzu billah bisikan setan berhasil, tujuannya tercapai, "Menelanjangi Kaum Wanita." Selanjutnya terserah kamu wahai wanita, kalian semua sama, telanjang di hadapan laki-laki lain, di tempat umum. Aku berlepas diri kalau nanti kelak kalian sama-sama di neraka. Aku hanya menunjukkan jalan, engkau sendiri yang melakukan itu semua, maka tanggung sendiri semua dosamu" Setan tak mau ambil resiko.<br /><br /><span style="font-weight: bold;"></span><br />Demikian halus, cara yang digunakan setan, sehingga manusia terjeru-mus dalam dosa tanpa terasa. Maka hendaklah kita semua, terutama orang tua jika melihat gejala menyimpang pada anak-anak gadis dan para wanita kita sekecil apapun, segera secepatnya diambil tindakan. Jangan biarkan berlarut-larut, karena kalau dibiarkan dan telah menjadi kebiasaan, maka sangat sulit bagi kita untuk mengatasinya.<br />Membiarkan mereka membuka aurat berarti merelakan mereka mendapatkan laknat Allah, kasihanilah mereka, selamatkan para wanita muslimah, jangan jerumuskan mereka ke dalam kebinasaan yang menyeng-sarakan, baik di dunia maupun di akhirat. Wallahu alam bis shawab (as) <a href="http://www.suaramedia.com/undefined/">http://www.suaramedia.com</a>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-55156137274323338832011-02-28T01:48:00.000-08:002011-02-28T01:49:27.444-08:00Padamnya Rasa Cemburu<p><span class="content"> <strong>Awal Runtuhnya Ghirah</strong><br />Hilangnya ghirah dari lubuk hati seorang insan disebabkan oleh banyak hal, di antara sebab terbesar yang bisa kita saksikan adalah:<br />1. Kebanyakan mereka berpaling dari mempelajari agama yang agung ini, yang dengannya Allah memuliakan kita setelah sebelumnya kita hina. Namun ketika nikmat yang agung ini disia-siakan dan manusia enggan mengikuti petunjuk Rasul yang menyampaikan agama ini, mereka kembali terpuruk hina dina di hadapan umat lainnya. Sehingga mereka merasa minder bila tidak mengikuti orang-orang kafir. Sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, mereka terus mengikuti jejak orang-orang kafir tersebut. Dalam keadaan mereka menyangka bahwa itu adalah peradaban dan kemajuan, padahal sebenarnya hal itu adalah kehinaan dan kehancuran. Kenyataan yang demikian ini telah disampaikan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam jauh sebelumnya, beliau bersabda:</span></p> <p><span class="content">“Sungguh-sungguh kalian akan mengikuti sunnah (cara hidupnya) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga seandainya mereka masuk ke dalam lubang dhabb (sejenis biawak), kalian pun akan memasukinya.” Para shahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu orang-orang Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 3456 dan Muslim no. 2669)</span></p> <p><span class="content"> 2. Termasuk perkara yang menyebabkan hilangnya ghirah dalam dada kaum muslimin adalah banyaknya fitnah dan perubahan yang mereka terima lalu ditelan mentah-mentah oleh hati-hati mereka sehingga menjadi bagian darinya. Akibatnya terbaliklah fitrah mereka. Dalam pandangan mereka, yang mungkar adalah ma‘ruf dan yang ma‘ruf adalah mungkar. Bila ada yang membawakan kebenaran kepada mereka sementara kebenaran itu menyelisihi kebiasaan mereka, maka mereka menganggap hal itu jumud, terbelakang, dan menghambat kemajuan. Membebaskan wanita keluar dari rumahnya dengan segenap keindahannya adalah termasuk kemajuan dalam pikiran kotor mereka. </span></p> <p><span class="content"> 3. Hal lain yang membuat seorang suami menanggalkan ghirah-nya adalah persangkaannya yang keliru. Dia menyangka bahwa rasa malu dan menutup tubuh (berhijab) bagi wanita adalah bagian dari masa lalu sehingga telah ketinggalan jaman bila tetap dikenakan di masa modern ini. Ia tidak ingin mengekang istrinya dengan kebiasaan yang sudah usang dimakan jaman, bahkan ia ingin menunjukkan kepada istrinya dan kepada orang lain bahwa ia seorang laki-laki yang moderat dan selalu mengikuti kemajuan.</span></p> <p><span class="content"> 4. Tenggelam dalam lumpur dosa termasuk salah satu sebab padamnya api ghirah di dalam hati dan hal ini merupakan hukuman atas dosa yang diperbuat. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ad-Daau wad Dawa, hal. 106)</span></p> <p><span class="content"> Dari penjelasan yang kita dapatkan di atas, pahamlah kita bahwa ghirah dalam batasan yang diperkenankan syariat merupakan sifat yang terpuji. Dengan ghirah ini seorang laki-laki dapat menjaga istrinya dan mahramnya yang lain dari perbuatan yang melanggar syariat Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Sebaliknya tidak adanya ghirah menyebabkan seorang suami membiarkan istrinya jatuh ke dalam lumpur noda dan dosa. Akibatnya kejelekan dan fitnah pun tersebar…<br />Betapa butuhnya kita untuk kembali kepada aturan syariat yang mulia ini. Betapa perlunya kita kembali menengok ke masa lalu yang sangat menjaga ghirah, masa lalu yang sarat dengan penerapan ajaran agama yang mulia ini. Dan sungguh ini adalah senandung kerinduan kepada masa lalu….<br /></span></p><strong>Sumber : http://www.asysyariah.com/print.php?id_online=132</strong>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-5513517087518808062010-09-06T19:04:00.000-07:002010-09-06T19:05:57.427-07:00Cinta, Anugerah Terindah dari Allah<div style="text-align: justify;"><span style="font-family: arial;">Semua orang punya rasa cinta. Tapi tidak semua bisa menempatkan secara benar.</span><br /><span style="font-family: arial;"> Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (SAW) suatu saat ingin menolong seorang suami yang bermasalah dengan isterinya. Suami itu bernama Mughits, seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah. Sedang isterinya, Barirah, seorang budak milik Bani Hilal. Ketika itu Barirah dimerdekakan oleh majikannya, sementara Mughits belum. </span></div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Karena perbedaan status sosial itu, Barirah memilih berpisah dengan suaminya. Namun, perpisahan itu membuat Mughits sangat sedih. Dengan berlinang air mata, ia memohon kerelaan isterinya untuk tetap hidup bersamanya. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Kejadian itu diperhatikan oleh Rasulullah SAW dan berkata kepada pamannya, Abbas Radhiyallahu ‘anhu (RA), “Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa cinta Mughits pada Barirah dan rasa benci Barirah terhadap Mughits?”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Kemudian beliau berkata pada Barirah, ”Seandainya engkau kembali kepada Mughits?”<br />Barirah bertanya kepada Nabi SAW, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?”<br />“Tidak,” kata Rasulullah SAW, “Akan tetapi aku hanya ingin menolongnya.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">“Aku tidak membutuhkannya,” jawab Barirah </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Cinta, Anugerah Ilahi<br />Cinta adalah rasa yang terdalam dalam diri manusia. Ia hanya diketahui oleh yang bersangkutan dan Allah SWT yang menggenggam hati manusia. Beragam cara yang dilakukan manusia untuk merebut cinta dari sang pujaan hati. Cinta itu akan sia-sia bila rasa cinta belum dianugerahkan kepada si dia untuk kita miliki.<br />“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan tentram kepadanya. Dan Dia menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih sayang. Sungguh pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir. ” (Ar-Rum [30]: 21).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Dari ayat di atas, jelas bahwa Allahlah yang akan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang antara suami-isteri. Adapun rasa cinta atau sayang antara dua orang yang tidak ada hubungan apa-apa, ia bukanlah cinta yang diridhai Allah SWT. Ia lebih kepada hawa nafsu atau sekadar perasaan yang timbul karena faktor-faktor tertentu. Di antaranya, mungkin seringnya bertemu karena kebetulan satu profesi, satu kantor, teman sekampus dan lain lain. Perlu diketahui bahwa setan tidak akan henti-hentinya menggoda manusia sampai terjerumus kepada dosa.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Tetapi tidak menutup kemungkinan cinta dalam ikatan perkawinan bisa memudar sebagaimana yang terjadi antara Barirah dan Mughits karena beragam sebab. Hanya iman yang kuat yang dapat melanggengkan rasa cinta dalam perkawinan, karena cintanya dilandasi cinta karena Allah SWT.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Namun, dari ayat di atas ini pula orang-orang yang membenci Islam mengartikan kalimat “…Dia menciptakan pasanganmu dari jenismu sendiri …” sebagai pembolehan mencintai dan menikah dengan sesama jenis. Laki-laki menikah dengan laki-laki, perempuan menikah dengan perempuan.<br />Padahal, arti sebenarnya dari kalimat ini adalah manusia akan menikah dengan manusia, bukan dengan jenis binatang atau bangsa jin. </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Tidak ada yang ditimpa bencana dengan penyakit ini sebagaimana di lakukan umat semasa Nabi Luth Alaihisalam, kecuali orang yang dijauhkan dari pandangan Allah SWT, hingga ia terusir dari pintu-Nya dan jauh hatinya dari Allah SWT.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">“Dan (Kami telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorang pun (di dunia ini) sebelummu?” Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan syahwatmu (kepada mereka), bukan kepada perempuan, kamu benar benar kaum yang melampaui batas.” (Al-A’raf [7]: 80-81).</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Cinta Kasih Suami-Isteri<br />Rasa cinta yang tumbuh di antara suami- isteri merupakan cinta yang sifatnya fitrah. Tidaklah tercela orang yang senantiasa memiliki rasa cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah. Bahkan hal itu merupakan kesempurnaan yang semestinya disyukuri. Rasulullah SAW sebagai manusia yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugrahi rasa cinta kepada para isterinya. Ketika beliau ditanya oleh sahabatnya yang mulia, ‘Amr ibnul ‘Ash, “Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab, ”Aisyah.” Aku (’Amr ibnul ‘Ash) berkata, “Dari kalangan lelaki?” </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">“Ayahnya (Abu Bakar)!” </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Rasulullah SAW juga membela dan memuji Khadijah bintu Khuwailid Radhiyallahu ‘anha (RA) ketika ‘Aisyah RA cemburu kepadanya: “Sesungguhnya aku diberi rezeki yaitu mencintainya?” </p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Perasaan cinta kepada pasangan hidup kita, kadang mengalami gejolak sebagaimana pasang surut yang dialami sebuah kehidupan rumah tangga. Tinggal bagaimana kita menjaga tumbuhnya cinta itu agar tidak layu, terlebih mati.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Banyak cara yang dapat dilakukan untuk merawat cinta kasih di antara suami-isteri. Misalnya, dengan menumbuhkan rasa saling mengerti dan memahami sifat dan karakter masing-masing. Tidak ada salahnya bila kita memahami dan mengerti dunia kerja pasangan kita. Hal ini akan menumbuhkan sikap saling mendukung dan menguatkan bila suatu saat pasangan kita mengalami permasalahan.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Memerhatikan hal-hal yang terkesan remeh, itu juga bisa melanggengkan rasa cinta dihati. Contohnya, menjaga penampilan atau mengucapkan kata-kata romantis pada pasangan kita. Rasulullah SAW berkata, ”Ucapan suami kepada isterinya: ‘Aku mencintaimu’, tak akan pernah hilang dari hati isterinya untuk selamanya.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Al-Hasan bin Jahm telah meriwayatkan dari Ali bin Musa Al-Ridha, ”Aku pernah melihat Abu Hasan berhias. Lantas aku bertanya: ‘Aku menjadikan diriku sebagai tebusan dirimu. Apakah engkau sedang menghias diri?’ Ia menjawab: ‘Ya, sesungguhnya berhias dan berkeinginan agar tetap tampil indah dipandang mata adalah suatu perbuatan yang dapat menambah kelembutan pada perempuan. Demi Allah, perempuan itu tidak mau memelihara diri disebabkan suaminya tidak mau berhias agar tetap sedap dipandang mata. Sebagian akhlak para nabi ialah menjaga kebersihan, memakai wangi-wangian, mencukur rambut dan banyak mencampuri isteri mereka.”</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">Cinta Sesungguhnya<br />Cinta yang senantiasa terpelihara mesra dengan pasangan kita adalah anugerah yang terindah. Namun, hendaknya kita bisa menempatkan cinta itu pada tempat yang semestinya. Jangan sampai cinta pada belahan hati melupakan cinta yang seharusnya lebih kita utamakan, yaitu cinta kepada yang mempunyai cinta, Allah SWT. Tidak sedikit manusia yang lalai atau terjerumus karena cinta. Cinta kepada manusia tidak akan berlangsung lama. Maka cinta kepada Allah SWT adalah cinta yang abadi.</p><div style="text-align: justify;"> </div><p style="font-family: arial; text-align: justify;">“Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik?” (At-Taubah [9]: 24). *Sri Lestari, ibu rumah tangga tinggal di Yogyakarta. SUARA HIDAYATULLAH, MEI 2009</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-87845868248116093652010-08-08T21:47:00.000-07:002010-08-08T21:47:49.235-07:00Usaha Haram dan Implikasi Buruknya<a href="http://pengusahamuslim.com/">Usaha Haram dan Implikasi Buruknya</a>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-55672221036793438312010-08-08T21:17:00.000-07:002010-08-08T21:17:44.282-07:00Bagaimanakah Hukum Asuransi dalam Islam (3/3)<a href="http://pengusahamuslim.com/">Bagaimanakah Hukum Asuransi dalam Islam (3/3)</a>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-34857140589663866922010-07-31T12:51:00.000-07:002010-07-31T12:54:36.687-07:00Mawaddah, Mahabbah dan Rahmah dalam Kehidupan Sepasang Insan<p><em>Penulis : Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al-Atsariyyah</em></p> <p>Perasaan cinta kepada pasangan hidup kita terkadang mengalami gejolak sebagaimana pasang surut yang dialami sebuah kehidupan rumah tangga. Tinggal bagaimana kita menjaga tumbuhan cinta itu agar tidak layu terlebih mati.<span id="more-1392"></span></p> <p>Satu dari sekian tanda kebesaran-Nya yang agung, Allah<em> Subhanahu wa Ta’ala</em> menjadikan anak Adam<em> ‘alaihissalam</em> memiliki pasangan hidup dari jenis mereka sendiri, sebagaimana kenikmatan yang dianugerahkan kepada bapak mereka Adam <em>‘alaihissalam</em>. Di saat awal-awal menghuni surga, bersamaan dengan limpahan kenikmatan hidup yang diberikan kepadanya, Adam <em>‘alaihissalam</em> hidup sendiri tanpa teman dari jenisnya. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> pun melengkapi kebahagiaan Adam dengan menciptakan Hawa sebagai teman hidupnya, yang akan menyertai hari-harinya di surga nan indah.</p> <p>Hingga akhirnya dengan ketetapan takdir yang penuh hikmah, keduanya diturunkan ke bumi untuk memakmurkan negeri yang kosong dari jenis manusia (karena merekalah manusia pertama yang menghuni bumi). Keduanya sempat berpisah selama beberapa lama karena diturunkan pada tempat yang berbeda di bumi (<strong>Al-Bidayah wan Nihayah</strong>, 1/81). Mereka didera derita dan sepi sampai Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> mempertemukan mereka kembali.</p> <p>Demikianlah Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menutup “sepi” hidup seorang lelaki keturunan Adam dengan memberi istri-istri sebagai pasangan hidupnya. Dia Yang Maha Agung berfirman:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُوْنَ </span></p> <p>“<em>Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untuk kalian istri-istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kalian mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi kaum yang berfikir.”</em><strong> (Ar-Ruum: 21)</strong></p> <p>Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menciptakan seorang istri dari keturunan anak manusia, yang asalnya dari jenis laki-laki itu sendiri, agar para suami merasa tenang dan memiliki kecenderungan terhadap pasangan mereka. Karena, pasangan yang berasal dari satu jenis termasuk faktor yang menumbuhkan adanya keteraturan dan saling mengenal, sebagaimana perbedaan merupakan penyebab perpisahan dan saling menjauh. (<strong>Ruhul Ma’ani</strong>, 11/265)</p> <p>Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> juga berfirman:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا </span></p> <p>“<em>Dialah yang menciptakan kalian dari jiwa yang satu dan Dia jadikan dari jiwa yang satu itu pasangannya agar ia merasa tenang kepadanya…”</em> <strong>(Al-A’raf: 189)</strong></p> <p>Kata Al-Hafizh Ibnu Katsir <em>rahimahullahu</em>: “Yang dimaksudkan dalam ayat di atas adalah Hawa. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menciptakannya dari Adam, dari tulang rusuk kirinya yang paling pendek. Seandainya Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menciptakan anak Adam semuanya lelaki sedangkan wanita diciptakan dari jenis lain, bisa dari jenis jin atau hewan, niscaya tidak akan tercapai kesatuan hati di antara mereka dengan pasangannya. Bahkan sebaliknya, akan saling menjauh. Namun termasuk kesempurnaan rahmat-Nya kepada anak Adam, Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> menjadikan istri-istri atau pasangan hidup mereka dari jenis mereka sendiri, dan Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> tumbuhkan mawaddah yaitu cinta dan rahmah yakni kasih sayang. Karena seorang lelaki atau suami, ia akan senantiasa menjaga istrinya agar tetap dalam ikatan pernikahan dengannya. Bisa karena ia mencintai istrinya tersebut, karena kasihan kepada istrinya yang telah melahirkan anak untuknya, atau karena si istri membutuhkannya dari sisi kebutuhan belanja (biaya hidupnya), atau karena kedekatan di antara keduanya, dan sebagainya.” (<strong>Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir</strong>, hal. 1052)</p> <p><em>Mawaddah</em> dan <em>rahmah</em> ini muncul karena di dalam pernikahan ada faktor-faktor yang bisa menumbuhkan dua perasaan tersebut. Dengan adanya seorang istri, suami dapat merasakan kesenangan dan kenikmatan, serta mendapatkan manfaat dengan adanya anak dan mendidik mereka. Di samping itu, ia merasakan ketenangan, kedekatan dan kecenderungan kepada istrinya. Sehingga secara umum tidak didapatkan <em>mawaddah</em> dan <em>rahmah</em> di antara sesama manusia sebagaimana mawaddah dan rahmah yang ada di antara suami istri. (<strong>Taisir Al-Karimir Rahman</strong>, hal. 639)</p> <p>Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> tumbuhkan <em>mawaddah</em> dan <em>rahmah</em> tersebut setelah pernikahan dua insan. Padahal mungkin sebelumnya pasangan itu tidak saling mengenal dan tidak ada hubungan yang mungkin menyebabkan adanya kasih sayang, baik berupa hubungan kekerabatan ataupun hubungan rahim. Al-Hasan Al-Bashri, Mujahid, dan ‘Ikrimah <em>rahimuhumullah</em> berkata: “<em>Mawaddah</em> adalah ibarat/kiasan dari nikah (<em>jima</em>‘) sedangkan <em>rahmah</em> adalah ibarat/kiasan dari anak.” Adapula yang berpendapat, <em>mawaddah</em> adalah cinta seorang suami kepada istrinya, sedangkan <em>rahmah</em> adalah kasih sayang suami kepada istrinya agar istrinya tidak ditimpa kejelekan. (<strong>Ruhul Ma’ani </strong>11/265, <strong>Fathul Qadir</strong> 4/263)</p> <h3>Cinta Suami Istri adalah Anugerah Ilahi</h3> <p>Rasa cinta yang tumbuh di antara suami istri adalah anugerah dari Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> kepada keduanya, dan ini merupakan cinta yang sifatnya tabiat. Tidaklah tercela orang yang senantiasa memiliki rasa cinta asmara kepada pasangan hidupnya yang sah. Bahkan hal itu merupakan kesempurnaan yang semestinya disyukuri. Namun tentunya selama tidak melalaikan dari berdzikir kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>, karena Allah<em> Subhanahu wa Ta’ala</em> berfirman:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">يآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا لاَ تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلاَ أَوْلاَدُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ. وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ </span></p> <p>“<em>Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta-harta kalian dan anak-anak kalian melalaikan kalian dari zikir/mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” </em><strong>(Al-Munafiqun: 9)</strong></p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">رِجَالٌ لاَ تُلْهِِيْهِمْ تِجَارَةٌ وَلاَ بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللهِ </span></p> <p>“<em>Laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak pula oleh jual beli dari mengingat Allah… </em>“ <strong>(An-Nur: 37)</strong> (<strong>Ad-Da`u wad Dawa`,</strong> Ibnul Qayyim, hal. 293, 363)</p> <p>Juga, cinta yang merupakan tabiat manusia ini tidaklah tercela selama tidak menyibukkan hati seseorang dari kecintaan kepada Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> sebagai Dzat yang sepantasnya mendapat kecintaan tertinggi. Karena Dia Yang Maha Agung mengancam dalam firman-Nya:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">قُلْ إِنْ كَانَ آبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيْرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوْهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيْلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللهُ بِأَمْرِهِ وَاللهُ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ </span></p> <p>“<em>Katakanlah: ‘Jika bapak-bapak kalian, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, rumah-rumah tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.’ Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik</em>.” <strong>(At-Taubah: 24)</strong></p> <h3>Kecintaan kepada Istri</h3> <p>Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, makhluk Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> yang paling mulia dan sosok yang paling sempurna, dianugerahi rasa cinta kepada para istrinya. Beliau nyatakan dalam sabdanya:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُنْيَا النِّسَاءُ وَ الطِّيْبُ، وَجُعِلَ قُرَّةُ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ</span></p> <p>“<em>Dicintakan kepadaku dari dunia kalian1, para wanita (istri) dan minyak wangi, dan dijadikan penyejuk mataku di dalam shalat</em>.”2</p> <p>Ketika Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> ditanya oleh shahabatnya yang mulia, ‘Amr ibnul ‘Ash <em>radhiallahu ‘anhu</em>:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">أَيُّ النَّاسِ أَحَبُّ إِلَيْكَ؟ قَالَ: عَائِشَةُ. فَقُلْتُ: مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ : أَبُوْهَا </span></p> <p>“Siapakah manusia yang paling engkau cintai?” Beliau menjawab: “Aisyah.”<br />Aku (‘Amr ibnul Ash) berkata: “Dari kalangan lelaki?”<br />“Ayahnya (Abu Bakar),” jawab beliau.3</p> <p>Dan beliau <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkata membela dan memuji Khadijah bintu Khuwailid<em> radhiallahu ‘anha</em> ketika ‘Aisyah<em> radhiallahu ‘anha</em> cemburu kepadanya:</p> <p><span style="font-size: large; font-family: tahoma;"></span></p> <p style="text-align: right;">إِنِّي قَدْ رُزِقْتُ حُبَّهَا</p> <p> </p> <p>“<em>Sesungguhnya aku diberi rizki yaitu mencintainya</em>.” 4</p> <p>Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> pun pernah ingin menjadi perantara dan penolong seorang suami yang sangat mencintai istrinya untuk tetap mempertahankan istri yang dicintainya dalam ikatan pernikahan dengannya. Namun si wanita enggan dan tetap memilih untuk berpisah, sebagaimana kisah Mughits dan Barirah. Barirah5 adalah seorang sahaya milik salah seorang dari Bani Hilal. Sedangkan suaminya Mughits adalah seorang budak berkulit hitam milik Bani Al-Mughirah. Barirah pada akhirnya merdeka, sementara suaminya masih berstatus budak. Ia pun memilih berpisah dengan suaminya diiringi kesedihan Mughits atas perpisahan itu. Hingga terlihat Mughits berjalan di belakang Barirah sembari berlinangan air mata hingga membasahi jenggotnya, memohon kerelaan Barirah untuk tetap hidup bersamanya. Rasulullah <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkata kepada paman beliau, Al-’Abbas <em>radhiallahu ‘anhu</em>:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">يَا عَبَّاسُ, أَلاَ تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيْثٍ بَرِيْرَةَ، وَمِنْ بُغْضِ بَرِيْرَةَ مُغِيْثًا؟ فَقاَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَوْ رَاجَعْتِهِ. قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ تَأْمُرُنِي؟ قَالَ: إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ. قَالَتْ: لاَ حَاجَةَ لِي فِيْهِ </span></p> <p>“<em>Wahai paman, tidakkah engkau merasa takjub dengan rasa cinta Mughits pada Barirah dan rasa benci Barirah terhadap Mughits</em>?”<br />Nabi <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em> berkata kepada Barirah: “<em>Seandainya engkau kembali kepada Mughits</em>.” Barirah bertanya kepada beliau, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkan aku?”<br />“<em>Tidak</em>,” kata Rasulullah, “<em>Akan tetapi aku hanya ingin menolongnya</em>.”<br />“Aku tidak membutuhkannya,” jawab Barirah.6</p> <h3>Tiga Macam Cinta Menurut Al-Imam Ibnul Qayyim <em>rahimahullahu</em></h3> <p>Perlu diketahui oleh sepasang suami istri, menurut Al-Imam Al-’Allamah Syamsuddin Abu Abdillah Muhammad bin Abi Bakar yang lebih dikenal dengan Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah <em>rahimahullahu</em>, ada tiga macam cinta dari seorang insan kepada insan lainnya:</p> <p><strong>Pertama</strong>: Cinta asmara yang merupakan amal ketaatan. Yaitu cinta seorang suami kepada istri atau budak wanita yang dimilikinya. Ini adalah cinta yang bermanfaat. Karena akan mengantarkan kepada tujuan yang disyariatkan Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dalam pernikahan, akan menahan pandangan dari yang haram dan mencegah jiwa/hati dari melihat kepada selain istrinya. Karena itulah, cinta seperti ini dipuji di sisi Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dan di sisi manusia.</p> <p><strong>Kedua:</strong> Cinta asmara yang dibenci Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dan akan menjauhkan dari rahmat-Nya. Bahkan cinta ini paling berbahaya bagi agama dan dunia seorang hamba. Yaitu cinta kepada sesama jenis, seorang lelaki mencintai lelaki lain (<em>homo</em>) atau seorang wanita mencintai sesama wanita (<em>lesbian</em>). Tidak ada yang ditimpa bala dengan penyakit ini kecuali orang yang dijatuhkan dari pandangan Allah<em> Subhanahu wa Ta’ala</em>, hingga ia terusir dari pintu-Nya dan jauh hatinya dari Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em>. Penyakit ini merupakan penghalang terbesar yang memutuskan seorang hamba dari Allah<em> Subhanahu wa Ta’ala</em>. Cinta yang merupakan musibah ini merupakan tabiat kaum nabi Luth ‘alaihissalam hingga mereka lebih cenderung kepada sesama jenis daripada pasangan hidup yang Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> tetapkan untuk mereka. Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> mengabarkan:</p> <p style="line-height: 350%;" align="right"><span style="font-size: large; font-family: tahoma;">لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ </span></p> <p>“<em>Demi umurmu (ya Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan</em>.” <strong>(Al-Hijr: 72)</strong></p> <p>Obat dari penyakit ini adalah minta tolong kepada Dzat Yang Maha membolak-balikkan hati, berlindung kepada-Nya dengan sebenar-benarnya, menyibukkan diri dengan berdzikir/mengingat-Nya, mengganti rasa itu dengan cinta kepada-Nya dan mendekati-Nya, memikirkan pedihnya akibat yang diterima karena cinta petaka itu dan hilangnya kelezatan karena cinta itu. Bila seseorang membiarkan jiwanya tenggelam dalam cinta ini, maka silahkan ia bertakbir seperti takbir dalam shalat jenazah7. Dan hendaklah ia mengetahui bahwa musibah dan petaka telah menyelimuti dan menyelubunginya.</p> <p><strong>Ketiga</strong>: Cinta yang mubah yang datang tanpa dapat dikuasai. Seperti ketika seorang lelaki diceritakan tentang sosok wanita yang jelita lalu tumbuh rasa suka di hatinya. Atau ia melihat wanita cantik secara tidak sengaja hingga hatinya terpikat. Namun rasa suka/ cinta itu tidak mengantarnya untuk berbuat maksiat. Datangnya begitu saja tanpa disengaja, sehingga ia tidak diberi hukuman karena perasaannya itu. Tindakan yang paling bermanfaat untuk dilakukan adalah menolak perasaan itu dan menyibukkan diri dengan perkara yang lebih bermanfaat. Ia wajib menyembunyikan perasaan tersebut, menjaga kehormatan dirinya (menjaga ‘<em>iffah</em>) dan bersabar. Bila ia berbuat demikian, Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> akan memberinya pahala dan menggantinya dengan perkara yang lebih baik karena ia bersabar karena Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dan menjaga ‘iffah-nya. Juga karena ia meninggalkan untuk menaati hawa nafsunya dengan lebih mengutamakan keridlaan Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> dan ganjaran yang ada di sisi-Nya. (<strong>Ad-Da`u wad Dawa</strong>`, hal. 370-371)</p> <p>Bila cinta kepada pasangan hidup, kepada suami atau kepada istri, merupakan perkara kebaikan, maka apa kiranya yang mencegah seorang suami atau seorang istri untuk mencintai, atau paling tidak belajar mencintai teman hidupnya?<br /><em>Wallahu ta‘ala a‘lam bish-shawab.</em></p> <p><span style="text-decoration: underline;">Catatan kaki:</span><em><br /></em></p> <p>1 Tiga perkara ini (wanita, minyak wangi dan shalat) dinyatakan termasuk dari dunia. Maknanya adalah: ketiganya ada di dunia. Kesimpulannya, beliau menyatakan bahwa dicintakan kepadaku di alam ini tiga perkara, dua yang awal (wanita dan minyak wangi) termasuk perkara tabiat duniawi, sedangkan yang ketiga (shalat) termasuk perkara <em>diniyyah</em> (agama). (Catatan kaki <strong>Misykatul Mashabih</strong> 4/1957, yang diringkas dari <strong>Al-Lam’aat</strong>, Abdul Haq Ad-Dahlawi)<br />2 <strong>HR. Ahmad</strong> 3/128, 199, 285, <strong>An-Nasa`i</strong> no. 3939 kitab ‘<strong>Isyratun Nisa’ </strong>bab Hubbun Nisa`. Dihasankan Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i <em>rahimahullahu</em> dalam <strong>Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain</strong> (1/82)<br />3<strong> HR. Al-Bukhari</strong> no. 3662, kitab Fadha`il Ashabun Nabi <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>, bab Qaulin Nabi <em>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</em>: “<em>Lau Kuntu Muttakhidzan Khalilan</em>” dan <strong>Muslim</strong> no. 6127 kitab Fadha`ilush Shahabah, bab Min Fadha`il Abi Bakar Ash-Shiddiq<em> radhiallahu ‘anhu</em>.<br />4 <strong>HR. Muslim</strong> no. 6228 kitab Fadha`ilus Shahabah, bab Fadha`il Khadijah Ummul Mu`minin <em>radhiallahu ‘anha</em><br />5 Disebutkan bahwa Barirah memiliki paras yang cantik, tidak berkulit hitam. Beda halnya dengan Mughits, suaminya. Barirah menikah dengan Mughits dalam keadaan ia tidak menyukai suaminya. Dan ini tampak ketika Barirah telah merdeka, ia memilih berpisah dengan suaminya yang masih berstatus budak. Dimungkinkan ketika masih terikat dalam pernikahan dengan suaminya, Barirah memilih bersabar di atas hukum Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> walaupun ia tidak menyukai suaminya. Dan ia tetap tidak menampakkan pergaulan yang buruk kepada suaminya sampai akhirnya Allah <em>Subhanahu wa Ta’ala</em> memberikan kelapangan dan jalan keluar baginya. (<strong>Fathul Bari</strong>, 9/514)<br />6 Lihat hadits dalam <strong>Shahih Al-Bukhari</strong> no. 5280-5282, kitab Ath-Thalaq, bab Khiyarul Amati Tahtal ‘Abd dan no. 5283, bab Syafa’atun Nabi <em><strong>Shallallahu ‘alaihi wa sallam</strong></em> fi Zauji Barirah.<br />7 Artinya dia telah mati</p> <p>(Sumber: Majalah Asy Syariahh No. 24/II/1427 H/2006 halaman 78 s.d. 81, judul: Mawaddah, Mahabbah & Rahmah dalam Kehidupan Sepasang Insan, penulis: Al Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein Al Atsariyyah, URL sumber: http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=368)</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-85517689760839930492010-07-26T00:06:00.000-07:002010-07-26T00:09:10.133-07:00Seputar Ujian Di Kehidupan Kita<div class="storycontent"> <p style="font-weight: bold; font-family: arial;"><span class="hilite">Ujian</span> dari Allah Lewat Pendamping <span class="hilite">Hidup</span>.</p> <p>“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), bagi mereka laknat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika) lidah, tangan, dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi kepada mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allahlah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya).”<br />(QS An Nuur [24] : 23-25)</p> <p>“(Pada hari pembalasan itu / akhirat) Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga).”<br />(QS An Nuur [24] : 26)</p> <p>Wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan sebaliknya, begitu seterusnya. Lalu, mengapa Al Qur’an menuturkan pula bahwa ada hamba-hamba Allah yang sangat shaleh, yakni Nuh As dan Luth As, memiliki istri yang durhaka kepada Allah SWT. Juga wanita shalehah seperti Asiyah, ternyata bersuamikan Fir’aun, orang yang sangat ingkar kepada Allah SWT. Walaupun, ada juga yang keduanya shaleh, seperti Rasul SAW dan istri-istrinya. Dan ada yang keduanya durhaka, seperti Abu Jahal dan istrinya.</p> <p>Bila kita telaah lebih jauh, surat An Nuur ayat 26 diatas ternyata diawali oleh ayat-ayat (23-25) yang menceritakan tentang balasan kehidupan di akhirat kelak. Artinya, kondisi pada ayat 26 tersebut hanyalah berlaku di akhirat, tidak berlaku untuk kondisi di dunia.</p> <p>Buktinya, <span class="hilite">dalam</span> kehidupan nyata sehari-hari pun, tak bisa kita pungkiri bahwa tak sedikit wanita shalehah yang memiliki suami yang tidak shaleh atau sebaliknya. Maha Suci Allah dari berbuat dzalim. Dunia memang diciptakan Allah hanyalah sebagai tempat untuk menguji manusia, apakah kita hamba Allah atau bukan, bertakwa atau tidak, layak memasuki surga atau tidak. Karena itu, karakter pasangan seperti apapun yang ditakdirkan Allah untuk kita, maka hal itu pun merupakan <span class="hilite">ujian</span> bagi kita.</p> <p>Karena dunia ini hanyalah tempat <span class="hilite">ujian</span>, bukan tempat pembalasan amal perbuatan, maka keadilan memang tak selalu ada di dunia. Berbeda dengan kehidupan akhirat, perbuatan baik atau buruk sekecil apapun yang kita lakukan di dunia pasti akan dibalas dengan seadil-adilnya oleh Allah Yang Maha Adil di akhirat kelak.</p> <p>Justru, salah satu ujian di dunia ini adalah bagaimana kita menyikapi <span class="hilite">ujian</span> lewat pendamping <span class="hilite">hidup</span> kita yang masih jauh dari Allah. Ini merupakan salah satu cara untuk menentukan siapa yang tetap teguh pada kebaikan dan siapa yang menyimpang dari jalan-Nya.</p> <p>Selain itu, <span class="hilite">dalam</span> perbincangan seputar memilih pendamping <span class="hilite">hidup</span> pun, seringkali diungkapkan bahwa, “Bila kita menginginkan pasangan yang shaleh, maka kita harus memperbaiki diri terlebih dahulu agar menjadi wanita shalehah. Harapannya, agar kita bisa mendapatkan pasangan yang shaleh pula.”</p> <p>Tidak salah ungkapan terebut, hanya saja upaya untuk membentuk karakter shalehah <span class="hilite">dalam</span> diri bukan sekadar agar mendapatkan pasangan yang shaleh, tapi harus ditujukan semata-mata untuk menghambakan diri kepada Allah SWT, karena sudah selayaknya setiap mahluk di langit dan di bumi tunduk dan patuh kepada-Nya.</p> <p>Ungkapan diatas bisa jadi dilatarbelakangi karena memahami Surat An Nuur ayat 26 (yang menyebutkan bahwa wanita yang baik untuk laki-laki yang baik dan wanita yang keji untuk laki-laki yang keji) sebagai suatu kondisi yang juga akan terjadi juga <span class="hilite">dalam</span> kehidupan di dunia, padahal tidak demikian halnya.</p> <p>Semoga Allah SWT menuntun kita agar menjadi seorang muslim yang shaleh dan shalehah, menjadi hamba Allah yang senantiasa memurnikan ketaaatan kepada-Nya. Wallahu’alam.</p> </div>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-90785384804763623842010-07-18T02:17:00.000-07:002010-07-18T02:19:13.052-07:00SENAM FANTASI<h3> <span class="post_cats"><a href="http://pondokibu.com/tag/senam-fantasi/" rel="tag"><br /></a></span> </h3> <p><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/unikom/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot.png" alt="" /><img src="file:///C:/DOCUME%7E1/unikom/LOCALS%7E1/Temp/moz-screenshot-1.png" alt="" />Permainan ini tidak membutuhkan alat. Anda hanya butuh untuk duduk bersila bersama dengan anak-anak atau murid-murid Anda secara melingkar. Minta mereka untuk memejamkan mata dan membayangkan seperti apa yang Anda katakan. Mereka boleh saja menjawab pertanyaan Anda, namun dengan syarat mereka tidak boleh membuka mata sampai Anda memintanya.</p> <p>Anda bisa mengambil sebuah topik. Misalkan, tentang berjalan-jalan ke hutan.<span id="more-1824"></span></p> <p>“Kita berjalan-jalan ke hutan. Ada banyak pohon yang tinggi disana. Lihat! Ada pohon apa saja yang kamu lihat?”</p> <p>“Oh, ya, ya…ada pohon apel disana…Bisa kamu lihat apa warna apel itu? Kamu bisa mengambilnya? Apa rasanya?”</p> <p>“Lalu kita berjalan lagi, jauh…dan, stop! Lihat disana, itu pohon yang ada di ujung sana! Besar sekali bukan? Ayo kita ke pohon itu!”</p> <p>“wow…subhanallah…besar sekali, ya? Bisakah kamu mengulurkan tanganmu untuk memeluknya??”</p> <p>“Uuupps…! Ada kelapa yang jatuh! Bagaimana bunyinya?”</p> <p>“Yaa…BUMM!! Kelapa jatuh…oh, awas, ada daun-daun yang berjatuhan! Kemana dia akan jatuh ya? Ke tanah? Atau ke langit?”</p> <p>“Oke…matahari sudah hampir tenggelam sekarang, ayo kita pulang, dan kalian boleh membuka mata.”</p> <p>Seperti itulah kira-kira. Permainan ini dikembangkan untuk melatih kemampuan anak berkreasi dan berimajinasi. Anda dapat memilih topik lain yang menarik bagi mereka.</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-2830842414882508212010-07-18T02:08:00.000-07:002010-07-18T02:13:40.042-07:00PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK KELOMPOK UMUR 3 – 4 TAHUN<p><strong>A. Kemampuan perkembangan yang harus dicapai anak sesaat sebelum berumur 4 tahun.</strong></p> <p>1. Gerak kasar : Berjalan jinjit<br />2. Gerak halus : Meniru membuat gambar lingkaran.<br />3. Bicara, bahasa, dan kecerdasan: Mengenal dan menyebutkan paling sedikit 1 warna.<br />4. Bergaul dan mandiri : Mematuhi peraturan sederhana dalam permainan.<br /><span id="more-249"></span><strong>B. Stimulasi perkembangan yang perlu diberikan :</strong></p> <p><em>1. Melatih anak berjalan mengikuti garis lurus.</em><br />Latihlah anak berjalan mengikuti garis lurus, misalnya sepanjang garis pada lantai. tunjukkan bagaimana menggunakan kedua tangan untuk menjaga keseimbangan.<br /><em></em></p> <p><em>2. Membantu anak belajar melompat dengan satu kaki.</em><br />Ajarilah anak melompat dengan satu kaki seperti pada waktu main engklek. Mula-mula anak perlu dipegang tangannnya. Lama-kelamaan biarkan ia melakukannya sendiri.</p> <p><em>3. Membantu anak belajar melempar benda kecil ke atas.</em><br />Ambillah benda kecil yang ringan, kemudian tunjukkan cara melemparkan benda tersebut ke atas dan cara menjatuhkan benda ke dalam kaleng.</p> <p><em>4. Membantu anak belajar menggunting dan membuat buku cerita dengan gambar tempel.</em> Tunjukkan kepada anak cara mengunting gambar dari majalah/koran/buku bekas. Ajarilah anak untuk menyusun dan menempelkan gambar tersebut pada kertas, sehingga membentuk suatu urutan cerita.</p> <p><em>5. Melatih anak belajar “menjahit”</em><br />Tempelkan sebuah gambar pada karton. Lubangilah karton tersebut dengan sebuah paku disekeliling gambar tersebut. Ambillah tali sepatu/tali rafia yang salah satu ujungnya telah disimpulkan. MAsukkan ujung lainnya ke dalam lubang-lubang tersebut menyerupai gerakan menjahit. MIntalah anak untuk menirukannya.<br /><em><br />6. Mintalah anak menggambar dan menulis.</em><br />Tunjukkan kepada anak cara membuat garis dan bulatan menjadi gambar rumah, tonggak, matahari, bulan dan sebagainya. Tunjukkan pula cara menulis huruf dan angka, serta menulis namanya. LAtihlah agar ia sedikit demi sedikit dapat menggambar dan menulis.</p> <p><em>7. Melatih anak mengenal huruf dan angka</em><br />Untuk membantu anak mengenal huruf dan angka, buatlah potongan-potongan karton sebesar kartu. Tuliskan angka 1 – 10 dan huruf A, B, C dan seterusnya pada potongan-potongan karton tersebut satu persatu, dan ajarkan cara menyebutnya. Mintalah kepadanya untuk mencari dan menemukan tulisan yang sama di majalah/koran/buku. latihlah anak, sampai ia mengenal semua huruf dan angka dengan baik.<br /><em><br />8. Melatih anak mengenal bentuk dan warna</em><br />Sediakan kertas berwarna, karton, gunting, dan lem. guntinglah kertas berwarna menjadi bentuk, misalnya segitiga, segi empat, lingkaran dan sebagainya. BIcarakanlah dengan anak mengenai perbedaan bentuk dan warna, serta tunjukkan cara membuat gambar tempel. Mintalah anak menempelkan bentuk berwarna tersebut pada karton.<br /><em><br />9. Memberi kesempatan kepada anak untuk menceritakan tentang dirinya, dan mengetahui urutan cerita.</em><br />Buatlah anak agar ia mau menceritakan kejadian yang dialaminya dan apa yang dilihatnya. Bantulah anak dengan lebih dahulu menceritakanya, kemudian mintalah ia melanjutkannya menurut urutanya.</p> <p><em>10. Melatih anak mengenal perbandingan.</em><br />Ajarkan kepada anak membandingkan sifat benda, misalnya lebih panjang, lebih pendek, lebih besar, lebih muda, dan sebagainya.</p> <p><em>11.Mengajari anak mengenal lawan kata.</em><br />Sebutkan beberapa kata yang biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari, misanya : panas, panjang, luas, dsb. Mintalah anak menyebutkan lawan katanya.<br /><em><br />12. Membantu anak belajar mandi dan mengeringkan tubuhnya.</em><br />Ajari anak cara mandi sendiri dengan sabun, membilas tubuh, dan mengeringkan dengan handuk.</p> <p><em>13. Mengajak anak mengikuti kegiatan memasak, dan memberi kesempatan untuk bertanya.</em><br />Ajaklah anak untuk membantu memasak di dapur. berilah ia pekerjaan yang mudah dan tidak berbahaya, seperti menimbang, mengaduk, membubuhkan gula, dsb. Bicarakanlah apa yang sedang dikerjakan bersama, dan beri kesempatan kepada anak untuk bertanya.</p> <p><em>14.Melatih anak untuk bisa mengatasi kesedihan dan kekecewaan.</em><br />Bujuklah dan tenangkanlah anak ketika ia menangis atau kecewa dengan cara membelainya dan berbicara kepadanya dengan lembut mengenai apa yang dirasakannya.</p> <p><em>15.Membantu anak mengenal sopan santun, berterimakasih, mencium tangan dansebagainya.</em><br />Ajarkanlah dan tunjukkanlah kepada anak sikap sopan santun, misalnya menghormati orang yang lebih tua, mengucapkan terimakasih, mencium tangan, berdoa, dan sebagainya.</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-63762568589311268212010-06-30T00:34:00.000-07:002010-06-30T00:36:09.469-07:00Tentang Bisul<pre>Ini hal sepele yang kerap diderita anak tapi sering bikin kita jengkel.<br />Habis, baru sembuh sebentar, eh sudah muncul lagi.<br />Pasti anak Ibu banyak makan telur, makanya bisulan." Begitu, kan, komentar<br />yang sering kita dengar? Padahal, itu sama sekali tak benar! "Itu cuma<br />mitos," ujar dr. Titi Lestari Sugito, SpKK. "Enggak ada kaitannya, kok,<br />antara telur dan bisulan," lanjut dokter spesialis kulit dan kelamin RSUPN<br />Ciptomangunkusumo ini.<br /><br />Justru telur adalah makanan bergizi. "Telur itu, kan, mengandung protein.<br />Jadi, boleh diberikan kepada anak," tandas Titi. Bukankah kecukupan gizi<br />yang baik akan meningkatkan daya tahan tubuh menjadi lebih baik? Lantas,<br />apa, dong, sebenarnya yang membikin bisul?<br /><br />LINGKUNGAN KURANG BERSIH<br />Bisul atau bisulan (kalau jumlahnya banyak) yang dalam bahasa kedokteran<br />disebut furunkel, seperti dituturkan Titi, merupakan radang atau infeksi<br />yang disebabkan oleh kuman atau bakteri staphylococcus aureus. "Bisul bisa<br />menyerang siapa saja dan dari golongan usia berapa saja, namun yang paling<br />sering diserang adalah bayi dan anak-anak." Lo, kok, begitu?<br />Seperti kita ketahui, faktor kebersihan memegang peranan penting dalam<br />terjadi-tidaknya infeksi. Bila lingkungan kurang bersih, infeksi pun akan<br />mudah terjadi. Sementara yang namanya anak, identik dengan dunia bermain,<br />termasuk main yang kotor-kotor semisal main tanah. Belum lagi habis main<br />si anak langsung pegang ini-itu tanpa cuci tangan lebih dulu. "Nah, kalau<br />kebersihan anak dan bayi tak dijaga dan diperhatikan oleh orang tua, ya,<br />susah. Itu akan mempermudah terjadinya bisul," ujar Titi.<br />Selain itu, anak-anak biasanya sering menggaruk karena rasa gatal yang<br />ditimbulkan akibat banyak keringat dan biang keringat. Padahal, terang<br />Titi, garukan tersebut dapat merusak kulit sehingga memudahkan masuknya<br />kuman dan timbullah infeksi. "Itulah mengapa anak yang sering berkeringat,<br />apalagi keringat buntet, mudah timbul bisulan."<br />Umumnya bisulan pada bayi dan anak-anak ditemui di daerah-daerah yang<br />banyak berkeringat seperti di muka, punggung, lipatan-lipatan paha dan<br />sebagainya. Dengan demikian, daerah-daerah tersebutlah yang paling sering<br />digaruk oleh anak atau mendapatkan gesekan, sehingga pertahanan kulit akan<br />terganggu dan mudah terjadi infeksi. Apalagi kulit bayi dan anak-anak<br />masih tipis dan cukup rentan.<br />Namun jangan pula dilupakan faktor gizi. Sebab, seperti dikatakan Titi,<br />gizi yang kurang juga dapat mempengaruhi timbulnya infeksi. "Bila gizi<br />kurang berarti daya tahan tubuh menurun, sehingga akan mempermudah<br />timbulnya infeksi," jelasnya. Terlebih lagi pada bayi dan anak-anak,<br />kekebalan tubuhnya memang masih kurang dibandingkan orang dewasa.<br /><br />MEMERAH DAN BENGKAK<br />Orang tua bisanya kurang tanggap terhadap gejala munculnya bisul. Entah<br />lantaran kurang perhatian atau memang tak tahu seperti apa gejala bisul.<br />Maklumlah, gejala awalnya hanya terlihat semacam bintil merah, baru<br />kemudian membesar dan bahkan terkadang ditemui abses atau bernanah.<br />"Proses membesarnya bisul merupakan proses imflamasi atau radang. Jadi,<br />ada suatu mekanisme atau reaksi dari tubuh terhadap adanya kuman di daerah<br />tersebut," jelas Titi.<br />Warna memerah dan bengkak merupakan tanda bahwa tubuh memberikan suatu<br />respon dengan berusaha mendatangkan sel-sel radang di sekitarnya untuk<br />mematikan kuman dan mengeluarkan kuman tersebut. Lamanya proses membesar<br />tergantung dari respons imunologis yang dimiliki orang tersebut. Bila<br />responsnya baik, maka makin cepat pula sembuhnya.<br />Menurut Titi, sebetulnya gejala bisul tak selalu sampai bernanah. Kalau<br />toh akhirnya bernanah, itu pertanda bahwa pertahanan tubuh kurang atau<br />lantaran infeksi tersebut tak segera ditangani. "Tapi bila pertahanan<br />tubuh baik atau infeksinya segera diobati, misalnya pemberian antibiotik,<br />maka tak akan sampai abses. Biasanya bisul cuma memerah dan kemudian<br />mengecil sendiri." Nah, pada anak-anak, karena pertahanan tubuhnya masih<br />kurang, mau tak mau bisul harus diobati.<br />Biasanya gejala bisul disertai rasa nyeri akibat radang atau infeksinya.<br />Apalagi kalau bisul semakin besar. Tubuh yang tak bisa mengatasi akan<br />mengakibatkan bisul yang timbul menjadi banyak dan bernanah, sehingga<br />terjadilah penyebaran kuman yang tak hanya di satu lokasi saja.<br />Penyebarannya juga bisa lewat darah atau kelenjar getah bening, "Tapi itu<br />jarang sekali terjadi," ujar Titi.<br />Yang pasti, karena penyebabnya infeksi maka bisul termasuk penyakit<br />menular. "Menularnya bisa karena garukan tangan, sehingga memindahkan<br />kumannya dari satu tempat ke tempat lain." Tak heran awam sering menyebut<br />bisulnya jadi beranak. "Itu menunjukkan daya tahan tubuh anak kurang<br />sekali."<br /><br />JANGAN DIPENCET<br />Seringkali bisul dibiarkan saja, tak segera diobati. Tunggu sampai<br />istilahnya "matang". Padahal, justru sebetulnya kalau bisa bisul jangan<br />sampai bernanah, "Karena bisa terjadi kerusakan jaringan yang lebih parah<br />dan banyak lagi. Kulit bisa berongga," terang Titi.<br />Jika bisul hanya satu atau beberapa dan masih kecil di permukaan biasanya<br />bisa disembuhkan dengan salep antibiotik. Pemakaian obat dalam bentuk<br />salep atau krim yang dioleskan di kulit lebih efektif ketimbang pengobatan<br />jenis lain. Obat-obatan semacam salep ini sangat dianjurkan untuk kulit<br />karena dibuat dengan daya serap yang cukup efektif terhadap kulit. Tapi,<br />jika sudah membesar, agak dalam dan banyak, anak perlu diberi obat<br />antibiotik yang diminumkan juga.<br />Penisilin juga merupakan salah satu obat pilihan. Cuma, bakteri<br />staphylococcus aureus penyebab bisul bisa mengakibatkan resisten terhadap<br />penisilin, karena kuman tersebut mengeluarkan enzim sehingga penisilinnya<br />tak berfungsi lagi. Akibatnya banyak yang menjadi resisten. Karena itu,<br />anjur Titi, lebih baik berikan obat antibiotik yang tahan terhadap enzim<br />yang dikeluarkan kuman tadi, supaya efektif. Selain itu, penisilin juga<br />merupakan salah satu obat yang relatif sering menimbulkan reaksi alergi.<br />Bila sudah terjadi abses, sebaiknya nanahnya dikeluarkan. Biasanya dokter<br />akan menginsisi/mengiris dengan pisau tajam sehingga penyembuhannya akan<br />lebih sempurna. Bila pecah sendiri akan menimbulkan kerusakan kulit dan<br />akan berbekas. Begitu pula bila dipaksa dikeluarkan, misalnya dengan<br />dipencet, penyembuhannya akan menimbulkan bekas yang tak sedap dipandang.<br />"Bekas pada jaringan kulitnya akan meninggalkan parut, bisa lekukan atau<br />yang lebih tinggi lagi. Tak mungkin akan normal kembali. Walaupun pada<br />anak kulitnya masih berkembang, namun tetap saja tak akan normal kembali<br />karena jaringannya yang rusak akan membekas," jelas Titi.<br />Memang, sih, kemajuan teknologi kedokteran memungkinkan untuk mengoreksi<br />bekas luka tersebut dengan operasi. Tapi hal tersebut sangat tergantung<br />pada jaringan parut yang ditimbulkannya. Disamping tentunya memerlukan<br />biaya yang cukup mahal dibandingkan dengan mengobati bisulnya itu sendiri.<br /><br />Untuk mencegah berulangnya kembali bisul pada anak, dianjurkan agar selalu<br />menjaga kebersihan, baik kebersihan diri si anak maupun lingkungannya.<br />Memang, bila dibandingkan sepuluh tahun lalu, masih banyak ditemui bisulan<br />pada bayi dan anak-anak. "Sekarang ini sudah jauh berkurang. Mungkin<br />karena faktor pendidikan, ekonomi dan gizi yang sudah lebih baik," kata<br />Titi.<br /><br />BISUL BUKAN GARA-GARA HOBI MAKAN TELUR<br />Selama ini ada anggapan anak yang kebanyakan makan telur akan gampang<br />bisulan. Betulkah telur memicu bisul?<br />Ada sebuah penelitian yang menyebutkan bahwa angka terjadinya bisulan di<br />Jakarta mencapai 26% dari 326 responden yang diteliti di tahun 2001. Angka<br />itu cukup tinggi, mengingat bisul bukan penyakit berat dan sebagian di<br />antaranya dapat sembuh sendiri. "Masyarakat yang tinggal di daerah padat,<br />sangat rentan terhadap bisul," tandas dr. Susmeiati H. Sabardi, SpKK dari<br />Bagian Kulit dan Kelamin RSAB Harapan Kita, Jakarta. Bisul berada di<br />urutan ketiga dari jenis-jenis peradangan kulit yang paling sering<br />dijumpai.<br /><br />APA SIH BISUL ITU?<br />Bisul sendiri sebenarnya hanyalah sebuah istilah. Jadi, lain daerah bisa<br />lain pula menyebutnya. Akan tetapi secara medis, "Bisul adalah suatu<br />peradangan pada kulit yang biasanya mengenai folikel rambut dan disebabkan<br />oleh kuman staphylococcus aureus," papar dokter yang akrab disapa Susi<br />ini.<br /><br />Dari jenis-jenisnya, secara medis bisul dibedakan sebagai berikut:<br />* Folikulitis<br />Folikulitis adalah peradangan yang hanya terjadi pada umbi akar rambut<br />saja. Berdasarkan letak munculnya, bisul jenis ini dapat dibedakan menjadi<br />2, yaitu superficial atau hanya di permukaan saja dan yang letaknya lebih<br />dalam lagi disebut profunda.<br /><br />* Furunkel<br />Furunkel adalah peradangan pada umbi akar/folikel rambut dan sekitarnya.<br />Biasanya jumlahnya hanya satu.<br /><br />* Furunkel losis<br />Disebut furunkel losis apabila jumlah furunkel-nya lebih dari satu.<br /><br />* Karbunkel<br />Bila di saat yang bersamaan ada beberapa/sekelompok furunkel, secara medis<br />diistilahkan sebagai karbunkel.<br /><br />* Abses multiple kelenjar keringat<br />Bisul ini biasanya berupa benjolan yang tidak bermata, jumlahnya banyak,<br />bergerombol di beberapa tempat, seperti di dada dan sebagainya. Bisul<br />jenis ini paling banyak menyerang anak-anak.<br /><br />* Hidra adinitis<br />Ada juga jenis bisul yang mengenai kelenjar apokrin, yaitu bila bisul<br />tersebut muncul di ketiak atau daerah genital. Secara medis bisul ini<br />diistilahkan sebagai hidra adinitis.<br /><br />* Skrofulo derma<br />Bentuknya memang seperti bisul, tapi sebenarnya adalah benjolan pada getah<br />bening karena penyakit TBC.<br /><br />CERMATI GEJALANYA<br />Walaupun jenis bisul cukup banyak, tapi biasanya orang awam menganggapnya<br />sama saja. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah karena memang gejala yang<br />dimunculkan memang mirip.<br /><br />- Gatal-gatal<br /><br />Bila bisul yang muncul masih berupa folikulitis, gejala yang timbul<br />biasanya berupa gatal-gatal di daerah benjolan dan sekitarnya.<br /><br />- Nyeri<br /><br />Pada bisul yang berjenis furunkel atau karbunkel selain gatal, biasanya<br />juga disertai nyeri.<br /><br />- Berbentuk kerucut dan "bermata"<br /><br />Bisul jenis furunkel dan karbunkel biasanya berbentuk kerucut dan bermata<br />yang mudah pecah dan mengeluarkan cairan dari dalamnya.<br /><br />- Berbentuk kubah<br /><br />Sedangkan bisul yang muncul pada kelenjar keringat biasanya berbentuk<br />bulat seperti kubah, tidak bermata dan tanpa disertai rasa nyeri. Bisul<br />jenis ini biasanya tidak mudah pecah.<br /><br />- Demam<br /><br />Gejala bisul yang muncul pada kelenjar apokrin biasanya disertai demam.<br /><br />HINDARI PEMICUNYA<br />Sekali lagi, bisul bukanlah alergi dimana ada unsur genetik/keturunan yang<br />menyebabkannya kambuh. "Menurut literatur tidak ada orang yang mempunyai<br />bakat bisulan," jelas Susi. Namun pada beberapa kasus, ada juga orang yang<br />mempunyai kecenderungan bisulan berulang. "Biasanya orang-orang dengan<br />penyakit tertentu, seperti diabetes, lebih mudah bisulan dan setelah<br />sembuh pun dengan mudah akan muncul lagi," lanjutnya.<br /><br />Secara garis besar ada 3 pemicu munculnya bisul, yaitu:<br /><br />- Faktor kebersihan<br />Pada dasarnya bisul muncul karena adanya kuman. Orang-orang yang tidak<br />menjaga kebersihan tubuh dan lingkungannya dengan baik, otomatis lebih<br />berpeluang terpapar kuman penyebab bisul. Tak heran kalau mereka yang<br />tinggal di daerah pemukiman padat, di daerah pengungsian, dimana faktor<br />kebersihannya terabaikan akan lebih mudah bisulan. Namun harus diingat,<br />walaupun tinggal di tempat yang bersih tapi kalau jarang mandi dan<br />membersihkan badan, dengan sendirinya kuman pun akan bersarang.<br /><br />- Daerah tropis<br />Secara geografis Indonesia termasuk daerah tropis. Dimana udaranya panas<br />sehingga dengan mudah orang akan berkeringat. Keringat pun bisa menjadi<br />salah satu pemicu munculnya bisul. Terutama bisul yang terjadi pada<br />kelenjar keringat.<br /><br />- Menurunnya daya tahan tubuh<br />Menurunnya daya tahan tubuh bisa disebabkan oleh beberapa hal, di<br />antaranya kurang gizi, gangguan darah seperti anemia, mengidap penyakit<br />keganasan seperti kanker, atau penyakit lain seperti diabetes dan<br />sebagainya. Biasanya faktor pemicu itu tak muncul sendirian, melainkan ada<br />beberapa sekaligus. "Misalnya karena selalu berkeringat kemudian muncul<br />biang keringat. Karena gatal, lalu digaruk, ditambah lagi kebersihannya<br />jelek dan gizinya pun rendah, akhirnya jadi bisul. Begitu seterusnya,"<br />jelas Susi.<br /><br />Jadi, tidak benar anggapan sebagian masyakarat yang menyebutkan bisulan<br />gara-gara banyak makan telur. "Kalau memang sudah ada faktor pemicunya,<br />mau makan telur atau tidak ya tetap saja bisulan," tandas Susi.<br /><br />Setelah bisulan pun sebetulnya tidak ada pantangan terhadap makanan<br />tertentu, termasuk telur. Yang jelas pola makan memang haruslah seimbang.<br />Pesannya, "Jangan makan telur terlalu banyak, terlepas apakah akan bisulan<br />atau tidak."<br /><br />Menurut Susi bisul bisa saja muncul sejak bayi, meski bukan bayi baru<br />lahir. Ibu-ibu, terutama yang baru punya anak pertama, umumnya takut<br />memandikan dan mengeramasi bayinya. "Padahal bayi juga sudah berkeringat.<br />Terlebih kalau bayi dibobok dengan segala macam minyak penghangat yang<br />tentu jadi lahan subur untuk berkembang biaknya kuman. Nah, kondisi kulit<br />yang seperti ini juga bisa menjadi penyebab bisulan."<br /><br />Yang tak kalah penting, bisul juga bisa menular. Kontak langsung bisul<br />dengan kulit apalagi bila ada goresan meskipun kecil (mikro trauma) dapat<br />menyebabkan kuman berpindah tempat. Tapi kalau tidak ada luka,<br />kebersihannya terjaga dan daya tahan tubuh sedang bagus, tidak akan<br />terjadi penularan.<br /><br />Selain kontak langsung, bisul juga bisa menular melalui kontak tidak<br />langsung. Seperti pemakaian handuk bersama, seprei, baju dan sebagainya.<br />Begitu juga dengan tempat umum, seperti perosotan, kolam mandi bola, dan<br />mainan sejenisnya yang memungkinkan sebagai ajang penularan kuman.<br /><br />Mungkinkah ada orang yang seumur hidup tidak pernah bisulan? "Sebenarnya<br />bukan tidak pernah," ungkap Susi. Bisa jadi bisul itu hanya kecil<br />sementara yang bersangkutan selalu menjaga kebersihan tubuh dan<br />lingkungannya ditambah lagi daya tahan tubuhnya memang bagus "Hingga bisul<br />itu selalu sembuh dengan sendirinya. Nah, karena selalu sembuh sendiri<br />itulah seakan-akan ia tidak pernah bisulan sama sekali."<br /><br />PAHAMI PENANGANANNYA<br />Satu benjolan kecil atau bekas gigitan nyamuk sebaiknya jangan digaruk,<br />karena bisa menyebabkan luka dan memudahkan kuman masuk. Makanya, kalau<br />sudah muncul benjolan kecil sebaiknya perhatikan kebersihan lebih saksama<br />supaya tidak terpapar kuman. Calon bisul atau bisul kecil di daerah<br />permukaan (superficial) bisa sembuh dengan sendirinya jika kebersihannya<br />terjaga dan tidak tercemar bakteri. Selain itu, bisul juga jangan digaruk<br />supaya di situ tidak terjadi peradangan.<br />Bisul-bisul jenis furunkel dan karbunkel yang memang mudah pecah biasanya<br />akan pecah sendiri akibat gesekan dengan benda lain. Misalnya bisul yang<br />muncul di lipatan lengan, lipatan paha, kaki dan sebagainya akan mudah<br />pecah tergesek baju maupun anggota badan lainnya.<br /><br />Bila bisul terus membesar atau timbul radang dan badan mulai terasa tidak<br />nyaman, sebaiknya segeralah bawa anak ke dokter. "Oleh dokter ia akan<br />diberikan krim antibiotik atau bila perlu tambahan antibiotik oral,<br />tergantung pada kondisi bisulnya," ujar Susi. Antibiotik itu bertujuan<br />untuk mengendalikan dan mematikan bakteri sehingga bisulnya akan kempes<br />dan kering. Dokter pun akan memberikan kompres yang berfungsi untuk<br />mendinginkan, meredakan, dan mengurangi kuman di daerah sekitar bisul.<br /><br />Kebiasaan sebagian masyarakat yang berusaha memecahkan bisul dengan paksa,<br />sangat tidak disarankan. "Sebaiknya bisul jangan dipencet-pencet karena<br />bisa memperparah keadaan." Obat-obat bisul yang banyak beredar di pasaran<br />pun sebaiknya hanya digunakan untuk bisul-bisul ringan yang muncul di<br />permukaan saja. "Tapi kalau letaknya terlalu dalam tentunya obat-obat<br />tradisional tersebut sudah tidak efektif lagi," imbuhnya.<br />KONDISI TERPARAH<br /><br />Walaupun belum pernah tercatat kematian yang diakibatkan bisul, tapi ada<br />baiknya hal ini diwaspadai. Tahukah Anda, bakteri/kuman yang terdapat pada<br />bisul bila dibiarkan saja dapat masuk ke aliran darah. Akibatnya bisa<br />terjadi infeksi pada tulang di sekitar bisul, bahkan kuman tersebut bisa<br />jadi terbawa sampai jantung dan otak. Akan tetapi, lanjut Susi, kasus<br />semacam ini termasuk jarang dijumpai.<br /><br />Parah atau tidaknya bisul tergantung pada ganas atau tidaknya bakteri yang<br />masuk. "Kalau memang bakterinya termasuk ganas, tentu kondisinya lebih<br />serius." Yang harus diwaspadai adalah bisul yang muncul di wajah, tepatnya<br />di daerah sinus. "Bila sampai terjadi infeksi di daerah itu akibatnya bisa<br />fatal."<br /><br />TIPS BAGI ORANG TUA<br /><br />Susi memberikan beberapa saran sehubungan dengan pencegahan dan kesembuhan<br />bisul:<br /><br />* Orang tua harus memperhatikan kebersihan anaknya. Baik kebersihan badan<br />maupun lingkungan bermainnya.<br /><br />* Bila sudah timbul keluhan seperti gatal-gatal, jangan dianggap remeh,<br />bisa jadi itu adalah gejala awal timbulnya bisul.<br /><br />* Kalau ada benjolan, jangan dipencet-pencet apalagi kalau tangan/benda<br />yang digunakan untuk memencet tidak bersih. Aktivitas ini bisa memperparah<br />keadaan.<br /><br />* Jangan sembarangan menggunakan antibiotik untuk mengobati bisul walaupun<br />bentuknya hanya berupa krim, karena antibiotik bisa menimbulkan<br />kekebalan/resistensi.<br /><br />* Perhatikan gizi anak. Asupan gizi yang baik akan berpengaruh terhadap<br />daya tahan tubuhnya.<br /><br />* Bila anak dalam kondisi tidak sehat, sebaiknya hindari tempat permainan<br />umum yang bisa menularkan kuman.<br /></pre>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-53143129927153779902010-06-21T01:17:00.000-07:002010-06-21T01:18:54.326-07:00Anak dan Masa Depan Umat Islam<p><i>Penulis: Al-Ustadz Abu Hamzah Yusuf Al-Atsari</i></p> <p>Anak adalah harapan di masa yang akan datang. Kalimat ini seringkali kita dengar dan sangat lekat di benak kita. Tak ada yang memungkiri ucapan itu karena memang ia sebuah kenyataan bukan hanya sekadar ungkapan perumpamaan, benar-benar terjadi bukan sebatas khayalan belaka. Karenanya, sudah semestinya memberikan perhatian khusus dalam hal mendidiknya sehingga kelak mereka menjadi para pengaman dan pelopor masa depan umat Islam.<span id="more-26"></span></p> <p>Lingkungan pertama yang berperan penting menjaga keberadaan anak adalah keluarganya sebagai lembaga pendidikan yang paling dominan secara mutlak, kemudian kedua orang tuanya dengan sifat-sifat yang lebih khusus. Sesungguhnya anak itu adalah amanat bagi kedua orang tuanya. Di saat hatinya masih bersih, putih, sebening kaca jika dibiasakan dengan kebaikan dan diajari hal itu maka ia pun akan tumbuh menjadi seorang yang baik, bahagia di dunia dan akhirat. Sebaliknya, jika dibiasakan dengan kejelekan dan hal-hal yang buruk serta ditelantarkan bagaikan binatang, bukan mustahil dia akan tumbuh menjadi seorang yang berkepribadian rusak dan hancur. Kerugian mana yang lebih besar yang akan dipikul kedua orang tua dan umat umumnya apabila meremehkan pendidikan anak-anaknya.</p> <p>Berkata Ibnul Qoyyim rahimahullah, “Bila terlihat kerusakan pada diri anak-anak, mayoritas penyebabnya adalah bersumber dari orang tuanya.” Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengingatkan kita dengan firmanNya, “Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS At Tahrim: 6). Berkata Amirul Mukminin Ali Radiyallahu ‘anhu, “Ajarilah diri-diri kalian dan keluarga-keluarga kalian kebaikan dan bimbinglah mereka.”.</p> <p>Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dipertanggungjawabkan, seorang imam adalah pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya, seorang laki-laki pemimpin atas keluarganya dan akan diminta pertanggungjawabannya, seorang wanita pemimpin dalam rumah suaminya dan ia bertanggungjawab, dan seorang budak adalah pemimpin dalam hal harta tuannya dan ia bertanggungjawab. Ketahuilah bahwa kalian semua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya.” (HR Bukhari dan Muslim dari sahabat Abdullah ibnu Umar Radiyallahu ‘anhu).</p> <p>Dari sahabat Anas bin Malik, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Sesungguhnya Allah Ta’ala akan mempertanyakan pada setiap pemimpin atas apa yang dipimpinnya, apakah ia menjaganya ataukah menyia-nyiakannya? Hingga seseorang akan bertanya kepada keluarganya.” (HR Ibnu Hibban, Ibnu Ady dalam Al Kamil, dan Abu Nu’aim dalam Al Hilyah dan dishahihkan oleh Al Hafizh dalam Al Fath 13/113). Demikian pula dalam Shahih Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Bertaqwalah kalian kepada Allah dan berbuat adillah terhadap anak-anakmu.” Sikap adil dan kasih sayang terhadap anak adalah dengan mengajari mereka kebaikan, para orangtua menjadikan dirinya sebagai madrasah bagi mereka.</p> <p>Keluarga, terlebih khusus kedua orang tua dan siapa saja yang menduduki kedudukan mereka adalah unsur-unsur yang paling berpengaruh penting dalam membangun sebuah lingkungan yang mempengaruhi kepribadian sang anak dan menanamkan tekad yang kuat dalam hatinya sejak usia dini. Seperti Zubair bin Awam, misalnya. Ia adalah salah seorang dari pasukan berkudanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam yang dinyatakan oleh Umar ibnul Khattab, “Satu orang Zubair menandingi seribu orang laki-laki.” Ia seorang pemuda yang kokoh aqidahnya, terpuji akhlaqnya, tumbuh di bawah binaan ibunya Shafiyah binti Abdul Mutholib, bibinya Rasulullah, dan saudara perempuannya Hamzah.</p> <p>Ali bin Abi Tholib sejak kecil menemani Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam, bahkan dipilih menjadi menantunya. Ia tumbuh sebagai seorang pemuda sosok teladan bagi para pemuda seusianya di bawah didikan ibunya Fathimah binti Asad dan yang menjadi mertuanya Khadijah binti Khuwailid. Begitu pula dengan Abdullah bin Ja’far, seorang bangsawan Arab yang terkenal kebaikannya, di bawah bimbingan ibunya Asma binti Umais.</p> <p>Orang tua mana yang tidak gembira jika anaknya tumbuh seperti Umar ibnu Abdul Aziz. Pada usianya yang masih kecil ia menangis, kemudian ibunya bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Ia menjawab, “Aku ingat mati.” – waktu itu ia telah menghafal Al Qur’an – ibunya pun menangis mendengar penuturannya. Berkat didikan dan penjagaan ibunya yang shalihah Sufyan Ats Tsauri menjadi ulama besar, amirul mukminin dalam hal hadits. Saat ia masih kecil ibunya berkata padanya, “Carilah ilmu, aku akan memenuhi kebutuhanmu dengan hasil tenunanku.” Subhanallah! Anak-anak kita rindu akan ucapan dan kasih sayang seorang ibu yang seperti ini, seorang ibu yang pandangannya jauh ke depan. Seorang ibu yang super arif dan bijaksana.</p> <p>Para pembaca -semoga dirahmati Allah- lihatlah bagaimana para pendahulu kita yang shalih, mereka mengerahkan segala usaha dan waktunya dalam rangka men-<i>tarbiyah</i> anak-anaknya yang kelak menjadi penentu baik buruknya masa depan umat. Jangan sampai seorang pun di antara kita berprasangka mencontoh para pendahulu yang shalih adalah berarti kembali ke belakang, kembali ke zaman <i>baheula</i> (istilah orang Sunda).</p> <p>Di saat orang-orang berlomba-lomba meraih gengsi modernisasi, ketahuilah bahwa mencontoh sebaik-baik umat yang dikeluarkan ke tengah-tengah manusia adalah berarti satu kemajuan yang pesat, teknologi canggih dalam membangun aqidah yang benar, memperbaiki moral yang bejat serta membendung semaraknya <i>free children</i> sehingga mengantarkan kepada apa yang telah diraih oleh generasi yang mulia yang tiada tandingannya. Meniti jalannya mereka dalam rangka men-<i>tarbiyah</i>/mendidik anak berarti tengah mempersiapkan konsep perbaikan umat di masa yang akan datang, dimana tidak akan pernah menjadi baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang menjadikan baik generasi umat pertama. Allah berfirman, “Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu, maka apakah kamu tiada memahaminya.” (QS Al Anbiyaa: 10).</p> <p>Perhatian serius dan tarbiyah yang benar kini sangatlah dibutuhkan di zaman yang dipenuhi berbagai fitnah, fitnah syahwat dan syubhat yang terus memburu anak-anak kita dari segala arah dihembuskan oleh da’i-da’i sesat yang berada di pintu-pintu neraka jahanam. Allah berfirman, “… sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya (dari kebenaran).” (QS An Nisaa: 27).</p> <p>Benarlah apa yang dikatakan dalam sebuah syair:</p> <p><i>Siapa menggembala kambing di tempat rawan binatang buas<br />Kemudian lalai darinya, singa akan merebut gembalaannya.</i></p> <p>Para pembaca -semoga dirahmati Allah- Islam sebagai agama yang universal tentu tidaklah mengesampingkan <i>tarbiyah</i> anak. Bahkan <i>tarbiyah</i> anak adalah sorotan utama dalam Islam sebab Islam adalah agama tarbiyah. Dengan posisi tarbiyah anak yang demikian pentingnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan wasiat Luqman, seorang hamba yang shalih, kepada anaknya sebagai acuan bagi para <i>murobbi</i>/pendidik, begitu pula dengan sosok pribadi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassalam sebagai seorang Rasul sekaligus menjadi imam para <i>murobbi</i> dunia.</p> <p>Perhatian dan kecintaannya terhadap anak-anak sangatlah tinggi, terlihat saat beliau mengajari Ibnu Abbas di usianya yang muda belia sehingga tampillah Ibnu Abbas menjadi sosok pemuda yang berilmu, bertaqwa, dan memiliki keberanian yang luar biasa. Salah satu bentuk kasih sayangnya terhadap anak, beliau selalu mencium anak-anak bila berjumpa, sebagaimana dalam Shahih Bukhari dari sahabat Abu Hurairoh, ia berkata, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam mencium Hasan …”, juga diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam Shohihnya dari sahabat Aisyah radliyallahu ‘anha berkata, “Seorang badui datang menemui Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam dan berkata: Kalian selalu menciumi anak-anak, sedangkan kami tidak pernah menciuminya.” Lalu Nabi Shalallahu ‘alaihi wassalam berkata, “Kami menginginkan agar Allah mencabut kasih sayang dari hatimu.”, tidak ada bahan pengajaran yang paling baik dan sempurna kecuali yang bersumber dari kitab dan sunnah karena di situlah adanya ilmu yang mencakup segala bidang, seperti ungkapan Imam Syafi’i:</p> <p><i>Ilmu itu adalah ucapan Allah dan ucapan Rasul-Nya<br />Sedang selain dari itu adalah bisikan-bisikan syaithan.<br /></i></p> <p>Alangkah baik bila penulis uraikan beberapa langkah dasar dalam mendidik anak yang disarikan dari Al-Kitab dan Sunnah.</p> <p><b>Pertama:</b> mengajarkan tauhid kepada anak, mengesakan Allah dalam hal beribadah kepada-Nya, menjadikannya lebih mencintai Allah daripada selain-Nya, tidak ada yang ditakutinya kecuali Allah. Ini pendidikan yang paling <i>urgen</i> (penting) di atas hal-hal penting lainnya.</p> <p><b>Kedua:</b> mengajari mereka sholat dan membiasakannya berjamaah.</p> <p><b>Ketiga:</b> mengajari mereka agar pandai bersyukur kepada Allah, kepada kedua orang tua, dan kepada orang lain.</p> <p><b>Keempat:</b> mendidik mereka agar taat kepada kedua orang tua dalam hal yang bukan maksiat, setelah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya yang mutlak.</p> <p><b>Kelima:</b> menumbuhkan pada diri mereka sikap muraqabah merasa selalu diawasi Allah. Tidak meremehkan kemaksiatan sekecil apa pun dan tidak merendahkan kebaikan walau sedikit.</p> <p><b>Keenam:</b> memberitahu mereka akan wajibnya mengikuti <i>sabilul mukminin al muwahhidin</i> (jalannya mukminin yang bertauhid), salafush shalih generasi terbaik umat ini, dan memberikan loyalitas kepada mereka.</p> <p><b>Ketujuh:</b> mengarahkan mereka akan pentingnya ilmu Al Kitab dan Sunnah.</p> <p><b>Kedelapan:</b> menanamkan pada jiwa mereka sikap tawadlu, rendah hati, dan <i>rujulah</i> serta <i>syaja’ah</i> (kejantanan dan keberanian). Dan masih banyak lagi selain apa yang penulis uraikan di sini. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita anak-anak yang sholih. Amin ya Mujiibas sailiin. Allah berfirman, “Dan orang-orang yang berkata: Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati kami dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS Al Furqoon: 74).</p> <p>Para pembaca -semoga dirahmati Allah- begitulah memang seharusnya pendidikan anak ini menjadi kewajiban nomor satu bagi para orang tua, menelantarkannya berarti menelantarkan amanat dan kepercayaan Allah, membiarkannya adalah berarti membiarkan kehancuran anak, orang tuanya, umat, bangsa, dan negara. Adapun mendidiknya adalah cahaya masa depan umat yang cerah yang berarti juga mengangkat derajat sang anak dan derajat kedua orangtuanya di surga. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Akan diangkat derajat seorang hamba yang sholih di surga. Lalu ia akan bertanya-tanya: Wahai Rabb apa yang membuatku begini?” Kemudian dikatakan padanya, “Permohonan ampun anakmu untukmu.” (HR Ahmad dari sahabat Abu Hurairah).</p> <p>Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka, tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.” (QS Ath Thuur: 21).</p> <p>Allah-lah yang memberi taufiq kepada apa yang dicintai-Nya dan diridlai-Nya.<br />Walhamdulillahi rabbil ‘alamin. Wal Ilmu indallah.</p> <p>(Dikutip dari tulisan Al Ustadz Abu Hamzah Al Atsari. Bulletin al Wal wal Bara Edisi ke-14 Tahun ke-1 / 21 Maret 2003 M / 18 Muharrom 1424 H. Url sumber <a href="http://.fdawj.atspace.org/awwb/th1/14.htm">http://.fdawj.atspace.org/awwb/th1/14.htm</a>)</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-91771614741735005542010-06-20T00:57:00.000-07:002010-06-20T00:58:37.434-07:00Memasak makanan mie instan secara baik dan sehat<p><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ki2L4iZCBa7xHjMNf9coV6YfEkANnle0AgrOvxTOzXple3XDs9SHFFP0x9rZx1VgUtiiSSibwyhrKP9QNc8-nfjqMDwzLVZRFWotzBzqxn-z8ocm8DB_QHcTBjblYioAp5Cn-_H4szX7/s1600-h/indomie.jpg"><img style="display: block; margin: 0px auto 10px; text-align: center; cursor: pointer; width: 400px; height: 300px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh_ki2L4iZCBa7xHjMNf9coV6YfEkANnle0AgrOvxTOzXple3XDs9SHFFP0x9rZx1VgUtiiSSibwyhrKP9QNc8-nfjqMDwzLVZRFWotzBzqxn-z8ocm8DB_QHcTBjblYioAp5Cn-_H4szX7/s400/indomie.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5398454343747084674" border="0" /></a><br />Siapa yang tidak mengenal makanan ini, makanan yang siap saji merupakan favorite kita karena cara memasaknya yang simple. Kerap kali makanan ini selalu ada dimanapun kita, apalagi waktu menjadi anak kost, pastinya tidak lepas dengan ini mie instan.<br /><br />Mie instan memang banyak sekali mengandung karbohidrat seperti layaknya nasi, tapi mie merupakan makanan yang kurang ada gizinya, makanya kita perlu menambahkan sedikit gizi dari mie tersebut misalnya : protein, sayur ataupun daging supaya seimbang<br />Tapi jangan salah cara memasaknya punya tips tersendiri agar makanan mie jadi sehat yaitu :<br /><br />Pertama :<br />- Siapkan air mendidih dan masukkan mie seperti biasa, usahakan setengah matang empuk tapi tidak juga terlalu lembek. Tunggu sampai air tersebut menguning.<br /><br />Kedua :<br />- Ambil mie tersebut taruh diatas piring dan air sisa masak yang pertama tadi dibuang dan masukkan air baru masak hingga mendidih.<br /><br />Ketiga :<br />- Masukkan mie yang tadi di piring ke dalam air yang mendidih tersebut, dan untuk kali ini masak dan tambahkan sayuran, telur dan daging biar gizinya seimbang. Masaknya sampai matang tetapi jangan terlalu matang.<br /><br /><br /> Keterangan :<br /> - Masak mie dengan cara secara 2 kali ini bisa mencegah anda dari keracunan yang disebabkan karena kandungan natrium karbonat yang diperoleh dari mie tersebut.<br /><br /></p><p> - Natrium yang terkandung dalam mie instan berasal dari garam (NaCl) dan bahan pengembangnya. Bahan pengembang yang umum digunakan adalah natrium tripolifosfat, mencapai 1% dari bobot total mie instan per takaran saji. Natrium memiliki efek yang kurang menguntungkan bagi penderita maag dan hipertensi.</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-67398526839378707172010-06-17T01:59:00.001-07:002010-06-17T01:59:56.567-07:00Hati-Hati dengan Bahaya Plastik!<h3 class="post-title entry-title"> <a href="http://mamagabymichelle.blogspot.com/2008/07/hati-hati-dengan-bahaya-plastik.html"><br /></a> </h3> <div class="post-header"> </div> <a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkPalxPYNHxcNjCQscpPW4iw9W2BNyrGfjISk1tZfVxxlmNqYFIXF7dxsRAm-hk7_mVt3cixhkMTe1FXmGmeo2bhszDkGVkjc83LILtMvRAvLykRysylVa_a1jh1_q6zotY29TH5gUDXh0/s1600-h/bisphenol-a_list_gunting.jpg"><img id="BLOGGER_PHOTO_ID_5229410811457524754" style="float: left; margin: 0px 10px 10px 0px;" alt="" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkPalxPYNHxcNjCQscpPW4iw9W2BNyrGfjISk1tZfVxxlmNqYFIXF7dxsRAm-hk7_mVt3cixhkMTe1FXmGmeo2bhszDkGVkjc83LILtMvRAvLykRysylVa_a1jh1_q6zotY29TH5gUDXh0/s320/bisphenol-a_list_gunting.jpg" border="0" /></a><br /><div> Seringkali kita mendapat berita atau peringatan tentang bahaya plastik, bahkan sudah banyak artikel di koran, tabloid ataupun majalah tentang hal ini. Tetapi tetap saja hanya segelintir orang yang menggubris, peduli atau hingga meneliti lebih lanjut.<br /> Plastik adalah salah satu bahan yang dapat kita temui di hampir setiap barang. Mulai dari botol minum, TV, kulkas, pipa pralon, plastik laminating, gigi palsu, compact disk (CD), kutex (pembersih kuku), mobil, mesin, alat-alat militer hingga pestisida. Oleh karena itu kita bisa hampir dipastikan pernah menggunakan dan memiliki barang-barang yang mengandung Bisphenol-A. </div><div> Salah satu barang yang memakai plastik dan mengandung Bisphenol A adalah industri makanan dan minuman sebagai tempat penyimpan makanan, plastik penutup makanan, botol air mineral, dan botol bayi walaupun sekarang sudah ada botol bayi dan penyimpan makanan yang tidak mengandung Bisphenol A sehingga aman untuk dipakai makan. Satu tes membuktikan 95% orang pernah memakai barang mengandung Bisphenol-A.<br /> Plastik dipakai karena ringan, tidak mudah pecah, dan murah. Akan tetapi plastik juga beresiko terhadap lingkungan dan kesehatan keluarga kita. Oleh karena itu kita harus mengerti plastik-plastik yang aman untuk kita pakai.<br /></div><div><strong>Apakah arti dari simbol-simbol yang kita temui pada berbagai produk plastik? </strong></div><div><br /><strong>#1. PETE atau PET (polyethylene terephthalate)</strong> </div><div> </div><div> Biasa dipakai untuk botol plastik yang jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral, botol jus, dan hampir semua botol minuman lainnya. Botol-botol dengan bahan #1 dan #2 direkomendasikan hanya untuk sekali pakai. Jangan pakai untuk air hangat apalagi panas. Buang botol yang sudah lama atau terlihat baret-baret. </div><div><br /><strong>#2. HDPE (high density polyethylene)</strong> </div><div> </div><div> Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu. Sama seperti #1 PET, #2 juga direkomendasikan hanya untuk sekali pemakaian.</div><div><br /><strong>#3. V atau PVC (polyvinyl chloride)</strong> </div><div> </div><div> Adalah plastik yang paling sulit di daur ulang. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan botol-botol. Kandungan dari PVC yaitu DEHA yang terdapat pada plastik pembungkus dapat bocor dan masuk ke makanan berminyak bila dipanaskan. PVC berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.<br /></div><div><strong>#4. LDPE (low density polyethylene)</strong> </div><div> </div><div> Biasa dipakai untuk tempat makanan dan botol-botol yang lembek. Barang-barang dengan kode #4 dapat di daur ulang dan baik untuk barang-barang yang memerlukan fleksibilitas tetapi kuat. Barang dengan #4 bisa dibilang tidak dapat di hancurkan tetapi tetap baik untuk tempat makanan.<br /></div><div><strong>#5. PP (polypropylene)</strong> </div><div> </div><div> Adalah pilihan terbaik untuk bahan plastik terutama untuk yang berhubungan dengan makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan, botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi. Karakteristik adalah biasa botol transparan yang tidak jernih atau berawan. Cari simbol ini bila membeli barang berbahan plastik.<br /></div><div><strong>#6. PS (polystyrene)</strong> </div><div> </div><div> Biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum sekali pakai, dll. Bahan Polystyrene bisa membocorkan bahan styrine ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan. Bahan Styrine berbahaya untuk otak dan sistem syaraf. Selain tempat makanan, styrine juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan konstruksi gedung. Bahan ini harus dihindari dan banyak negara bagian di Amerika sudah melarang pemakaian tempat makanan berbahan styrofoam termasuk negara <a title="china bans styrofoam" href="http://www.dbsst.org/actions/unsecured/displayCaseForPrint?caseHistorySeq=501" target="_blank">China</a>.<br /></div><div><strong>#7. Other (biasanya polycarbonate) </strong></div><div> </div><div> Bisa didapatkan di tempat makanan dan minuman seperti botol minum olahraga. Polycarbonate bisa mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon. Hindari bahan plastik Polycarbonate.<br /></div><div> Masih banyak sekali barang plastik yang tidak mencantumkan simbol-simbol ini, terutama barang plastik buatan lokal di Indonesia. Oleh karena itu, kalau Anda ragu lebih baik tidak membeli. Kalaupun barang bersimbol lebih mahal, harga tersebut lebih berharga dibandingkan kesehatan keluarga kita. </div><div><br /><strong>*NB: Yang perlu diingat:</strong></div><div> </div><div> 1. Hindari penggunaan plastik apapun di Microwave. Selalu gunakan bahan keramik, gelas atau</div><div> pyrex sebagai gantinya.</div><div> 2. Hindari pula membuang sampah plastik terutama yang mengandung Bisphenol-A</div><div> di sembarang tempat karena bahan tersebut pun bisa mencemari air tanah yang pada</div><div> akhirnya bisa mencemari air minum banyak orang. </div><div> 3. Jika terpaksa menggunakan peralatan dari plastik, sebaiknya sebelum digunakan, cuci</div><div> bersih dengan sabun dan dibilas dengan air hangat sebelum dipakai.</div><div> 4. Gantilah peralatan dari plastik minimal 1 bulan sekali.</div><div> </div>SEMOGA BERMANFAAT!INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-76992355794592324622010-05-26T15:59:00.001-07:002010-05-26T15:59:49.893-07:00Menjadi Ibu Rumah Tangga, Mengapa Harus Malu??<p>Ah,…Cuma ibu rumah tangga aja kok!” dengan malu-malu dan tersipu seorang akhwat menjawab pertanyaan kawannya tentang aktifitas apa yang di gelutinya sekarang. Sedangkan di kalangan ikhwan yang pernah penulis temui, ada diantara mereka yang malu untuk menjawab profesi istrinya bila istrinya bukan seorang dokter, insinyur, guru, atau profesi terhormat lainnya. Maka jawaban yang muncul adalah:</p> <blockquote><p>”biasa di rumah saja, mengurus anak-anak, Cuma ibu RT aja,… ga ada aktifitas lainnya!”</p></blockquote> <p>Duh, sebegitu hinakah profesi ini?</p> <p><span id="more-4"></span>Padahal ketika penulis berinteraksi dengan wanita barat sewaktu di negeri Kanguru diantara mereka ada yang menjawab,</p> <blockquote><p>“Wow, profesi yang hebat tidak semua wanita mau menekuninya, <em>I can’t do that</em>!”</p></blockquote> <p>Ya,.. karena mereka melihat betapa sulitnya untuk menjadi istri sekaligus ibu yang baik bagi anak-anak. Saking beratnya, mereka memilih memasukkan anak-anak mereka di child care. Anda akan melihat dengan mata kepala sendiri panjangnya daftar antrian para orangtua yang ingin memasukkan anak-anak mereka ke tempat penitipan anak (<em>childcare</em>). Anda harus menunggu minimal selama 6 bulan sebelum nama anak anda di panggil.<sup><a href="http://jilbab.or.id/archives/4-menjadi-ibu-rumah-tangga-mengapa-harus-malu/#footnote_0_4" id="identifier_0_4" class="footnote-link footnote-identifier-link" title="Tak jarang para orang tua ada yang harus menunggu selama 1 tahun karena penuh dan banyaknya antrian (waiting list) dari tahun sebelumnya.">1</a></sup> Rata-rata mereka memilih bekerja daripada mengasuh anak dirumah.</p> <p>Suatu fakta yang tidak bisa di pungkiri bahwa para ibu dikalangan wanita barat memilih “<em>melarikan diri”</em> dari tugas dan tanggungjawabnya sebagai ibu dengan bekerja. Mereka bilang kepada penulis lebih mudah bekerja daripada tinggal dirumah mengasuh anak.<em>Mengasuh anak membuatku stress!</em> Itu yang penulis dengar. Bukankah itu suatu bukti bahwa mengurus anak-anak adalah suatu pekerjaan dan tanggung jawab yang berat? Lalu dimana penghargaan masyarakat kita terhadap ibu? Terlebih suami?</p> <p>Itu baru dilihat dari satu sisi saja,…tidakkah anda melihat bahwa seorang istri atau ibu dirumah tidak pernah berhenti dari tugasnya?.Jika para suami mempunyai jam kerja yang terbatas antara 8-10 jam misalnya maka sesungguhnya seorang ibu rumah tangga mempunyai jam kerja yang lebih panjang yaitu selama 24 jam. Ia harus <em>standby</em> (selalu siap) kapan saja diperlukan. Bila diantara anggota keluarga ada yang sakit, siapakah yang bergerak terlebih dahulu? Bukankan seorang ibu/istri adalah dokter pribadi sekaligus perawat (suster) bagi suami dan anak-anaknya? Karena beliaulah yang akan berusaha meringankan beban sakit “<em>sang pasien</em>” dirumah sebelum di bawa kerumah sakit (yang sebenarnya) apabila ternyata sang ibu tidak sanggup mengobatinya. Pernahkah anda memikirkan berapa jumlah uang yang harus anda keluarkan untuk membayar seorang dokter dan perawat pribadi dirumah anda?</p> <p>Bukankah seorang ibu juga seorang psikolog? Karena tentu anda melihat sendiri kenyataan ketika datang anak-anak mengeluh dan mengadu atas kesusahan atau penderitaan yang mereka alami maka sang ibu berusaha mencari jalan keluar dengan saran, nasehat dan belaian kasih sayang. Begitupula suami ketika merasa resah dan gelisah bukankah istri menjadi tempat curahan? Tak jarang para istri membantu suami meringankan dan memberi jalan keluar terhadap masalah yang sedang dihadapinya. Penulis lihat sendiri betapa mahalnya bayaran seorang psikolog di Australia ada diantara mereka yang harus membayar $100 perjam dan tentu saja tidak ada jaminan mereka bisa membantu menyelesaikan masalah yang sedang anda hadapi.</p> <p>Bukankan seorang istri/ibu dituntut untuk pandai memasak? Pernahkah anda membayangkan wahai para suami, anda memiliki juru masak dirumah yang selalu siap anda perintah kapan saja anda mau. Anda memiliki juru masak pribadi dirumah, ketika anda pulang ke rumah maka hidangan lezat tersedia bagimu dan juga untuk anak-anakmu. Pernahkah anda membayangkan berapa juta uang yang harus anda keluarkan untuk mengundang juru masak pribadi datang kerumah anda?</p> <p>Masih banyak sisi lain yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Anda tentu pernah membaca syair Arab yang sangat terkenal yang berbunyi:</p> <blockquote><p><em>”Al-Ummu madrasatun idza a’dadtaha ‘adadta sya’ban tayyibul ‘araq”</em> maknanya <em>“seorang ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan dia dengan baik maka sungguh engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul”.</em></p></blockquote> <p>Ditangan ibulah masa depan generasi sebuah bangsa.Karena itulah islam sangat menghormati dan menghargai profesi ini. Kenyataan yang tidak bisa di pungkiri bahwa kedudukan ibu tiga kali lebih tinggi dibandingkan sang ayah.<sup><a href="http://jilbab.or.id/archives/4-menjadi-ibu-rumah-tangga-mengapa-harus-malu/#footnote_1_4" id="identifier_1_4" class="footnote-link footnote-identifier-link" title="Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia menceritakan, ada seorang yang datang kepada Rasulullah Shalallahu Alaihi wa Salam seraya bertanya :”Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya pergauli dengan baik?” Rasulullah menjawab: Ibumu! Orang itu bertanya lagi: “Lalu siapa?” Ibumu! Jawab beliau. Lalu siapa lagi? Tanya orang itu, Beliaupun menjawab: Ibumu!, Selanjutnya bertanya:”Lalu siapa?” Beliau menjawab: Ayahmu” (Mutaffaqun Alaih). Imam Nawawi mengatakan; Hadits tersebut memerintahkan agar senantiasa berbuat baik kepada kaum kerabat dan yang paling berhak mendapatkannya diantara mereka adalah ibu, lalu ayah dan selanjutnya orang-orang terdekat. Didahulukannya ibu dari mereka itu karena banyaknya pengorbanan, pengabdian, kasih sayang yang telah diberikannya. Dan, karena seorang ibu telah mengandung, menyusui, mendidik, dan tugas lainnya” tutur para ulama (lihat Al-Jami’ Fi fiqh Nisa bab birru walidain Syaikh Kamil ‘Uwaidah). ">2</a></sup></p> <p>Karena Islam melihat tanggung jawab yang berat yang di emban seorang ibu, itu menandakan bahwa menjadi seorang ibu rumah tangga adalah profesi yang mulia dan sangat terhormat. Lalu mengapa kita masih malu ya ukhti?? Ayo,..angkatlah wajahmu dan katakan dengan bangga bahwa aku adalah seorang “ibu rumah tangga!!” sebuah profesi yang sangat berat dan tentu saja pahala yang sangat besar Allah sediakan untukmu. <em>Al-jaza’u min jinsil amal </em>artinya balasan tergantung dari amal/perbuatan yang ia lakukan.Semakin berat atau sulit sebuah amal dilakukan seorang hamba maka pahala yang akan didapatinya pun semakin besar. Wallahu a’lam bisshawwab.</p> <p>Muraja’ah oleh: Ustadz Eko Hariyanto Lc</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-54886579496739028872010-05-25T15:45:00.000-07:002010-05-25T15:46:51.428-07:00Keadaan Wanita di Surga<a href="http://maramissetiawan.files.wordpress.com/2007/04/imagest.jpeg" title="imagest.jpeg"><img src="http://maramissetiawan.files.wordpress.com/2007/04/imagest.thumbnail.jpeg?w=468" alt="imagest.jpeg" align="right" /></a> <p align="center"><strong>Oleh: Sulaiman ibn Shalih Al-Kharasyi</strong></p> <p>Sesungguhnya surga dan kenikmatannya tidaklah khusus bagi kaum laki-laki saja, akan tetapi surga itu:</p> <p><em>“Disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,”</em> (QS. Ali Imran: 133)<br /><span id="more-145"></span><br />Dari dua jenis makhluk manusia; laki-laki dan perempuan, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta ‘ala telah mengabarkan yang demikian yang artinya:</p> <p><em>“Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan sedang ia yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga”</em>.(QS. An-Nisa’:124)</p> <p>Hendaknya setiap wanita tidak sibuk pikirannya dengan banyak pertanyaan dan penyelidikan tentang perincian masuknya dia ke dalam surga. Apa yang akan diperlakukan terhadapnya? Kemana dia akan pergi? Bagaimana nasibnya? Dan pertanyaan-pertanyaan yang lain. Seakan-akan dia akan maju menuju padang pasir yang mematikan! Cukuplah baginya mengetahui dan meyakini bahwa hanya dengan sekedar masuk surga, akan sirna segala kepedihan dan kesusahan yang pernah dia alami. Dan yang demikian itu akan berubah menjadi kebahagiaan yang terus menerus, dan kekekalan yang abadi. Cukuplah baginya firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala tentang surga yang artinya:</p> <p><em>“Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya.”</em> (QS. Al-Hijr:48)</p> <p>Dan firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:</p> <p><em>“Dan di dalam surga itu nterdapat segala apa yang diingini oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.”</em> (QS. Az-Zukhruf:71)</p> <p>Dan sebelum itu semua cukuplah baginya firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala tentang penduduk surga yang artinya:</p> <p><em>“Allah ridha terhadap mereka dan mereka ridha terhadap-Nya.”</em> (QS. Al-Maidah:119)</p> <p>Di dunia, wanita tidak akan keluar dari beberapa keadaan berikut ini:<br />1. Adakalanya dia meninggal sebelum dia menikah.<br />2. Adakalanya dia mati setelah dia dicerai/ ditalak dan sebelum menikah dengan suami yang lainnya.<br />3. Adakalanya dia sudah menikah akan tetapi suaminya tidak masuk ke dalam surga bersamanya. Wal’iyadzubillah.<br />4. Adakalanya dia mati setelah pernikahannya.<br />5. Adakalanya suaminya meninggal, dan dia di tinggal dalam keadaan tanpa suami hingga mati.<br />6. Adakalanya suaminya meninggal, kemudian dia menikah dengan orang lain setelahnya.<br />Ini adalah keadaan kaum wanita di dunia. Maka bagi setiap keadaan ada balasan yang sepantasnya di surga, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengatur tentang hal itu:</p> <p>1. Adapun wanita yang telah meninggal sebelum bersuami, maka dia akan dinikahkan oleh Allah Azza wa Jalla di surga dari seorang laki-laki di dunia yang Allah kehendaki, berdasarkan hadist Nabi Shallahu ‘alaihi wa Sallam.<br />“Dan tidaklah di dalam surga itu ada seorang yang bujang”.(HR. Muslim, 5062)<br />Syaikh ibn Utsaimin Rahimahullah berkata:<br />“Jika seorang wanita belum menikah di dunia, maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala akan menikahkannya dengan suami yang bisa mengenyangkannya di surga. Maka kenikmatan surga tidaklah terbatas hanya pada kaum laki-laki, akan tetapi diperuntukkan bagi laki-laki dan perempuan. Dan diantara bentuk kenikmatan surga adalah pernikahan.”</p> <p>2. Wanita yang mati dalam keadaan ditalak atau janda maka iapun akan dijodohkan oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala seperti wanita pertama.</p> <p>3. Wanita shalihah yang suaminya tidak masuk surga juga demikian. Syaikh bin ‘Utsaimin Rahimahullah berkata:<br />“Jika seorang wanita termasuk penduduk surga dan dia belum menikah atau suaminya yang dulu (di dunia) bukan termasuk penduduk surga maka sesungguhnya jika dia telah masuk surga kemudian di sana ada penduduk surga yang belum menikah dari golongan laki-laki, maka salah seorang diantara mereka menikahinya”. Saya katakan: “Bahkan bisa saja dijodohkan dengan laki-laki yang sekufu’ (sebanding) meskipun laki-laki itu sudah mempunyai isteri lebih dari satu, seperti Asiyah Isteri Fir’aun dan Maryam binti Imran, mereka dinikahkan oleh Allah Subhanahu wa Ta ‘ala di surga dengan Nabi Muhammad Shallahu’alaihi wa Sallam. Karena tidak ada yang pantas menjadi pendampingnya kecuali Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir: 4/495 pada surat At-Tahrim, Tafsir Al-Qurthubi:18/170, Fathul Qadir:4/231).<br />Hisyam ibn Khalid berkata:<br />“Suami masuk neraka, dan istrinya masuk surga, maka istrinya diwariskan kepada ahli surga sebagaimana istri Fir’aun diwarisi oleh ahli surga”. (al-Tadzkirah:461, Faidhul Qadir hadits no. 7989, ad-Durr al-Mantrus: 6/395, 8/225)</p> <p>4. Adapun wanita yang meninggal setelah pernikahannya, maka di surga dia akan tetap menjadi istri dari suami yang ditinggal mati dulu.</p> <p>5. Adapun wanita yang suaminya meninggal, kemudian dia tinggal dan tidak menikah sesudahnya sampai meninggal, maka dia akan menjadi istri suaminya tersebut di surga.</p> <p>6. Adapun wanita yang suaminya meninggalkan lebih dahulu, kemudian dia menikah lagi setelahnya, maka sesungguhnya dia untuk suaminya yang terakhir, sekalipun isterinya itu banyak. Berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam:</p> <p>“Istri itu untuk suaminya yang terakhir”.(HR. Al-Baihaqi: 7/70, Thabrani, Abu Ya’la dll)<br />Dan berdasarkan perkataan Hudzaifah Radhliyallahu’anhu kepada istrinya: “Jika engkau berkeinginan menjadi istriku di surga, maka janganlah menikah setelah setelah (kematian) ku, dikarenakan seorang wanita disurga untuk suami-suaminya yang terakhir di dunia, oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta ‘ala mengharamkan istri-istri Nabi untuk menikah setelah beliau, dikarenakan mereka adalah istri-istri beliau di surga”. (Silsilah As-Shahihah, 3/275)<br />Juga berdasarkan ucapan Ummu Darda’ (Hujaimah Bint Hayy Al-Aushabiyyah) ketika dilamar oleh Mu’awiyah Radhliyallahu’anhu, dia menolak dan berkata: Saya mendengar Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam bersabda: “Istri itu untuk suamimu yang terakhir” maka saya tidak ingin mengganti Abu Darda’ dengan yang lain. Ini adalah hadits shahih, lihat Al-Mathalib Al-Aliyyah: 2/67, Al-Jami’ Al-Shaghir, Tafsir Al-Qurthubi, surat Al-Ahzab:229, Musykilul Atsar: 1/376, Fatawa Al-Ramli: 6/268 dll.</p> <p>Satu pendapat mengatakan: wanita itu untuk suaminya yang paling baik akhlaknya, yang jika ia diberi kebebasan untuk memilih pasti memilihnya. Pendapat ini didasarkan pada hadist Anas Radhliyallahu’anhu dalam Mu’jam Al-KAbir, bahwa Ummu Habibah menanyakan kepada Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam tentang wanita yang bersuami lebih dari satu, maka Rasulullah Shallahu’alaihi wa Sallam menjawab: “Ia untuk yang terbaik akhlaknya. Wahai Ummu Habibah baiknya akhlak telah membawa kebaikan dunia dan akhirat”, (<strong>Hadist Dha’if</strong>, Lihat Ihya’ Ulumuddin: 3/45, Ibnul Qayyim dalam Hadil Arwah: 158 dari Ummu Salamah, Al-Qurthubi dalam Al-Tadzkirah, tahqiq Hamid Ahmad Thahir:460)<br />Syekh Athiyah Saqr dari Al-Azhar memandang bahwa ini adalah termasuk perkara ghaib yang seharusnya dikembalikan kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala dan tidak bisa kita pastikan kecuali dengan khabar yang qath’I (pasti). Menurutnya pendapat yang lebih mirip dengan kenikmatan surga yang agung adalah pendapat yang kedua, yaitu untuk suaminya yang terbaik. Wallahu a’lam. (Fatawa Al-Azhar:10/28)</p> <p>Selain itu ada pendapat ketiga yang mengatakan bahwa wanita yang pernah bersuami lebih dari satu, yang suaminya masing-masing meninggal dunia sebelumnya maka jika semuanya masuk surga dia disuruh memilih salah satu di antara para suaminya itu, namun pendapat ini tidak menyertakan dalil.</p> <p>Kemudian, mungkin ada yang berkata: “Sesungguhnya telah diriwayatkan di dalam do’a jenazah kita berdo’a:<br />“Dan gantilah dia dengan suami yang lebih baik dari suaminya.” Maka jika dia telah menikah, bagaimana kita berdo’a untuknya dengan do’a ini, sementara kita tahu bahwa suaminya di dunia adalah suaminya disurga, maka jika dia belum menikah, dimanakah suaminya?</p> <p><strong>Jawabannya </strong>adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Ibn Utsaimin Rahimahullah : “Jika dia belum menikah, maka maknanya adalah lebih baik dari suaminya yang diperkirakan untuknya seandainya dia tidak mati (Kemudian menikah). Adapun jika dia telah menikah maka makna “lebih baik dari suaminya” adalah lebih baik darinya dalam masalah sifat-sifat yang ada di dunia, dikarenakan pergantian ada kalanya dengan pergantian zatnya sebagaimana seandainya engkau menjual kambing dengan onta misalnya, dan adakalanya dengan penggantian sifat sebagaimana senadainya engkau berkata: “Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta ‘ala mengganti kekufuran orang ini dengan keimanan.” Sebagaimana pula firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:</p> <p>“(Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit”. (QS. Ibrahim: 48)<br />Bumi yang dimaksud adalah bumi, akan tetapi dihamparkan (diratakan) sedang langit adalah langit akan tetapi dia telah terbelah.”</p> <p><strong>Pertanyaan yang berulang</strong><br />Tatkala Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menyebutkan hal-hal mempesona yang ada di dalam surga, berupa berbagai macam makanan, pemandangan yang indah, tempat tinggal, dan pakaian, maka sesungguhnya semua itu bersifat umum untuk dua jenis (laki-laki dan perempuan), semuanya menikmatinya sebagimana telah disebutkan. Sisanya bahwa sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala telah mempesonakan kaum laki-laki dan membuat mereka rindu terhadap surga dengan menyebutkan para bidadari dan wanita-wanita jelita yang ada didalamnya, dan tidak pernah disebutkan yang semisal ini untuk kaum wanita. Maka kadang-kadang kaum wanita bertanya-tanya tentang sebab hal tersebut!</p> <p><strong>Jawabannya adalah:</strong><br /><strong>Pertama:</strong> Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala “Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai.” (QS. Al-Anbiya’:23), akan tetapi tidak menjadi masalah kita mengambil faidah dari hikmah tindakan ini dari nash-nash syar’I dan kaidah pokok Islam, maka saya katakan:<br /><strong>Kedua: </strong>Sesungguhnya termasuk tabiat wanita adalah malu –sebagaimana sudah diketahui- oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla tidak mengiming-iming mereka dengan apa yang merasa malu terhadapnya.<br /><strong>Ketiga:</strong> Sesungguhnya kerinduan seorang wanita terhadap laki-laki tidak seperti kerinduan laki-laki terhadap wanita –sebagaimana yang telah dimaklumi bersama- oleh karena itu Allah Subhanahu wa Ta ‘ala membuat kaum laki-laki merindukan surga dengan menyebutkan wanita-wanita penghuni surga, sebagai pembesar sabda beliau Shallahu’alaihi wa Sallam :</p> <p>“Tidakkah aku tinggalkan sebuah fitnah setelahku yang lebih berbahaya terhadap kaum laki-laki melebihi fitnahnya kaum wanita”.(HR. Al-Bukhari, 16/41)</p> <p>Adapun kaum wanita, maka kerinduan mereka kepada perhiasan yang berupa pakaian dan perhiasan mengalahkan kaum laki-laki, dikarenakan perhiasan merupakan barang wanita diciptakan untuk mencintainya, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:</p> <p>“Dan apakah patut (menjadi anak Allah) orang yang dibesarkan dalam keadaan berperhiasan.” (QS. Az-Zukhruf:18)</p> <p><strong>Keempat: </strong>Syaikh ibn ‘Utsaimin Rahimahullah berkata: “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala menyebut para istri untuk para suami dikarenakan suamilah yang mencari, dan dialah yang berkeinginan terhadap wanita. Oleh karena itulah istri-istri di surga, dan mendiamkan penyebutan suami-suami untuk kaum wanita. Akan tetapi yang demikian tidak menunjukkan bahwa tidak ada suami bagi mereka, bahkan bagi mereka adalah suami dari anak cucu adam.<br />Telah diriwayatkan dalam sebuah hadits shahih sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam:<br />“Sesungguhnya aku telah melihat kalian sebagai penghuni neraka yang terbanyak…” (HR. Al-Bukhari, 2/3)<br />Dan di dalam hadist lain:<br />“Sesungguhnya penduduk surga yang paling sedikit adalah kaum wanita.” (HR. Muslim 13/282)<br />Intinya, agar kaum wanita berusaha keras untuk tidak menjadi penghuni neraka.</p> <p>Jika seorang wanita masuk ke dalam surga maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala akan mengembalikan masa muda dan keperawanannya, berdasarkan sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam :<br />“Sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh orang-orang tua…sesungguhya Allah Subhanahu wa Ta ‘ala jika memasukkan mereka (kaum wanita) ke dalam surga, maka Dia akan merubah mereka menjadi gadis-gadis perawan”. (HR. Thabrani 12/281)</p> <p>Telah diriwayatkan pada sebagian atsar bahwa kaum wanita dunia akan menjadi jauh lebih jelita berlipat-lipat dibandingkan kejelitaan bidadari karena ibadah mereka kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala.</p> <p>Setelah itu semua, maka surga tersebut telah dihias-hiasi untuk kalian wahai sekalian kaum wanita sebagaimana surga juga dihias untuk kaum laki-laki.<em><br />“Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang berkuasa.” </em>(QS. Al-Qamar: 55)<br />Maka ingatlah kepada Allah, gunakanlah segenap kesempatan, dikarenakan umur sebentar lagi akan berakhir, dan setelah itu yang ada hanyalah kekekalan. Maka hendaklah kekekalanmu nerada di dalam surga InsyaAllah. Dan ketahuilah bahwa mahar surga adalah iman dan amal shalih, bukan angan-angan kosong disertai berlebih-lebihan. Ingat sabda Nabi Shallahu’alaihi wa Sallam :</p> <p>“Jika seseorang wanita shalat lima waktu, puasa di bulan (Ramadhan), menjaga kemaluannya, dan taat kepada suaminya, maka akan dikatakan kepadanya:”Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu surga mana saja yang kamu kehendaki”. (HR. Ahmad dalam Musnadnya (1573), hadist hasan lighairihi, Shahihut Targhib wat tarhib (1932))</p> <p>Berhati-hatilah –dengan segenap kewaspadaan- terhadap para penyeru fitnah dan perusak kaum wanita dari golongan orang-orang yang berkeinginan untuk merusak, meghinakan dan memalingkan kalian dari kemuliaan dan kenikmatan surgawi. Janganlah sekali-kali tertipu dengan bujukan, rayuan serta mulut manis orang-orang yang mengajak kepada kebebasan dan kesetaraan gender. Sesungguhnya para pejabat, pemikir, penulis, penyiar, dan artis –baik laki-laki maupun perempuan- yang mengajak wanita membuka aurat, berbaur dengan lawan jenis secara bebas dengan alasan kemajuan, kebebasan, dan kesetaraan adalah orang-orang yang berperilaku seperti perilaku orang-orang kafir sebagaimana disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya Subhanahu wa Ta ‘ala yang artinya:<br />“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka)”. (QS. An-Nisa’:89)</p> <p>Kami memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta ‘ala agar nmemberi taufik kepada segenap kaum wanita muslimah untuk mendapatkan keberuntungan dengan surga yang penuh dengan kenikmatan, dan agar menjadikan mereka sebagai wanita-wanita yang diberi hidayah serta yang memberikan hidayah, dan agar memalingkan dari mereka syetan-syetan manusia dari para penyeru pengrusakan kaum wanita baik laki-laki maupun perempuan. Mudah-mudahan Allah Subhanahu wa Ta ‘ala senantiasa memberikan shalawat dan salam kepada nabi Shallahu’alaihi wa Sallam kita Muhammad, kepada keluarga beliau dan para sahabat beliau Radhliyallahu’anhum.</p> <p><em><strong>Majalah Qiblati edisi 07 tahun II hal 72</strong></em></p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-11722835077664342782010-05-22T16:29:00.000-07:002010-05-22T16:32:02.740-07:00Kedudukan Wanita dalam Islâm<p style="text-align: justify;"><em>Oleh: Buletin Al-Ilmu</em></p> <p><strong>Wanita di Masa Jahiliyah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Wanita di masa jahiliyah (sebelum diutusnya Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>) pada umumnya tertindas dan terkungkung khususnya di lingkungan bangsa Arab, tetapi tidak menutup kemungkinan fenomena ini menimpa di seluruh belahan dunia. Bentuk penindasan ini di mulia sejak kelahiran sang bayi, aib besar bagi sang ayah bila memiliki anak perempuan. Sebagian mereka tega menguburnya hidup-hidup dan ada yang membiarkan hidup tetapi dalam keadaan rendah dan hina bahkan dijadikan sebagai harta warisan dan bukan termasuk ahli waris. Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Dan apabila seorang dari mereka diberi khabar dengan kelahiran anak perempuan, merah padamlah mukanya dan dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah. Alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.”</em> (<strong>An Nahl</strong>: 58-59)<span id="more-360"></span></p> <p><strong>Islam Menjunjung Martabat Wanita</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dienul Islam sebagai <em>rahmatal lil’alamin</em>, menghapus seluruh bentuk kezhaliman-kezhaliman yang menimpa kaum wanita dan mengangkat derajatnya sebagai martabat manusiawi. Timbangan kemulian dan ketinggian martabat di sisi Allah <em>subhanahu wata’ala</em> adalah takwa, sebagaiman yang terkandung dalam <strong>Q.S Al Hujurat</strong>: 33). Lebih dari itu Allah <em>subhanahu wata’ala</em> menegaskan dalam firman-Nya yang lain (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em> “Barangsiapa yang mengerjakan amalan shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan kami beri balasan pula kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”</em> (<strong>An Nahl</strong>: 97)</p> <p><strong>Ambisi Musuh-Musuh Islam untuk Merampas Kehormatan Wanita</strong></p> <p style="text-align: justify;">Dalih emansipasi atau kesamarataan posisi dan tanggung jawab antara pria dan wanita telah semarak di panggung modernisasi dewasa ini. Sebagai peluang dan jembatan emas buat musuh-musuh Islam dari kaum feminis dan aktivis perempuan anti Islam untuk menyebarkan opini-opini sesat. <strong>“Pemberdayaan perempuan”</strong>, <strong>“kesetaraan gender”</strong>, <strong>“kungkungan budaya patriarkhi”</strong> adalah sebagai propaganda yang tiada henti dijejalkan di benak-benak wanita Islam. Dikesankan wanita-wanita muslimah yang menjaga kehormatannya dan kesuciannya dengan tinggal di rumah adalah wanita-wanita pengangguran dan terbelakang. Menutup aurat dengan jilbab atau kerudung atau menegakkan hijab (pembatas) kepada yang bukan mahramnya, direklamekan sebagai tindakan <em>jumud</em> (kaku) dan penghambat kemajuan budaya. Sehingga teropinikan wanita muslimah itu tak lebih dari sekedar calon ibu rumah tangga yang tahunya hanya dapur, sumur, dan kasur. Oleh karena itu agar wanita bisa maju, harus direposisi ke ruang rubrik yang seluas-luasnya untuk bebas berkarya, berkomunikasi dan berinteraksi dengan cara apapun seperti halnya kaum lelaki di masa moderen dewasa ini.</p> <p style="text-align: justify;">Ketahuilah wahai muslimah! Suara-suara sumbang yang penuh kamuflase dari musuh-musuh Allah <em>subhanahu wata’ala</em> itu merupakan kepanjangan lidah dari syaithan. Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaithan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapak kalian dari jannah, ia menanggalkan dari kedua pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya.”</em> (<strong>Al A’raf</strong>: 27)</p> <p><strong>Peran Wanita dalam Rumah Tangga</strong></p> <p style="text-align: justify;">Telah termaktub dalam Al Qur’an sebagai petunjuk bagi umat manusia yang datang dari Rabbull Alamin Allah Yang Maha Memilki Hikmah:</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Dan tetaplah kalian (kaum wanita) tinggal di rumah-rumah kalian.”</em> (<strong>Al Ahzab</strong>: 33)</p> <p style="text-align: justify;">Maha benar Allah <em>subhanahu wata’ala</em> dalam segala firman-Nya, posisi wanita sebagai sang istri atau ibu rumah tangga memilki arti yang sangat urgen, bahkan dia merupakan salah satu tiang penegak kehidupan keluarga dan termasuk pemeran utama dalam mencetak “tokoh-tokoh besar”. Sehingga tepat sekali ungkapan: “Dibalik setipa orang besar ada seorang wanita yang mengasuh dan mendidiknya.”</p> <p style="text-align: justify;">Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin <em>rahimahullah</em> berkta: “Perbaikan masyarakat dapat dilakukan dengan dua cara:</p> <p style="text-align: justify;">Pertama: perbaikan secara dhahir, di pasar-pasar, di masjid-masjid dan selainnya dari perkara-perkara dhahir. Ini didominasi oleh lelaki karena merekalah yang bisa tampil di depan umum.</p> <p style="text-align: justify;">Kedua: perbaikan masyarakat dilakukan yang di rumah-rumah, secara umum hal ini merupakan tanggung jawab kaum wanita. Karena merekalah yang sangat berperan sebagai pengatur dalam rumahnya. Sebagaiman Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj (berpenampilan) sebagaimana penampilannya orang-orang jahiliyah yang pertama. Tegakkanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah hanyalah berkehendak untuk menghilangkan dosa-dosa kalian wahai Ahlul bait dan mensucikan kalian dengan sebersih-bersihnya.”</em> (<strong>Al Ahzab</strong>: 33)</p> <p style="text-align: justify;">Kami yakin setelah ini, tidaklah salah bila kami katakan perbaikan setengah masyarakat itu atau bahkan mayoritas tergantung kepada wanita dikarenakan dua sebab:</p> <p style="text-align: justify;">1. Kaum wanita jumlahnya sama dengan kaum laki-laki bahkan lebih banyak, yakni keturunan Adam mayoritasnya wanita sebagamana hal ini ditunjukkan oleh As Sunnah An Nabawiyah. Akan tetapi hal itu tentunya berbeda antara satu negeri dengan negeri lain, satu jaman dengan jaman lain. Terkadang di suatu negeri jumlah kaum wanita lebih dominan dari pada jumlah lelaki atau sebaliknya… Apapun keadaannya wanita memiliki peran yang sangat besar dalam memperbaiki masyarakat.</p> <p style="text-align: justify;">2. Tumbuh dan berkembangnya satu generasi pada awalnya berada dibawah asuhan wanita. Atas dasar ini sangat jelaslah bahwa tentang kewajiban wanita dalam memperbaiki masyarakat. (<strong>Daurul Mar’ah Fi Ishlahil Mujtama’</strong>)</p> <p><strong>Pekerjaan Wanita di dalam Rumah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Beberapa pekerjaan wanita yang bisa dilakukan di dalam rumah:</p> <p style="text-align: justify;">1. <strong>Beribadah kepada Allah <em>subhanahu wata’ala</em>.</strong> Tinggalnya ia di dalam rumah merupakan alternatif terbaik karena memang itu perintah dari Allah <em>subhanahu wata’ala</em> dan dapat beribadah dengan tenang. Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Tetaplah kalian tinggal di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah bertabarruj sebagaimana tabarrujnya orang-orang jahiliyah yang pertama. Tegakkanlah shalat, tunaikan zakat, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya.”</em> (<strong>Al Ahzab</strong>: 33)</p> <p style="text-align: justify;">2. <strong>Wanita berperan memberikan sakan (ketenangan/keharmonisan) bagi suami.</strong> Namun tidak akan terwujud kecuali ia melakukan beberapa hal berikut ini:</p> <p style="text-align: justify;">- Taat sempurna kepada suaminya dalam perkara yang bukan maksiat bahkan lebih utama daripada melakukan ibadah-ibdah sunnah. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda:</p> <p style="text-align: right;">لاَ يَحِلُّ لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُوْمَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Tidak boleh seorang wanita puasa (sunnah) sementara suaminya ada di tempat kecuali setelah mendapat izin suaminya.”</em> <strong>(Muttafaqun ‘alaihi</strong>)</p> <p style="text-align: justify;">Al Hafidz Ibnu Hajar berkata: “Hadits ini menunjukkan lebih ditekankan kepada istri untuk memenuhi hak suami daripada mengerjakan kebajikan yang hukumnya sunnah. Karena hak suami itu wajib sementara menunaikan kewajiban lebih didahulukan daripada menunaikan perkara yang sunnah.’ (<strong>Fathul Bari</strong> 9/356)</p> <p style="text-align: justify;">- Menjaga rahasia suami dan kehormatannya dan juga menjaga kehormatan ia sendiri disaat suaminya tidak ada di tempat. Sehingga menumbuhkan kepercayaan suami secara penuh terhadapnya.</p> <p style="text-align: justify;">- Menjaga harta suami. Rasulullah bersabda:</p> <p style="text-align: right;">خَيْرُ نِسَاءٍ رَكِبْنَ الإِبِلَ صَالِحُ نِسَاءِ قُرَيْشٍ : أَحْنَاهُ عَلَى وَلَدٍ فِي صِغَرِهِ، وَأَرْعَاهُ عَلَى زَوْجٍ فِي ذَاتِ يَدِهِ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Sebaik-baik wanita penunggang unta, adalah wanita yang baik dari kalangan quraisy yang penuh kasih sayang terhadap anaknya dan sangat menjaga apa yang dimiliki oleh suami.”</em> (<strong>Muttafaqun ‘alaihi</strong>)</p> <p style="text-align: justify;">- Mengatur kondisi rumah tangga yang rapi, bersih dan sehat sehingga tampak menyejukkan pandangan dan membuat betah penghuni rumah.</p> <p style="text-align: justify;">3. Mendidik anak yang merupakan salah satu tugas yang termulia untuk mempersiapkan sebuah generasi yang handal dan diridhai oleh Allah <em>subhanahu wata’ala</em>.</p> <p><strong>Adab Keluar Rumah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Allah <em>subhanahu wata’ala</em> Yang Maha Mengetahui tentang maslahat (kebaikan) hambanya di dunia maupun diakhirat yaitu kewajiban wanita untuk tetap tinggal di rumah. Namun bila ada kepentingan, diperbolehkan baginya keluar rumah untuk memenuhi kebutuhannya. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda:</p> <p style="text-align: right;">قَدْ أَذِنَ لَكُنَّ أَنْ تَخْرُجْنَ لِحَوَائِجِكُنَّ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Allah telah mengijinkan kalian untuk keluar rumah guna menunaikan hajat kalian.”</em> (<strong>Muttafaqun ‘alahi</strong>)</p> <p style="text-align: justify;">Namun juga ingat petuah Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> yang lainnya:</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Wanita itu adalah aurat maka bila ia keluar rumah syaithan menyambutnya.”</em> (<strong>HR. At Tirmidzi</strong>, shahih lihat <strong>Al Irwa’</strong> no. 273 dan <strong>Shahihul Musnad</strong> 2/36)</p> <p style="text-align: justify;">Sehingga wajib baginya ketika hendak keluar harus memperhatikan adab yang telah disyariatkan oleh Allah <em>subhanahu wata’ala</em> dan Rasul-Nya <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em>, yaitu:</p> <p style="text-align: justify;">a. Memakai jilbab yang syar’i sebagaimana dalam surat <strong>Al Ahzab: 59</strong>.<br />b. Atas izin dari suaminya, bila ia sudah menikah.<br />c. Tidak boleh bersafar kecuali dengan mahramnya. (<strong>HR. Muslim</strong> no. 1341)<br />d. Menundukkan pandangan. (<strong>An Nur</strong>: 31)<br />e. Berbicara dengan wajar tanpa mendayu-dayu (melembut-lembutkan). (<strong>Al Ahzab</strong>: 32)<br />f. Tidak boleh melenggak lenggok ketika berjalan.<br />g. Hindari memakai wewangian. (<strong>Al Jami’ush Shahih</strong>: 4/311)<br />h. Tidak boleh menghentakkan kaki ketika berjalan agar diketahui perhiasannya. (<strong>An Nur</strong>: 31)<br />i. Tidak boleh ikhtilath (campur baur) antara lawan jenis. (Lihat <strong>Shahih Al Bukhari</strong> no. 870)<br />j. Tidak boleh khalwat (menyepi dengan pria lain yang bukan mahram) (Lihat <strong>Shahih Muslim</strong> 2/978).</p> <p><strong>Hukum Wanita Kerja di Luar Rumah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Allah menciptakan bentuk fisik dan tabiat wanita berbeda dengan pria. Kaum pria di berikan kelebihan oleh Allah <em>subhanahu wata’ala</em> baik fisik maupun mental atas kaum wanita sehingga pantas kaum pria sebagai pemimpin atas kaum wanita. Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Kaum lelaki itu adalah sebagai pemimpin (pelindung) bagi kaum wanita.”</em> (<strong>An Nisa’</strong>: 35)</p> <p style="text-align: justify;">Sehingga secara asal nafkah bagi keluarga itu tanggug jawab kaum lelaki. Asy syaikh Ibnu Baaz berkata: “Islam menetapkan masing-masing dari suami istri memiliki kewajiban yang khusus agar keduanya menjalankan perannya, hingga sempurnalah bangunan masyarakat di dalam dan di luar rumah. Suami berkewajiban mencari nafkah dan penghasilan sedangkan istri berkewajiban mendidik anak-anaknya, memberikan kasih sayang, menyusui dan mengasuh mereka serta tugas-tugas lain yang sesuai baginya, mengajar anak-anak perempuan, mengurusi sekolah mereka, dan mengobati mereka serta pekerjaan lain yang khusus bagi kaum wanita. Bila wanita sampai meninggalkan kewajiban dalam rumahnya berarti ia menyia-nyiakan rumah berikut penghuninya. Hal tersebut berdampak terpecahnya keluarga baik hakiki maupun maknawi. (<strong>Khatharu Musyarakatil Mar’ah lir Rijal fil Maidanil amal</strong>, hal. 5)</p> <p style="text-align: justify;">Bila kaum wanita tidak ada lagi yang mencukupi dan mencarikan nafkah, boleh baginya keluar rumah untuk bekerja, tentunya ia harus memperhatikan adab-adab keluar rumah sehingga tetap terjaga iffah (kemulian dan kesucian) harga dirinya.</p> <p><strong>Wanita adalah Sumber Segala Fitnah</strong></p> <p style="text-align: justify;">Bila wanita sudah keluar batas dari kodratnya karena melanggar hukum-hukum Allah <em>subhanahu wata’ala</em>. Keluar dari rumah bertamengkan slogan bekerja, belajar, dan berkarya. Meski mengharuskan terjadinya khalwat (campur baur dengan laki-laki tanpa hijab), membuka auratnya (tanpa berjilbab), <em>tabarruj</em> (berpenampilan ala jahiliyah), dan mengharuskan komunikasi antar pria dan wanita dengan sebebas-bebasnya. Itulah pertanda api fitnah telah menyala.</p> <p style="text-align: justify;">Bila fitnah wanita telah menyala, ia merupakan inti dari tersebarnya segala fitnah-fitnah yang lainnya. Allah <em>subhanahu wata’ala</em> berfirman (artinya):</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia untuk condong kepada syahwat, yaitu wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak … .”</em> (<strong>Ali Imran</strong>: 14).</p> <p style="text-align: justify;">Al Hafizh Ibnu Hajar berkata: “Sesunggunya fitnah wanita merupakan fitnah yang terbesar dari selainnya …, karena Allah menjadikan para wanita itu sebagai sumber segala syahwat. Dan Allah meletakkan para wanita (dalam bagian syahwat) pada point pertama (dalam ayat di atas) sebelum yang lainnya, mengisyaratkan bahwa asal dari segala syahwat adalah wanita.” (<strong>Nashihati Linnisaa’i</strong>: 114)</p> <p style="text-align: justify;">Bila fitnah wanita itu telah menjalar, maka tiada yang bisa membendung arus kebobrokan dan kerusakan moral manusia. Fenomena negara barat atau negara-negara lainnya yang menyuarakan emansipasi wanita, sebagai bukti kongkrit hasil dari perjuangan mereka yaitu pornoaksi dan pornografi bukan hal yang tabu bahkan malah membudaya, foto-foto telanjang dan menggoda lebih menarik daya beli dan mendongkrak pangsa pasar. Tak lebih harga diri wanita itu seperti budak pemuas syahwat lelaki. Rasulullah <em>shallallahu ‘alaihi wasallam</em> bersabda:</p> <p style="text-align: right;">إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضْرَةٌ وَإِنَّ اللهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيْهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُوْنَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَ اتَّقُوا النِّسَاءَ فَإنَّ أَوَّلِ فِتْنَةِ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Sesungguhnya dunia itu manis lagi hijau dan Allah subhanahu wata’ala menjadikan kalian berketurunan di atasnya. Allah melihat apa yang kalian perbuat. Takutlah kepada (fitnah) dunia dan takutlah kepada (fitnah) wanita, karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Isra’il dari wanitanya.”</em> (<strong>HR. Muslim</strong>)</p> <p style="text-align: justify;"><strong>Setelah mengetahui hak dan tanggung jawab wanita sedemikian rupa, rapi dan serasi yang diatur oleh Islam, apakah bisa dikatakan sebagai wanita pengangguran atau kuno? sebaliknya, silahkan lihat kenyataan kini dari para wanita karier dibalik label emansipasi atau slogan “Mari maju menyambut modernisasi?” Renungkanlah wahai kaum wanita, bagaimana kedaan suami dan anak-anak kalian setelah kalian tinggalkan tanggung jawab sebagai istri penyejuk hati suami dan penyayang anak-anak?!!!!</strong></p> <p><strong>Hadits-Hadits Dho’if (Lemah) atau Palsu yang Tersebar di Kalangan Ummat</strong></p> <p style="text-align: right;">اُطْلُبُوْا العِلْمَ وَ لَوْ بِالصِّيْنِ</p> <p style="text-align: justify;"><em>“Tuntutlah Ilmu walau sampai ke negeri Cina.”</em></p> <p style="text-align: justify;">Keterangan:</p> <p style="text-align: justify;">Hadits ini adalah bathil, diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy, Abu Nu’aim, Al Khotib, Al Baihaqi, dan selain mereka. Hadits ini dikritik oleh para ulama seperti Al Imam Al Bukhori, Ahmad, An Nasa’i, Abu Hatim, Ibnu Hibban, Al Khotib, dan selain dari mereka. Karena didalam perawi-perawi hadits ini lemah (dho’if). (Lihat <strong>Adh Dhoi’fah</strong> No.416)</p> <em>(Sumber: http://www.assalafy.org/al-ilmu.php?tahun3=8</em>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-32436967134004029002010-05-02T22:37:00.001-07:002010-05-02T22:37:26.174-07:00AA Gym: Bersandar Hanya Kepada Allah<p class="date">Ditulis oleh <a href="http:///">anurachman</a> di/pada Mei 14, 2009</p> <div class="entrytext"> <div class="snap_preview"><p>Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.<span id="more-355"></span></p> <p>Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, “Faalhamaha fujuraha wataqwaaha”, “Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan”. Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.</p> <p>Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.</p> <p>Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian,kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.</p> <p>Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.</p> <p>Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan … Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ Tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.</p> <p>Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.</p> <p>Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri.</p> <p>Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.</p> <p>Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.</p> <p>“Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh.”</p> <p>Insya Allah suami pergi bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah.</p> <p>Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, “Lahaula wala quwata illa billaah” (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.</p> </div></div>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-41635953806436968232010-05-02T22:31:00.000-07:002010-05-02T22:32:08.118-07:00Memilih Pengasuh Anak<p class="date">Ditulis oleh <a href="http:///">anurachman</a> di/pada Mei 11, 2009</p> <div class="entrytext"> <div class="snap_preview"><p>Mengasuh dan membesarkan anak merupakan sebuah pekerjaan yang menyenangkan sekaligus menantang. Hal ini karena banyaknya suka duka yang akan kita temui saat mengasuh anak kita. Mulai dari hal-hal yang lucu dan menggemaskan, hingga hal-hal yang kadang membuat kita mengurut dada.<span id="more-298"></span></p> <p>Bagi ibu rumah tangga biasa, mengasuh anak tentunya sudah merupakan aktivitas sehari-hari. Namun lain halnya dengan orang tua yang bekerja. Seorang ibu yang ikut bekerja mencari nafkah tidak akan memiliki banyak waktu untuk mengasuh anaknya dengan maksimal. Karena itu, biasanya ara wanita karir akan mempercayakan pengasuhan anaknya pada orang lain, entah itu kerabat maupun orang yang “luar” yang dipercayainya.</p> <p>Mencari pengasuh buat anak sebenarnya hal yang susah-susah gampang. Terlebih lagi jika kita belum mengenal baik dengan calon pengasuh tersebut. Meskipun saat ini banyak yayasan yang menyediakan tenaga pengasuh, namun banyak faktor yang menjadi perhitungan para orang tua dalam memilih pengasuh untuk anaknya.</p> <p>Beberapa pilihan berikut dapat dijadikan pengasuh untuk anak kita. Tentunya dalam memilih, kita harus mempertimbangkan banyak hal. Orang-orang yang apat dijadikan pengasuh untuk anak kita, diluar kerabat/saudara, diantaranya adalah:</p> <p><strong>Pembantu rumah tangga</strong></p> <p>Pembantu rumah tangga (PRT) merupakan pilihan favorit para ibu karena uang yang dikeluarkan untuk mempekerjakan PRT relatif lebih murah dibanding pilihan lain. Hanya saja kemampuan seorang PRT biasanya terbatas, sesuai pendidikan mereka yang rata-rata lulusan SD atau SMP.</p> <p><strong>Babysitter</strong></p> <p>Biasanya keterampilan babysitter mengasuh anak di atas kemampuan PRT, karena babysitter seharusnya sudah mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi. Hanya saja, kenyataannya tidaklah selalu demikian. Untuk menghindari ini, sebaiknya pilihlah yayasan penyalur babysitter yang baik sesuai rekomendasi orang yang dapat dipercaya.</p> <p><strong>Nanny</strong></p> <p>Nanny dapat diterjemahkan sebagai perawat anak yang punya pendidikan dan pelatihan khusus dalam standar tertentu. Ia tidak hanya mampu menjaga anak, namun juga mengajak anak bermain atau belajar sesuai tingkat pendidikan si kecil. Memang syarat sebagai nanny minimal lulus SMA. Namun biaya yang dikeluarkan untuk menyewa nanny relatif lebih mahal dari dua alternatif sebelumnya.</p> <p><strong>Governess</strong></p> <p>Governess memiliki kemampuan di atas nanny. Ia dapat diharapkan menjadi guru privat bagi si kecil selama 24 jam sehari, karena syarat seorang governess adalah menguasai pendidikan dasar, termasuk pendidikan sopan santun dan etika. Tentu saja menggunakan jasa governess perlu biaya sangat tinggi sesuai keterampilan, pikiran dan tenaga yang diberikan.</p> <p>Dalam memilih pengasuh untuk anak kita, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan. Yang perlu diperhatikan adalah pentingnya mencari referensi dari teman atau saudara yang merasa puas terhadap kinerja pengasuh anak dari suatu yayasan tertentu, jika kita berniat mengambil pengasuh dari sebuah yayasan.</p> <p>Kita juga harus memperhatikan kontrak kerja dengan sang pengasuh. Ajukan klausal tambahan jika kita kurang sesuai dengan kontrak kerja yang ditawarkan. Cobalah menjalin hubungan dengan calon pengasuh sebelum memutuskan menggunakan jasanya. Minimal, cobalah ‘mengorek’ pribadinya melalui wawancara.</p> <p>Jika perlu, perhatikan bagaimana calon pengasuh berinteraksi dengan si kecil. Bagaimana reaksi anak terhadap calon pengasuhnya. Apakah ia terlihat senang atau takut? Siapa pun yang kita pilih menjadi pengasuh si kecil, hal yang paling utama adalah penerimaan anak terhadap calon pengasuh tersebut. Selain itu, sikap pengasuh tersebut kepada si buah hati juga perlu dijadikan ukuran.</p> </div></div>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-90334296377801073772010-05-02T22:26:00.001-07:002010-05-02T22:26:46.191-07:00Istri Sholehah<p class="date">Ditulis oleh <a href="http:///">anurachman</a> di/pada April 30, 2009</p> <p>“Orang mukmin merindukan<br />Anak-anak yang sholeh<br />Istri-istri yang sholehah<br />Keluarga bahagia……”<span id="more-103"></span></p> <p>Masih ingat dengan sepenggal bait dari sebuah nasyid yang dinyanyikan oleh kelompok nasyid Hijaz, yang berjudul “Rindu” tesebut? Kita sebagai umat mukmin, tentunya juga merasakan apa yang dirindukan oleh Hijaz, salah satunya adalah istri yang sholehah. Istri yang sholehah akan membuat kehidupan keluarga menjadi lebih indah, meskipun serba kekurangan dari segi materi….</p> <p>Setiap muslimah tentunya ingin sekali menjadi istri yang sholehah. Seorang istri yang sangat diinginkan oleh banyak muslim di dunia. Namun bagaimana dan seperti apa istri yang sholehah itu? Kadang seorang istri mengklaim sebagai istri yang sholehah, tanpa mengetahui, seperti apa istri yang sholehah tersebut.</p> <p>Istri yang sholehah memiliki beberapa sifat yang terpuji. Cirri-ciri seorang istri yang sholehah diantaranya adalah:</p> <blockquote><p><strong>• Al-waluud (beranak-pianak)</strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Menikah adalah salah satu upaya untuk melanjutkan keturunan. Banyak orang menikah karena ingin memiliki keturunan yang sholeh-sholehah. Istri yang sholehah salah satu tandanya adalah mampu memberikan keturunan (dengan kehendak Allah), sehingga dapat memberikan kebahagiaan dalam keluarganya.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Rasulullah Muhammad saw sendiri menyarankan kita untuk mencari istri yang mampu memberikan banyak keturunan, karena Rasulullah saw membanggakan umatnya dari umat lain karena kuantitasnya. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah Muhammad saw:</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>“Seseorang datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mengatakan: ‘Aku mendapatkan seorang wanita (dalam satu riwayat lain (disebutkan), ‘memiliki kedudukan dan kecantikan’), tetapi ia tidak dapat melahirkan anak (mandul); apakah aku boleh menikahinya?’ Beliau menjawab: ‘Tidak.’ Kemudian dia datang kepada beliau untuk kedua kalinya, tapi beliau melarangnya. Kemudian dia datang kepada beliau untuk ketiga kalinya, maka beliau bersabda: ‘Nikahilah wanita yang berbelas kasih lagi banyak anak, karena aku akan membangga-banggakan jumlah kalian kepada umat-umat yang lain.’”</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Memilih wanita yang subur dapat dilihat dari silsilah keluarganya. Meskipun demikian, jika Allah belum berkenan memberikan momongan, janganlah berkecil hati. Tetaplah sabar dan selalu berdoa kepada Allah SWT.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote><p><strong>• Al-waduud (Besar cinta pada suami)<br /></strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Seorang istri yang sholehah memiliki cinta yang besar kepada suami dan keluarganya. Besar cinta seorang (calon) istri dapat dilihat dari besar kecilnya mahar yang diminta. Semakin kecil mahar yang diminta kepada (calon) suaminya, maka semakin besar pula cinta istri tersebut kepada suaminya.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote><p><strong>• Sittiroh (pendiam)</strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Istri adalah tempat suami mencurahkan segalanya, baik itu kasih saying maupun keluh kesah, bahkan rahasianya. Seorang istri yang sholehah akan mampu untuk menjaga rahasia dari sumainya. Istri yang sholehah akan mampu menjaga kehormatan suami dan keluarganya. Ia tidak akan menyebarkan dan membuka aib keluarganya.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Seorang istri yang sholehah juga akan menghindari pembicaraan yang tidak perlu. Ia akan menjauhi majelis ghibah, dan lebih banyak menghadiri majlis-majlis keagamaan (dengan seijin suami tentunya).</p></blockquote> </blockquote> <blockquote><p><strong>• Al-azizah fii ahliha (tabah dan ikhlas menghadapi cobaan)</strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Tidak selamanya rumah tangga yang kita bina akan berjalan di jalan yang rata. Suatu kali tentunya ada sandungan-sandungan yang akan menimpa keluarga kita. Seorang istri yang sholehah akan dapat menghadapi cobaan dalam rumah tangga dengan sabar dan tabah, serta tawakal keapda Allah SWT. Ia akan ikhlas dalam menghadapi apa pun bentuk cobaan yang diberikan oleh Allah kepada keluarganya.</p></blockquote> </blockquote> <p><strong>• Adzalilah ma’a ba’liha (patuh pada suami)</strong></p> <blockquote> <blockquote><p>Rasulullah Muhammad saw bersabda: “Andaikan aku diperbolehkan memerintahkan seorang manusia sujud terhadap manusia lain, maka aku akan perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya, karena begitu besar haknya kepadanya”. (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majjah, dan Ibnu Hibban).</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Ketaatan seorang istri setelah taatnya kepada Allah dan Rasul, adalah kepada suaminya. Begitu banyak kisah-kisah akan ketaatan seorang istri kepada suaminya, yang dapat kita temui dalam sejarah. Salah satu kisah patuh dan taatnya seorang istri kepada suaminya, sehingga Allah menyediakan surge atasnya (Insya Allah) terdapat dalam kisah berikut:</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote> <blockquote><p>“pada suatu hari, karena amarahnya, seorang suami melarang istrinya untuk keluar rumah sampai ia kembali. Setelah suami tersebut pergi, datanglah saudara dari si istri yang mengabarkan bahwa ayah si istri sakit. Istri tersebut sedih, namun ia mengatakan bahwa suaminya melarangnya keluar rumah, sampai sang suami tersebut kembali. Ia meminta saudaranya mendatangi Rasulullah saw untuk meminta nasehat beliau atas hal yang menimpanya. Kepada saudaranya, Rasulullah saw beerpesan agar ia mematuhi suaminya.</p></blockquote> </blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Hari berikutnya, saudara tersebut datang lagi untuk mengabarkan bahwa sakit ayahnya bertambah parah, dan ayahnya ingin berjumpa dengannya. Namun lagi-lagi istri tersebut mengatakan hal yang sama, sebab suaminya belum kembali.</p></blockquote> </blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Keesokan harinya, saudara istri tersebut mengabarkan bahwa ayahnya telah meninggal, dan akan segera dimakamkan. Pemakaman menunggu kedatangan istri sholehah tersebut. Namun wanita ini mengatakan agar jenazah ayahnya segera diurus sebagaimana mestinya, karena suaminya belum pulang dan karenanya ia tidak bias hadir.</p></blockquote> </blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Saat suaminya pulang, ia menyambut kedatangan suaminya dengan suka cita. Ia menyediakan jamuan kepada suaminya. Setelah suaminya beristirahat, ia mengabarkan kepada suaminya bahwa ayahnya sudah meninggal. Ia juga menyatakan bahwa ia tidak dapat menghadiri pemakaman ayahnya, karena patuh akan perintah suaminya untuk tidak keluar rumah sampai ia kembali.”</p></blockquote> </blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Tindakan dari istri sholehah tersebut dibenarkan oleh Rasulullah Muhammad saw.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote><p><strong>• Mutabarriyah (berhias)</strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Berhias disini bukanlah berhias untuk keluar rumah atau bepergian. Berhias yang dimaksud adalah berhias untuk suaminya. Hal ini dilakukan untuk menggembirakan hati suaminya. Janganlah berhias untuk keluar rumah, sementara saat dirumah tampil “berantakan”. Ingatlah akan pesan Rasulullah saw: “apabila dipandang menyenangkan”.</p></blockquote> </blockquote> <blockquote><p><strong>• Al-hashonu (membentengi diri)</strong></p></blockquote> <blockquote> <blockquote><p>Seorang istri harus dapat membentengi diri dalam bergaul dengan orang lain. Ia dapat menempatkan diri bagaimana bergaul dengan orang lain di lingkungan sekitarnya, tanpa menimbulkan fitnah.</p></blockquote> </blockquote> <p>Alangkah bahagianya jika seorang suami mendapatkan istri sholehah dengan sifat-sifat tersebut. Dapat dipastikan bahwa keluarga tersebut akan menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah, insya Allah.</p> <p><strong>Robbana hablana min azwaajina wadzuriyatinaa quraata a’yun waj ‘alna lil muttaqiina imamaa………</strong></p> <p><strong>Amin ya robbal ‘alamin……..</strong></p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-4392200406258590242010-05-02T21:41:00.000-07:002010-05-02T21:43:13.435-07:00Ketika Sang Bayi Tak Juga Didapati<p class="date">Ditulis oleh <a href="http:///">anurachman</a> di/pada Juli 6, 2009</p> <div class="entrytext"> <div class="snap_preview"><p>Sudah menjadi satu rahasia umum bahwa memiliki seorang anak merupakan salah satu gambaran kesempurnaan dari sebuah pernikahan. Meskipun hal tersebut bukan merupakan satu takaran mutlak dalam kehidupan berumah tangga, namun demikianlah kenyataan yang dialami oleh sebagian besar pasangan suami istri.<span id="more-426"></span></p> <p>Berat memang, menerima kenyataan bahwa pernikahan yang telah dijalani selama bertahun-tahun belum juga dapat membuahkan keturunan. Kerinduan akan hadirnya seorang bayi mungil pun akhirnya menjadi siksaan yang banyak menyelimuti pasangan suami istri. Dan tidak dapat dipungkiri, omongan tetangga, teman, dan saudara pun akhirnya senantiasa terdengar negatif.</p> <p>Hidup dalam ikatan pernikahan selama bertahun-tahun tanpa kehadiran seorangpun buah hati,buah cinta yang menjadi kebanggan memang tidaklah mudah. Namun demikian, berputus asa dan rendah diri bukanlah satu jalan keluar yang terbaik yang harus ditempuh. Bersedih, mungkin itu satu hal yang wajar. Naumun berputus asa, itu bukanlah jalan keluar. Hadapi kenyataan tersebut dengan lapang dada, karena biar bagaimanapun itulah kenyataan yang memang harus dihadapi. Berikut beberapa hal yang mungkin dapat anda lakukan manakala anda berada dalam posisi tersebut:</p> <p><strong><br />Yang Logis Aja</strong></p> <p>Umunya, pasangan suami istri akan memiliki anak dalam kurun waktu satu tahun pernikahan. Hal ini terjadi pada 85% pasangan suami istri. Untuk itu, manakala belum juga memiliki seorang anak sementara usia pernikahan masih berada di bawah usia satu tahun, hendaknya tidak terlalu cemas. Tetaplah berpikir positif dan logis. Jangan terburu-buru memvonis bahwa sang istri atau suami tidak subur atau mandul.</p> <p><strong><br />Jangan Saling Menyalahkan</strong></p> <p>Untuk memiliki seorang anak bukanlah menjadi harapan seorang suami atau istri saja, melainkan harapan kedua belah pihak. Karena salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mendapatkan keturunan (anak). Untuk itu, manakala sang anak yang ditunggu-tunggu kehadirannya tidak juga datang, hendaknya tidak saling menyalahkan antara suami dan istri.</p> <p>Dalam hal ini, istri adalah pihak yang paling banyak disalahkan. Manakala mereka tidak juga mendapatkan seorang anak, suami seketika memvonis bahwa istrinya tidak subur atau mandul. Padahal, belum tentu yang mandul tersebut adalah sang istri, boleh jadi justru suami-lah yang tidak subur atau mandul. Untuk itu,hendaknya dalam hal ini baik suami maupun istri tidak saling menyalahkan satu sama lain sebelum semuanya jelas, karena baik suami maupun istri masih memiliki kemungkinan bermasalah (mandul) yang sama, 50%-50%.</p> <p>Konsultasikan masalah tersebut kepada dokter ahli, agar dapat diketahui permasalahannya dan kemudian sama-sama mencari jalan keluar yang terbaik.</p> <p><strong><br />Cek Kesuburan</strong></p> <p>Dalam pemeriksaan kesuburan, biasanya hasil untuk suami lebih cepat ketimbang hasil pemeriksaan istri. Pemeriksaan bagi suami adalah berkaitan mengenai jumlah sperma yang dihasilkan, bagaimana gerakan sperma serta kondisi sperma. Sedangkan pemeriksaan kesuburan untuk istri biasanya meliputi masalah apakah ada sel telur yang dihasilkan dan apakah saluran untuk sperma menuju sel telur terbuka. Bagi wanita yang kondisi haidh-nya lancar, kemungkinan besar ia memiliki sel telur yang normal.</p> <p>Jika hasil pemeriksaan kesuburan menunjukkan bahwa anda dan pasangan normal, bukan berarti anda dan pasangan juga akan memperoleh keturunan dengan segera. Banyak hal lain yang dapat menjadi faktor pengaruh dalam masalah ini.</p> <p>Sebagai tambahan, hendaknya sang istri tidak terburu-buru untuk membersihkan sperma setelah melakukan hubungan. Coba diamkan dahulu sekitar lima belas menit.</p> <p>Namun, jika memang dalam pemeriksaan tersebut menunjukkan hasil bahwa anda dan pasangan memang memiliki masalah kesuburan, tidak perlu berputus asa. Teruslah berusaha dan berdoa, itulah satu-satunya jalan terbaik. Yang Maha Kuasa tidak akan berdiam diri terhadap hambanya yang setia mendekat kepada-Nya.</p> <p><a href="http://sekeluarga.com/index.php?option=com_content&view=article&id=211:ketika-sang-bayi-tak-juga-didapati&catid=3:keluarga-bahagia&Itemid=4" target="_blank"><em><strong>www.sekeluarga.com</strong></em></a></p> </div></div>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-42791388386909184612010-04-28T02:20:00.000-07:002010-04-28T02:21:26.788-07:00Arti Sebuah Cinta<p>penulis Al-Ustadz Abu Usamah Abdurrahman bin Rawiyah An-Nawawi<br />Syariah Aqidah 19 - November - 2003 20:43:49</p> <p> Cinta bisa jadi merupakan kata yg paling banyak dibicarakan manusia. Setiap orang memiliki rasa cinta yg bisa diaplikasikan pada banyak hal. Wanita harta anak kendaraan rumah dan berbagai keni’matan dunia lain merupakan sasaran utama cinta dari kebanyakan manusia. Cinta yg paling tinggi dan mulia adl cinta seorang hamba kepada Rabb-nya.</p> <p>Kita sering mendengar kata yg terdiri dari lima huruf: CINTA. Setiap orang bahkan telah merasakan namun sulit utk mendefinisikannya. Terlebih utk mengetahui hakikatnya. Berdasarkan hal itu seseorang dgn gampang bisa keluar dari jeratan hukum syariat ketika bendera cinta diangkat. Seorang pezina dgn gampang tanpa diiringi rasa malu mengatakan “Kami sama-sama cinta suka sama suka.” Karena alasan cinta seorang bapak membiarkan anak-anak bergelimang dlm dosa. Dengan alasan cinta pula seorang suami melepas istri hidup bebas tanpa ada ikatan dan tanpa rasa cemburu sedikitpun.<br />Demikianlah bila kebodohan telah melanda kehidupan dan kebenaran tdk lagi menjadi tolok ukur. dlm keadaan seperti ini setan tampil mengibarkan bendera dan menabuh genderang penyesatan dgn mengangkat cinta sebagai landasan bagi pembolehan terhadap segala yg dilarang Allah dan Rasul-Nya Muhammad . Allah berfirman:<br />“Dijadikan indah pada manusia kecintaan kepada apa-apa yg diingini yaitu: wanita-wanita anak-anak harta yg banyak dari jenis emas perak kuda pilihan binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yg baik.”<br />Rasulullah dlm hadits dari shahabat Tsauban mengatakan: ‘Hampir-hampir orang2 kafir mengerumuni kalian sebagaimana berkerumun di atas sebuah tempayan.’ Seseorang berkata: ‘Wahai Rasulullah apakah jumlah kita saat itu sangat sedikit?’ Rasulullah berkata: ‘Bahkan kalian saat itu banyak akan tetapi kalian bagaikan buih di atas air. Dan Allah benar-benar akan mencabut rasa ketakutan dari hati musuh kalian dan benar-benar Allah akan campakkan ke dlm hati kalian al-wahn.’ Seseorang bertanya: ‘Apakah yg dimaksud dgn al-wahn wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab: ‘Cinta dunia dan takut mati.’<br />Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di dlm tafsir mengatakan: “Allah memberitakan dlm dua ayat ini tentang keadaan manusia kaitan dgn masalah lbh mencintai kehidupan dunia daripada akhirat dan Allah menjelaskan perbedaan yg besar antara dua negeri tersebut. Allah memberitakan bahwa hal-hal tersebut dihiaskan kepada manusia sehingga membelalakkan pandangan mereka dan menancapkan di dlm hati-hati mereka semua berakhir kepada segala bentuk kelezatan jiwa. Sebagian besar condong kepada perhiasan dunia tersebut dan menjadikan sebagai tujuan terbesar dari cita-cita cinta dan ilmu mereka. Padahal semua itu adl perhiasan yg sedikit dan akan hilang dlm waktu yg sangat cepat.”</p> <p>Definisi Cinta<br />Untuk mendefinisikan cinta sangatlah sulit krn tdk bisa dijangkau dgn kalimat dan sulit diraba dgn kata-kata. Ibnul Qayyim mengatakan: “Cinta tdk bisa didefinisikan dgn jelas bahkan bila didefinisikan tdk menghasilkan melainkan menambah kabur dan tdk jelas definisi adl ada cinta itu sendiri.”</p> <p>Hakikat Cinta<br />Cinta adl sebuah amalan hati yg akan terwujud dlm lahiriah. Apabila cinta tersebut sesuai dgn apa yg diridhai Allah mk ia akan menjadi ibadah. Dan sebalik jika tdk sesuai dgn ridha-Nya mk akan menjadi perbuatan maksiat. Berarti jelas bahwa cinta adl ibadah hati yg bila keliru menempatkan akan menjatuhkan kita ke dlm sesuatu yg dimurkai Allah yaitu kesyirikan.</p> <p>Cinta kepada Allah<br />Cinta yg dibangun krn Allah akan menghasilkan kebaikan yg sangat banyak dan berharga. Ibnul Qayyim dlm Madarijus Salikin berkata: ”Sebagian salaf mengatakan bahwa suatu kaum telah mengaku cinta kepada Allah lalu Allah menurunkan ayat ujian kepada mereka:</p> <p>“Katakanlah: jika kalian cinta kepada Allah mk ikutilah aku niscaya Allah akan mencintai kalian.”<br />Mereka berkata: “ ‘Niscaya Allah akan mencintai kalian’ ini adl isyarat tentang bukti kecintaan tersebut dan buah serta faidahnya. Bukti dan tanda adl mengikuti Rasulullah faidah dan buah adl kecintaan Allah kepada kalian. Jika kalian tdk mengikuti Rasulullah mk kecintaan Allah kepada kalian tdk akan terwujud dan akan hilang.”<br />Bila demikian keadaan mk mendasarkan cinta kepada orang lain karena-Nya tentu akan mendapatkan kemuliaan dan nilai di sisi Allah. Rasulullah bersabda dlm hadits yg diriwayatkan dari Anas bin Malik :<br />“Tiga hal yg barangsiapa ketiga ada pada diri niscaya dia akan mendapatkan manis iman. Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh ia cintai daripada selain kedua dan hendaklah dia mencintai seseorang dan tidaklah dia mencintai melainkan krn Allah dan hendaklah dia benci utk kembali kepada kekufuran setelah Allah selamatkan dia dari kekufuran itu sebagaimana dia benci utk dilemparkan ke dlm neraka.”<br />Ibnul Qayyim mengatakan bahwa di antara sebab-sebab ada cinta ada sepuluh perkara:<br />Pertama membaca Al Qur’an menggali dan memahami makna-makna serta apa yg dimaukannya.<br />Kedua mendekatkan diri kepada Allah dgn amalan-amalan sunnah setelah amalan wajib.<br />Ketiga terus-menerus berdzikir dlm tiap keadaan.<br />Keempat mengutamakan kecintaan Allah di atas kecintaanmu ketika bergejolak nafsu.<br />Kelima hati yg selalu menggali nama-nama dan sifat-sifat Allah menyaksikan dan mengetahuinya.<br />Keenam menyaksikan kebaikan-kebaikan Allah dan segala ni’mat-Nya.<br />Ketujuh tunduk hati di hadapan Allah .<br />Kedelapan berkhalwat bersama-Nya ketika Allah turun .<br />Kesembilan duduk bersama orang2 yg memiliki sifat cinta dan jujur.<br />Kesepuluh menjauhkan segala sebab-sebab yg akan menghalangi hati dari Allah .</p> <p>Cinta adl Ibadah<br />Sebagaimana telah lewat cinta merupakan salah satu dari ibadah hati yg memiliki kedudukan tinggi dlm agama sebagaimana ibadah-ibadah yg lain. Allah berfirman:</p> <p>“Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dlm hatimu.” </p> <p>“Dan orang2 yg beriman lbh cinta kepada Allah.”</p> <p>“Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yg Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.”<br />Adapun dalil dari hadits Rasulullah adl hadits Anas yg telah disebut di atas yg dikeluarkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim: “Hendaklah Allah dan Rasul-Nya lbh dia cintai daripada selain keduanya.”</p> <p>Macam-macam cinta<br />Di antara para ulama ada yg membagi cinta menjadi dua bagian dan ada yg membagi menjadi empat. Asy-Syaikh Muhammad bin ‘Abdulwahhab Al-Yamani dlm kitab Al-Qaulul Mufid fi Adillatit Tauhid menyatakan bahwa cinta ada empat macam:<br />Pertama cinta ibadah.<br />Yaitu mencintai Allah dan apa-apa yg dicintai-Nya dgn dalil ayat dan hadits di atas.<br />Kedua cinta syirik.<br />Yaitu mencintai Allah dan juga selain-Nya. Allah berfirman:</p> <p>“Dan di antara manusia ada yg menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan mereka mencintai tandingan-tandingan tersebut seperti cinta mereka kepada Allah.”</p> <p>Ketiga cinta maksiat.<br />Yaitu cinta yg akan menyebabkan seseorang melaksanakan apa yg diharamkan Allah dan meninggalkan apa-apa yg diperintahkan-Nya. Allah berfirman:</p> <p>“Dan kalian mencintai harta benda dgn kecintaan yg sangat.”<br />Keempat cinta tabiat.<br />Seperti cinta kepada anak keluarga diri harta dan perkara lain yg dibolehkan. Namun tetap cinta ini sebatas cinta tabiat. Allah berfirman:</p> <p>“Ketika mereka berkata: ‘Yusuf dan adik lbh dicintai oleh bapak kita daripada kita.”<br />Jika cinta tabiat ini menyebabkan kita tersibukkan dan lalai dari ketaatan kepada Allah sehingga meninggalkan kewajiban-kewajiban mk berubahlah menjadi cinta maksiat. Bila cinta tabiat ini menyebabkan kita lbh cinta kepada benda-benda tersebut sehingga sama seperti cinta kita kepada Allah atau bahkan lebih mk cinta tabiat ini berubah menjadi cinta syirik.</p> <p>Buah cinta<br />Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan: “Ketahuilah bahwa yg menggerakkan hati menuju Allah ada tiga perkara: cinta takut dan harapan. Dan yg paling kuat adl cinta dan cinta itu sendiri merupakan tujuan krn akan didapatkan di dunia dan di akhirat.”<br />Asy-Syaikh ‘Abdurrahman As-Sa’di menyatakan: “Dasar tauhid dan ruh adl keikhlasan dlm mewujudkan cinta kepada Allah. Cinta merupakan landasan penyembahan dan peribadatan kepada-Nya bahkan cinta itu merupakan hakikat ibadah. Tidak akan sempurna tauhid kecuali bila kecintaan seorang hamba kepada Rabb juga sempurna.”<br />Bila kita dita bagaimana hukum cinta kepada selain Allah? mk kita tdk boleh mengatakan haram dgn spontan atau mengatakan boleh secara global akan tetapi jawaban perlu dirinci.<br />Pertama bila dia mencintai selain Allah lbh besar atau sama dgn cinta kepada Allah mk ini adl cinta syirik hukum jelas haram.<br />Kedua bila dgn cinta kepada selain Allah menyebabkan kita terjatuh dlm maksiat mk cinta ini adl cinta maksiat hukum haram.<br />Ketiga bila merupakan cinta tabiat mk yg seperti ini diperbolehkan.<br />Wallahu a’lam. </p> <p>Sumber: www.asysyariah.com</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-17603448489684343012010-04-23T00:42:00.000-07:002010-04-23T00:43:58.069-07:00Islam Memuliakan Wanitahayatulislam.net - Islam sering dituding sebagai agama yang tidak memihak wanita karena sebagian aturan-aturannya dianggap mengekang kebebasan kaum wanita. Aturan-aturan Islam ‘klasik’ dianggap terlalu maskulin atau male-biased, cenderung bias jender, yang menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah kaum pria. Karenanya, aturan-aturan Islam dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini, karena bertentangan dengan konsep kesetaraan; seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan waris, poligami, kepemimpinan laki-laki dalam keluarga, nafkah, pakaian Muslimah; apalagi kepemimpinan laki-laki dalam negara yang jabatan ini memang diharamkan bagi wanita.<br /><br /><br />Merebaknya paham sekularisme di tengah-tengah kaum Muslim yang melahirkan kebebasan dan gaya hidup individualis-materialistis rupanya telah memberikan pengaruh besar kepada kaum Muslim dan mengkondisikan mereka untuk menerima apapun yang berbau ‘modern’. Wajar jika kemudian, kebahagiaan diukur dengan nilai-nilai yang bersifat duniawi, seperti terpenuhinya sebanyak mungkin kebutuhan jasmani atau sebanyak mungkin materi yang dihasilkan. Akhirnya, para wanita bersaing dengan kaum pria untuk menghasilkan karya dan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya sehingga peran wanita sebagai istri dan ibu sering diabaikan dan dianggap tidak berarti, karena tidak dapat memberikan konstribusi secara ekonomi kepada keluarga.<br /><br />Para wanita bersaing dengan pria untuk merebut posisi tertinggi dalam suatu pekerjaan, lembaga, bahkan dalam pemerintahan; tanpa mencermati terlebih dulu apakah langkah tersebut diperbolehkan atau tidak oleh Islam. Mereka bangga menjadi seseorang yang mampu memberi konstribusi besar secara materi kepada keluarga. Sebaliknya, mereka nyaris menanggalkan kebanggaannya menjadi seorang Muslimah serta kemuliaannya sebagai istri dan ibu, pengasuh dan pendidik bagi anak-anak dan masyarakatnya.<br /><br /><br /><b>Bagaimana Islam Memandang Wanita?</b><br /><br />Islam merupakan <i>dîn</i> yang sempurna. Seluruh ajarannya bersumber dari wahyu Ilahi yang tidak akan berubah sampai kapanpun. Allah SWT. telah memberikan aturan-aturan dengan rinci. Dengan aturan-aturan itu, seluruh problem hidup makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi apapun dapat diselesaikan dengan memuaskan tanpa ada satu pun yang dirugikan.<br /><br />Aturan-aturan Islam senantiasa memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, Islam lahir dari Zat Yang menciptakan manusia; Dia Mahatahu atas hakikat makhluk yang diciptakan-Nya. Islam memandang bahwa kebahagiaan dan kemuliaan seseorang tidak diukur dari materi yang dapat dihasilkan. Islam memandang kemuliaan seseorang, baik pria maupun wanita, dari ketakwaannya, sebagaimana firman-Nya:<br /><br /><i>Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal</i>. (<b>Qs. al-Hujurat [49]: 13</b>).<br /><br />Ayat ini dengan sangat transparan menjelaskan bahwa kemuliaan seseorang di hadapan Allah adalah karena ketakwaannya dan ketundukannya terhadap aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya, bukan karena kedudukannya dalam masyarakat, jenis pekerjaan, atau jenis kelaminnya.<br /><br />Islam memandang bahwa wanita adalah sosok manusia dengan seperangkat potensi yang ada pada dirinya. Sebagaimana pria, wanita dibekali potensi berupa akal, naluri (untuk beragama, melestarikan keturunan dan mempertahankan diri), serta kebutuhan jasmani sebagai sarana untuk mengabdi kepada Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu, Allah memberikan hak dan kewajiban yang sama antara pria dan wanita; seperti kewajiban shalat, puasa, zakat, haji, amar makruf nahi mungkar dan sebagainya.<br /><br />Akan tetapi, adakalanya syariat Islam menetapkan adanya pembebanan hukum (hak dan kewajiban) yang berbeda bagi pria dan wanita. Kewajiban mencari nafkah dibebankan kepada kaum pria, tidak kepada wanita; masalah perwalian juga diserahkan hanya kepada kaum pria. Demikian pula dengan kepemimpinan dalam negara; jabatan kekuasaan ataupun pengaturan urusan umat secara langsung diberikan kepada kaum pria dan diharamkan kepada wanita. Sedangkan masalah kehamilan, penyusuan, pengasuhan anak, serta peran dan fungsi lain sebagai ibu dan pengatur rumahtangga (<i>ummu wa rabbah al-bayt</i>) dibebankan kepada wanita saja dan tidak kepada pria.<br /><br />Semua pembedaan di atas tidak bisa dipandang sebagai bentuk diskriminasi atau ketidakadilan syariat Islam terhadap kaum wanita. Sebab, jika dicermati, pembedaan tersebut karena memang ada perbedaan tabiat fitri yang dimiliki oleh masing-masing, di samping menyangkut peran dan posisi masing-masing dalam keluarga dan masyarakat. Justru pembedaan ini merupakan cerminan dari kemahadilan dan kemahamurahan Sang Pencipta kepada ciptaannya; betapa Islam sangat melindungi dan menjaga kehormatan kaum wanita. Karenanya, dengan pembedaan ini, pria maupun wanita dituntut untuk saling mengisi dan berbagi dalam mengemban amanah sebagai hamba Allah, yang semuanya harus bermuara pada tujuan yang sama, yaitu meraih ridha Allah SWT.<br /><br />Bagaimana pun kondisinya dan apa pun yang dibebankan oleh Allah, baik sebagai hamba Allah, anggota keluarga —apakah sebagai anak, istri, atau ibu— dan juga anggota masyarakat, apakah beban yang diberikan sama atau berbeda dengan kaum pria, maka wanita akan memperoleh kemuliaannya selama seluruh beban hukumnya dilaksanakan dengan ikhlas dan benar sebagai bukti ketundukan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.<br /><br /><br /><b>Islam Melindungi dan Mencerdaskan Wanita</b><br /><br />Tidak sedikit orang, terutama kaum feminis, yang memandang bahwa sebagian aturan-aturan Islam membatasi ruang gerak atau mengekang kaum wanita. Hal ini didasarkan pada adanya hadis-hadis yang sepintas lalu memang terlihat seperti itu. Akan tetapi, jika kita perhatikan dengan cermat, justru Islam sangat melindungi dan menjaga kehormatan wanita. Lihat, misalnya, ayat al-Qur’an mengenai aturan memakai kerudung dan jilbab; juga hadis tentang safar ataupun keharusan seorang istri meminta izin kepada suaminya ketika ia harus keluar rumah, dan sebagainya.<br /><br />Allah SWT berfirman:<br /><br /><i>Janganlah mereka menampakkan perhiasannya selain yang biasa tampak pada dirinya. Hendaklah mereka menutupkan kerudung (khimar) ke bagian dada mereka</i>. (<b>Qs. an-Nuur [24]: 31</b>).<br /><br /><i>Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan wanita-wanita Mukmin; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah dikenal sehingga mereka tidak diganggu</i>. (<b>Qs. al-Ahzab [33]: 59</b>).<br /><br />Kedua ayat ini memerintahkan wanita untuk menutup aurat dan memakai pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangannya agar mereka tidak menampakkan tempat-tempat perhiasannya. Jelas, bahwa Islam sangat melindungi dan menjaga kehormatan wanita dengan memerintahkannya untuk menutup tempat-tempat perhiasannya sehingga terhindar dari gangguan orang-orang yang akan mengganggu atau menyakitinya.<br /><br />Sementara itu, Rasulullah Saw bersabda:<br /><br /><i>Tidak boleh seorang Laki-laki berdua-duaan dengna seorang wanita dan tidak boleh seorang wanita melakukan perjalanan/safar (selama sehari semalam), kecuali jika disertai mahram-nya</i>. [<b>HR. al-Bukhari</b>].<br /><br />Rasulullah Saw juga pernah bersabda:<br /><br /><i>Tidak halal seorang wanita berpuasa (sunnah), sementara suaminya menyaksikannya, kecuali dengan izinnya. Tidak halal baginya mengizinkan masuk (kepada orang lain) di rumahnya, kecuali dengan izin suaminya. Tidak halal pula baginya membelanjakan harta suaminya tanpa seizin suaminya, karena sesungguhnya harta yang ia belanjakan tanpa seizin suaminya harus ia kembalikan kepadanya separuhnya</i>. [<b>HR. al-Bukhari</b>].<br /><br />Hadis-hadis di atas mencerminkan betapa Islam melindungi dan menjaga kehormatan para wanita. Dalam nash-nash di atas, secara tidak langsung terkandung perintah bagi mahram ataupun suaminya untuk senantiasa menjaga para wanita dari segala bentuk gangguan yang ada di sekitarnya.<br /><br />Di samping itu, banyak hadis lain yang memerintahkan para suami untuk memperlakukan istrinya dengan makruf dalam kehidupan rumahtangga; juga larangan berkhalwat (berdua-duaannya seorang pria dengan seorang wanita), kecuali ditemani mahram.<br /><br />Semua itu semata-mata bertujuan untuk melindungi dan menjaga kehormatan wanita, bukan mengekang kebebasan para wanita sebagaimana yang dituduhkan. Sebab, Islam tidak pernah melarang wanita keluar rumah atau bahkan bekerja atau beraktivitas di luar rumah selama terpenuhi seluruh ketentuan-ketentuan Islam atasnya, juga selama ia tidak melalaikan kewajiban utamanya sebagai ibu dan pengelola rumahtangga.<br /><br />Di samping itu, wanita adalah bagian dari masyarakat. Sebagaimana kaum pria, ia pun bertanggung jawab terhadap corak kehidupan masyarakat serta sehat-sakitnya masyarakat. Apalagi wanita (ibu) adalah pendidik yang pertama dan utama. Di tangannyalah terbentuk generasi handal harapan umat; di tangannya pula tergenggam masa depan umat —karena ia adalah tiang negara, yang menentukan tegak atau runtuhnya sebuah negara/masyarakat.<br /><br />Karenanya, Islam sangat mendorong para wanita untuk senantiasa tanggap terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya (sadar politik). Mereka juga terus didorong untuk membekali diri dengan pemahaman Islam sehingga mampu menyelesaikan seluruh problem yang ada di sekelilingnya dengan benar.<br /><br />Senantiasa tersimpan dalam benak kita, betapa Rasulullah Saw tidak pernah membedakan para wanita dalam mendapatkan ilmu. Rasulullah Saw bahkan menyediakan waktu dan tempat tersendiri untuk kajian kaum wanita atau mengutus orang-orang tertentu untuk mengajari para wanita bersama mahram-nya.<br /><br />Sangatlah jelas, bahwa Islam mencerdaskan kaum wanita, karena ia adalah juga bagian dari warga negara sebagaimana kaum pria; keduanya bertanggung jawab untuk membawa umatnya ke keadaan yang lebih baik.<br /><br /><br /><b>Islam Memuliakan Wanita</b><br /><br />Ketika Islam datang ke muka bumi ini dibawa oleh Rasulullah Muhammad Saw, sebenarnya telah sangat nyata bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita. Islam mencela dengan keras tradisi Jahiliah, di antaranya mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru dilahirkan atau pewarisan istri ayah kepada anak laki-lakinya. Celaan Islam atas perilaku Jahiliah tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan dan meninggikan derajat kaum wanita. Allah SWT berfirman:<br /><br /><i>Jika seseorang dari mereka dikabari dengan (kelahiran) anak perempuan, merah-padamlah mukanya, dan ia sangat marah. Ia bersembunyi dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dan menanggung kehinaan atau menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu</i>. (<b>Qs. an-Nahl [16]: 58-59</b>).<br /><br />Rasul Saw juga bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.:<br /><br />Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah, “<i>Siapa orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik?</i>” Rasul menjawab, “<i>Ibumu, ibumu, ibumu; lalu bapakmu; baru kemudian kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya.</i>” [<b>HR. Muslim</b>].<br /><br />Dari beberapa hadis di atas dapatlah dipahami, bahwa Islam benar-benar menghargai dan memuliakan kaum hawa. Banyaknya pujian yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya terhadap kaum wanita mengandung makna bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita; sedikitpun tidak menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah laki-laki. Artinya, Islam tidak pernah berlaku tidak adil kepada wanita.<br /><br />Ketika Allah dan Rasul-Nya mengharamkan wanita duduk pada jabatan kekuasaan, tidak berarti bahwa Islam menempatkan wanita pada posisi warga negara nomor dua setelah laki-laki. Sebab, dalam pandangan Islam, posisi apapun seseorang, apakah sebagai rakyat ataupun penguasa adalah sama, yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain. Keduanya sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing; penguasa sebagai pelaksana aturan-aturan Allah secara langsung, sedangkan rakyat sebagai pengontrol jalannya pemerintahan dan pengoreksi penguasa.<br /><br />Adanya perbedaan ini tidak berarti yang satu lebih tinggi atau lebih mulia dari yang lain. Semua ini ditetapkan Allah sesuai dengan fitrahnya masing-masing; semata-mata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia. Sebab, nilai kemuliaan seseorang di mata Allah tidak diukur dari jenis kelaminnya, tetapi karena ketakwaan dan ketundukkanya kepada-Nya. Keberadaan keduanya di dunia ini adalah sebagai makhluk Allah yang saling melengkapi dalam menjalani kehidupan, dengan pembagian peran yang jelas dan seimbang serta tetap mengacu pada aturan yang telah Allah berikan. Dengan itulah manusia, baik pria maupun wanita, dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. <i>Wallâh a‘lam bi ash-shawâb</i>. [Majalah al-wa’ie, Edisi 54]<br /><br />Oleh: Najmah Sa’idah<br />Publikasi 25/02/2005<br /><br /><br /><br /><b>Daftar Pustaka</b><br /><br />1. Al-Hatimy, Said Abdullah Seif. 1994. Citra Sebuah Identitas; Wanita dalam Perjalanan Sejarah. Surabaya. Risalah Gusti.<br /><br />2. An-Nabhani, Taqiyyuddin. 1990. An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fi al-Islâm. Cet III. Beirut: Darul Ummah.<br /><br />3. Engineer, Ashgar Ali. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.<br /><br />4. Ilyas, Yunahar. 1997. Feminisme dalam kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer. Cet I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.<br /><br />5. Jurnal Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan, edisi XII/Nov-Des 1999<br /><br />6. Rasyid Ridha, Muhammad. Jawaban Islam Terhadap Berbagai Keraguan Seputar Keberadaan Wanita. Pustaka Progessif.<br /><br />7. Menakar ‘Harga’ Perempuan: Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi dalam Islam. 1999. Bandung: Mizan.INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-75469642104956458732010-04-08T01:31:00.000-07:002010-04-08T01:33:11.734-07:00Demi Waktu<div><a href="http://visipramudia.files.wordpress.com/2008/05/timekey.jpg"><img class="alignnone size-medium wp-image-105" src="http://visipramudia.files.wordpress.com/2008/05/timekey.jpg?w=200&h=195" alt="" width="200" height="195" /></a> </div> <div>Setiap bangsa memiliki falsafahnya sendiri tentang waktu. Bangsa Arab misalnya, mempunyai falsafah “<em>al waqtu kash shoif</em>” (waktu ibarat pedang). Maksudnya, kalau kita pandai menggunakan pedang, maka pedang itu akan menjadi alat yang bermanfaat. Tapi kalau tidak bisa menggunakannya, maka bisa-bisa kita sendiri akan celaka. Begitu juga dengan waktu, kalau kita pandai memanfaatkannya maka kita akan menjadi orang yang sukses. Tapi kalau tidak, maka kita sendiri yang akan tergilas oleh waktu.</div> <div><br />Sementara orang barat, mempunyai falsafah: “<em>time is money</em>”, waktu adalah uang. Faham ini sangat materialisme. Kesuksesan, kesenangan, kebahagiaan, kehormatan, semuanya diukur dengan materi. Maka mereka akan merasa rugi jika ada sedikit saja waktu yang berlalu tanpa menghasilkan uang. Uang menjadi tujuan hidupnya.<br /><br /><span style="font-size: medium;"><strong><span style="color: rgb(0, 153, 0);">Waktu menurut Al-Qur’an</span></strong><br /></span><br />Kalau kita simak, banyak sekali ayat-ayat Al-Qur’an yang diawali dengan menggunakan kata ‘waktu’. Misalnya <em>wadh dhuha</em> (demi waktu dhuha), <em>wal fajri</em> (demi waktu fajar), <em>wal laili</em> (demi waktu malam), dan masih banyak lagi. Dalam ayat-ayat tersebut Allah bersumpah dengan menggunakan kata waktu. Menurut para ahli tafsir, dengan menggunakan kata waktu ketika bersumpah, Allah swt., ingin menegaskan bahwa manusia hendaknya benar-benar memperhatikan waktu, karena sangat penting dan berharga dalam kehidupan manusia.<br /> </div> <div>Dalam surat <em>al-‘Ashr</em>, Allah swt. berfirman: <em>“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan supaya menetapi kesabaran.”</em> (Q.S. Al-‘Ashr: 1-3).<br />Dalam surat tersebut ditegaskan bahwa, pada dasarnya semua manusia itu berpotensi menjadi orang yang merugi, baik di dunia maupun di akhirat. Lalu siapakah manusia yang beruntung? Ternyata menurut Al-Qur’an, manusia yang beruntung itu bukanlah yang pangkatnya tinggi atau yang uangnya banyak. Tapi yang beruntung adalah mereka yang beriman, beramal shaleh, dan yang suka menasehati dalam kebenaran dan selalu bersabar.<br /><br /><span style="color: rgb(0, 153, 0);"><strong><span style="font-size: medium;">Waktu adalah ibadah</span></strong><br /></span><br />Merujuk surat Al-‘Ashr tersebut, maka konsep waktu menurut Islam adalah: Iman, beramal shaleh, senantiasa menasehati berbuat kebenaran dan bersikap sabar. Keempat kata kunci, yaitu iman, amal shaleh, kebenaran dan kesabaran, kalau boleh kita rangkum dalam satu kata dapat bermakna ‘<strong>ibadah’</strong>. Jadi konsep waktu menurut Al-Qur’an bermakna ibadah. Hal ini sejalan dengan tujuan dari penciptaan manusia itu sendiri, yakni: “<em>Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali hanya untuk beribadah kepada-Ku”.</em><br /> </div> <div>Yang dimaksud dengan ibadah bukan sekedar shalat, puasa, zakat, ataupun haji saja. Melainkan ibadah dalam pengertian luas, yaitu mencangkup seluruh aspek kehidupan, mulai dari bangun tidur, hingga bangun tidur kembali, semuanya harus diisi dengan ibadah kepada Allah swt. Ini sesuai pula dengan komitmen kita yang selalu diucapkan ketika kita melaksanakan shalat: <em>“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku, semata-mata hanya untuk Allah Ta’ala.”<br /> </em></div> <div>Menurut para ulama, semua perbuatan baik, apabila dilandasi dengan keimanan, serta diniatkan hanya untuk mencari ridho Allah swt, maka itu akan bernilai ibadah. Ibnu Taimiyah mengatakan, <em>“Ibadah adalah nama yang mencangkup segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi Allah swt, baik yang berupa perkataan maupun perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin.”<br /> </em></div> <div>Maka seorang manusia yang beriman dapat menjadikan pekerjaan dan segala aktifitasnya itu bernilai ibadah apabila didasarkan pada ketentuan-ketentuan syari’at. Dalam hal ini Allah swt. berfirman: <em>“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”</em> (Q.S. An-Nahl: 94)<br /><br /><span style="font-size: medium; color: rgb(0, 153, 0);"><strong>Jangan Sia-siakan Waktu</strong></span></div> <div><br />Oleh karena waktu merupakan hal yang sangat penting dan amat berharga dalam kehidupan manusia, maka janganlah kita menyia-nyiakan waktu jika tidak ingin menjadi orang yang merugi. Sebagai orang beriman, hendaknya kita isi waktu dengan senantiasa beribadah kepada Allah. Janganlah membuang-buang waktu, karena sekali waktu berlalu, dia tidak akan pernah kembali lagi.<br /> </div> <div>Ingatlah pesan Nabi Muhammad saw: <em>“Jadilah engkau di dunia ini seperti seorang musafir atau bahkan seperti seorang pengembara. Apabila engkau telah memasuki waktu sore, janganlah menanti datangnya waktu pagi. Dan apabila engkau telah memasuki waktu pagi, janganlah menanti datangnya waktu sore. Ambillah waktu sehatmu (untuk bekal) waktu sakitmu, dan hidupmu untuk (bekal) matimu.”</em> (H.R. Bukhari).<br /> </div> <div>Hadits tersebut mengingatkan kita agar kita selalu mempersiapkan diri dalam menghadapi kehidupan di dunia ini. Seperti halnya seorang pengembara, hendaknya selalu menyiapkan perbekalan.<br />Selain itu, Hadits ini juga mengingatkan kita agar selalu memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Jangan suka menunda-nunda waktu. Kalau kita ingin berbuat baik, lakukan sesegera mungkin. Jangan menunggu esok hari. Mumpung lagi sehat, berbuat baiklah sebanyak-banyaknya, sebab kalau sudah sakit, kita sulit untuk melakukan sesuatu. Apalagi kalau sudah meninggal, tertutup sudah kesempatan untuk beramal shaleh di dunia.<br /><br /><span style="font-size: x-small;"><em>(sumber: Konsep Waktu Menurut Al-Qur’an, An-Nahl, edisi No. 295/Tahun VI, Shafar 1429 H)</em></span></div>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-39491265229571059112010-04-03T02:04:00.001-07:002010-04-03T02:04:55.827-07:00Tugas Kita, Bukan Sekolah<p>Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Ajari kebaikan dan pilihkan sekolah agama yang baik<br /></p> <br /><img src="http://www.hidayatullah.com/images/foto/ayah-dan-anak.jpg" mce_src="/images/foto/ayah-dan-anak.jpg" width="310" align="right" height="207" /><i><b>Hidayatullah.com--</b></i>Jumat malam, menjelang penutupan tahun 2009, seorang teman mengadu. Ia begitu kecewa dengan sekolah tempat anaknya belajar. “Saya sudah bayar mahal-mahal, hasilnya cuma segitu,“ ujar pria, sebut saja namanya Ilham (35). Pekerja super sibuk ini tentu punya asalan mengapa ia begitu marah. Menurutnya, ia sudah memilih sekolah yang tepat, gedung megah, fasilitas lengkap, dan teman-teman terhormat. Semuanya sudah ada. Berkualitas. Kurang apa lagi?<br /><br />Tapi nampaknya ia kecele. Setelah beberapa tahun perjalanan perkembangan sang anak, ia tak menemui sikap dan tindakan sang buah hati seperti yang diharapkannya. Ia mengaku, anaknya punya nilai akademik di atas rata-rata. Hanya kesopan dan akidahnya di bawah rata-rata.<br /><br />Ilham adalah seorang manager sebuah perusahaan besar dengan gaji lumayan. Demi masa depan anaknya, ia bekerja banting-tulang dan pulang malam. Hanya sedikit waktu bertemu dengan buah hatinya. Hari panjangnya bertemu anak dan keluarganya hanya hari Ahad. Setiap hari, jika ia datang, ditemui anaknya sudah terlelap. Meski tak banyak waktu yang ia contohkan tentang kehidupan pada buah hatinya, ia tetap berharap, anaknya bisa menjadi anak yang baik. “Masa lalu saya cukup buruk dan tidak mengerti agama, jangan sampai anak saya ikut seperti saya, “ tambahnya.<br /><br /><b>Tauladan</b><br /><br />Anak merupakan amanah dari Allah <i>Subhanahu wa Ta’ala</i>. Karena amanah, maka kelak Dia akan meminta pertanggungjawaban kepada kita atas amanah tersebut.<br /><br />Jika anak-anak tumbuh menjadi shalih dan shalihah, tentu akan membawa keuntungan dunia dan akhirat bagi orangtuanya. Sebaliknya, jika orangtua lalai dalam mengajar dan mendidik, keberadaannya akan membawa bencana dunia dan akhirat. Banyak orangtua percaya, uang bisa “menyulap” akhlak anak. Mereka memposisikan sekolah seperti pabrik atau penitipan sepeda. Padahal seorang anak adalah manusia. Sering pula orangtua menyangka, nilai akademis selalu sejajar dengan perilaku baik dan akidah yang lurus. Banyak kasus di negeri ini orang-orang bertindah ceroboh, melakukan korupsi dan melakukan kejahatan bahkan dari orang-orang terdidik dan pandai.<br /><br />Para orangtua menilai dengan menitipkan seorang anak di lembaga pendidikan, semuanya selesai. Sementara di rumah, apa yang anak dapat tak sama dengan nilai-nilai yang diajarkan di sekolahnya. Tak ada keteladanan yang diperolah dari anak menyebabkan mereka bimbang terhadap nilai-nilai. Di sekolah ia diajarkan kebaikan, dilarang berbuat kasar, memaki, berbuat sopan, sementara di rumahnya ibu-bapaknya setiap hari berlaku kasar dan tak mencontohkan nilai-nilai kebaikan.<br /><br />Lembaga pendidikan hanya institusi menjalankan proses pendidikan dan mengenalkan nilai. Anak hanya mampir sesaat di sekolah. Hari-hari panjang justru berada di rumah. Di sinilah tugas para orangtua mengawal apa yang telah diperoleh di sekolah. Itulah sinergi terbaik antara sekolah dan orangtua. Yang terjadi sering sebaliknya. Para orangtua sering menyalahkan sekolah, padahal kesalahan ada pada orangtua.<br /><br />Sesungguhnya tugas pendidikan ada pada keluarga dan sekolah. Namun pertanggujawabannya di akhirat, di hadapan Allah SWT tetap para orangtua.<br /><br />Terkait dengan mendidik anak, di Islam memberikan tuntunan sangat baik. Di bawah beberapa tip dan tuntunan ajaran Islam:<br /><b><br />Tanamkan Akidah yang Benar</b><br /><br />Ini hal yang sangat penting. Jika anak-anak memiliki akidah yang benar, maka itu lahan subur bagi tumbuhnya kebaikan-kebaikan. Tidak ada kebaikan pada diri anak yang akidahnya melenceng. Penanaman akidah harus dimulai dari orangtua, dari rumah. Tunjukkanlah akidah yang lurus. Jika kita tak memiliki semua itu, setidaknya, pilihkanlah mereka sekolah-sekolah yang baik, di mana Islam menjadi bagian utama dari dasar pijakannya.<br /><br />Rasulullah<i> Shallallahu ‘alaihi wa sallam</i> bersabda,<i> “Wahai anak, aku akan ajarkan padamu beberapa kalimat: Jagalah Allah pasti engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk menolongmu, mereka tidak bisa menolongmu dengan sesuatu kecuali atas hal yang telah Allah takdirkan. Ketahuilah bahwa jika seluruh umat berkumpul untuk mencelakaimu, mereka tidak bisa mencelakaimu dengan sesuatu kecuali atas yang telah Allah takdirkan, pena-pena telah diangkat dan catatan-catatan telah kering.” </i>(Riwayat Ahmad dan Tirmidzi)<br /><br />Allah berfirman,<i> “Hai orang-orang beriman, peliharalah diri-diri kamu dan keluargamu dari api neraka.”</i> [QS: At Tahrim ayat 6]<br /><br /><b>Memohon Pahala</b><br /><br />Rasulullah bersabda,<i> “Jika seseorang menafkahkan hartanya kepada keluarganya dengan mengharap pahala, maka baginya adalah pahala sedekah.”</i> (Riwayat Bukhari dan Muslim dari Abu Mas’ud)<br /><br /><b>Ingatkan Shalat</b><br /><br />Shalat merupakan kewajiban paling utama seorang hamba terhadap Allah. Rasulullah menegaskan, <i>“Perintahkan anakmu untuk shalat saat usia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka.”</i> (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)<br /><br /><b>Menuntun Berakhlak Baik </b><br /><br />Mustahil mengajarkan kebaikan jika yang dilihat anak di rumah setiap jam, setiap hari justru keburukan. Di tangan orangtualah anak-anak tumbuh dan menemukan jalan-jalannya. Jika yang dilihat setiap saat buah keburukan, di masa datang, orangtua akan panen keburukan. Begitu pula sebaliknya.<br /><br />Membiasakan praktik-praktik sunnah dalam kehidupan keseharian. Misalnya makan dengan membaca "Bismillah" dan membiasakan berdoa, mengakhirinya dengan "Alhamdulillah", masuk/keluar rumah dengan “Salam”, dll. Menghapalkan doa-doa sejak sedini mungkin memberikan pengaruh besar dalam perkembangan kejiwaan anak.<br /><br />Mulailai kebaikan dari diri sendiri sebelum mengajarkan pada anak-anak kita. Sekecil apapun.<br /><br />Umar bin Abu Salamah Radhiyallahu ‘anhu saat masih kecil dalam asuhan Rasulullah, tangannya ke sana ke mari di atas makanan. Dia bersabda,<i> “Wahai anak, bacalah ‘Bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah makanan yang dekat darimu.” </i>(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Umar bin Abu Salamah)<br /><br />Tanamkan kepada mereka akhlak-akhlak mulia. Ajari berkata dan bersikap jujur, berbakti kepada orangtua, dermawan, menghormati yang lebih tua dan sayang kepada yang lebih muda, serta beragam akhlak lainnya.<br /><br />Melarang mereka dalam perbuatan yang diharamkan. Ajarkan sejak sedini mungkin beragam perbuatan yang tidak baik atau bahkan diharamkan. Tidak merokok, berjudi, minum khamr, mencuri, mengambil hak orang lain, zhalim, durhaka kepada orangtua, dan segenap perbuatan haram lainnya.<br /><b><br />Memisahkan Tempat Tidur</b><br /><br />Memasuki usia sepuluh tahun, pisahkanlah tempat tidurnya. Anak-anak pada usia ini sudah terhitung dewasa dan mendekati masa baligh (puber), gairahnya mulai muncul, maka memisahkan tidur mereka akan mencegah petaka yang tidak diinginkan. Rasulullah bersabda, “<i>…pisahkanlah tempat tidur mereka.”</i> (Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, Baihaqi, dan lain-lain)<br /><br /><b>Berbuat Adil</b><br /><br />Tidak bijak bila membeda-bedakan anak dalam berinteraksi dan menafkahi. Perlakuan pilih kasih kerap membawa permusuhan di antara saudara. Hal itu merupakan bentuk kezhaliman terhadap anak.<br /><br /> Rasulullah bersabda, <i>”Aku tidak akan bersaksi atas suatu kejahatan, takutlah kamu kepada Allah dan berbuat adillah kepada anak-anakmu.” </i>(Riwayat Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir)<br /><b><br />Lemah Lembut, Bermain, dan Mencium</b><br /><br />Rasulullah tidak segan mengajak anak-anak untuk bermain, berlaku lemah lembut, serta mendekati dan mencium mereka. Simaklah bagaimana cara Rasulullah memanggil mereka, “Wahai anakku.” Hindari cacian, cibiran, perbanyak pujian.<br /><br /><b>Tegas Saat Diperlukan</b><br /><br />Anak yang tidak pernah mendapat hukuman (saat diperlukan) akan mempunyai tabiat yang kurang bagus. Hendaklah orangtua bisa menunjukkan kepada anak-anak dan keluarganya bahwa dia adalah orang yang tegas dan keras saat kondisi mengharuskan itu.<br /><br />Rasulullah pernah bersabda,<i> “…pukullah mereka (jika meninggalkan shalat) saat usia sepuluh tahun.” </i>(Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Al-Hakim, dan Al-Baihaqi).<br /><br />Juga, <i>“Gantunglah cambuk di tempat yang bisa dilihat oleh anggota keluargamu, karena hal itu akan menjadi sebuah pelajaran.”</i> (Riwayat Bukhari dalam kitab Al-Adab Al-Mufrad)<br /><br />Selain yang terurai di atas, hendaknya para orangtua tampil menjadi teladan bagi buah hatinya, lalu mengajari ilmu yang membawa kemanfaatan dunia dan akhirat, serta tidak mendoakan yang buruk kepada mereka (anak-anak).<br /><b><br />Pertanggujawaban</b><br /><br />Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban.” Mudah-mudahan kita semua selamat di dunia dan di akhirat untuk mengantarkan anak-anak kita ketika kelak dihadapkan pada mahkamah Allah. [<b>atw/cha/<a href="http://www.hidayatullah.com/" mce_href="http://www.hidayatullah.com">www.hidayatullah.com</a></b>]INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-9167137648076610736.post-55759949863174011642010-04-03T01:55:00.000-07:002010-04-03T01:56:26.342-07:00Mulia Menjadi Ibu Rumah Tangga!<p>Survei membuktikan: gaji seorang ibu rumah tangga di atas Rp. 1 Milyar<br /></p> <p><b><br /></b><img src="http://www.hidayatullah.com/images/stories/irt.jpg" title="Illustration of Mother and Son Playing in Laundry Room" alt="Illustration of Mother and Son Playing in Laundry Room" mce_src="/images/stories/irt.jpg" width="310" align="right" height="222" /><b>DEWASA</b> ini, bila Anda memiliki seorang anak gadis, saudara perempuan yang beranjak dewasa, dan memasuki masa nikah, cobalah tanyakan kepada mereka, apakah opsi yang akan mereka pilih setelah mereka menikah nanti; menjadi seorang wanita (istri) yang bekerja meniti karier atau menjadi seorang ibu rumah tangga?<br /><br />Kemungkinan besar opsi pertama akan menjadi opsi favorit mereka lantaran “profesi” ibu rumah tangga adalah sebuah status atau profesi yang kurang (atau bahkan tidak) menjanjikan secara materi dan kurang menantang di tengah tuntutan aktualisasi diri yang mereka butuhkan, apakah benar demikian?<br /><br />Menjadi ibu rumah tangga? Ah, kalimat itu sering hanya sebagai kata-kata sinis bagi wanita-wanita sejawat jika menemui teman wanitanya yang tak meniti karier. Tapi jangan keliru, ibu rumah tangga tak seremeh yang Anda bayangkan. Ibu rumah tangga atau dikenal dengan <i>istilah stay at home mom, homemaker</i> pada hakikatnya justru adalah sebuah medan aktualisasi diri seorang wanita yang sungguh-sungguh membutuhkan ruh dedikasi yang cukup tinggi, betapa tidak? Seorang wanita dituntut untuk menunaikan sekian banyak tugas dan pekerjaan domestik dalam rentang waktu yang tidak mengenal batas, bahkan bisa dikatakan bahwa seorang ibu rumah tangga jauh lebih tangguh dan super ketimbang suaminya.<br /><br />Di sebuah situs media, <i>www.reuters.com</i>, disebutkan bahwa setelah dilakukan survei kepada 18.000 ibu-ibu rumah tangga di Toronto, Kanada, mengenai daftar pekerjaan rumah tangga mereka sehari-hari seperti memasak, membersihkan rumah, merawat anak, mengurus keluarga, dan sebagainya. Maka sebuah perusahaan standar penggajian mendeskripsikan nilai, harga, gaji atas “pekerjaan” para kaum ibu ini bila mereka digaji atas pekerjaan mereka.<br /><br />Di Kanada, dari sekian banyak tugas dan pekerjaan domestik seorang ibu rumah tangga jika digaji maka pendapatan per bulannya mencapai $124.000, bila dikurskan rupiah dengan kurs Rp 9.000/$ = Rp 1. 116.000.000 per bulan (baca: satu milyar seratus enam belas juta rupiah). <i>Subhanalloh!</i><br /><br />Jika sekian gaji yang harus diperoleh oleh seorang ibu rumah tangga maka hanya seorang suami yang CEO yang bisa memberinya uang bulanan atau minimal suaminya adalah seorang pemilik multi usaha yang sukses. Nominal tersebut tentu tidak bisa disebut sedikit dilihat dari standard negara manapun, hatta, negara paling modern dan maju sekalipun.<br /><br />Perhitungan pendapatan/gaji tersebut dikalkulasi berdasarkan jenis dan jumlah pekerjaan yang mereka lakukan, serta kuantitas waktu yang mereka habiskan sehari-hari, maka nominal Rp 1,116 M. adalah nominal yang layak bagi mereka.<br /><br />“Adalah sebuah kesalahpahaman yang sangat jamak jika pilihan seorang wanita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga dianggap lebih mudah dan lebih ringan daripada menjadi seorang wanita karier (yang bekerja ) karena seorang ibu rumah tangga digambarkan hanya duduk manis di rumah, menonton TV sambil makan camilan,” kata Lena Boltos, seorang surveyor yang melakukan survey dan kalkulasi tersebut.<br /><br /><b>Ibu adalah Sekolah</b><br /><br />Bahkan pada hakikatnya, dalam kacamata Islam, seorang ibu rumah tangga bertanggung jawab penuh atas banyak hal, mulai dari permasalahan domestik rumah tangga, seperti memasak, bersih-bersih, mengatur anggaran pembelanjaan, lebih-lebih merawat, dan mendidik anak. Problematika anak-anak pada masa kini jauh lebih kompleks dari yang diperkirakan.<br /><br />Para ibu benar-benar menjalankan sebuah “bisnis” rumah tangga, jika arti kata “<i>business</i>’ dikembalikan kepada makna aslinya, (<i>busy</i>: sibuk).<br /><br />Seorang penyair Arab mengatakan, <i>“Al Ummu Madrosatul Ula, Idzaa A’dadtaha A’dadta Sya’ban Khoirul ‘Irq”</i> (Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Jika engkau persiapkan ia dengan baik, maka sama halnya engkau persiapkan bangsa berakar kebaikan).<br /><br />Kalimat ini sering menjadi ikon dalam dunia pendidikan Islam. Maka bukanlah sebuah hal yang berlebihan bila Islam sangat mendorong kaum perempuan agar senantiasa meningkatkan kualitas pengetahuannya demi terciptanya suasana yang kondusif bagi keluarga yang membagi peran mereka sesuai kodrat alamiah yang telah Allah <i>Ta’ala </i>gariskan.<br /><br />Karenanya, adalah sangat keliru, jika para ibu masih merasa tak berharga dan menganggap dirinya tak memiliki nilai ketika menjadi ibu rumah tangga dan sibuk mengurus anak-anak mereka di rumah.<br /><br />Wahai para ibu yang sibuk di rumah, Cheer up! Berbahagialah dan berbanggalah, ucapkan Alhamdulillah karena ternyata dan terbukti “karier” Anda sangat bernilai tinggi bila dibandingkan para wanita karier konvensional di mata dunia. Yakinlah, bahwa Anda jauh lebih bernilai dan ber”gaji” tinggi di mata Allah <i>Ta’ala</i> jika Anda niatkan khidmah Anda semata-mata ikhlas <i>lillahi Ta’ala.</i></p><p>Sebagai penutup, ada pesan mulia, dari Anas<i> Radhiyallahu ‘anhu</i> ia berkata: “Kaum wanita datang menghadap Rasulullah <i>shollallahu ’alaih wa sallam</i> bertanya:<i> “Ya Rasulullah, kaum pria telah pergi dengan keutamaan dan jihad di jalan Allah. Adakah perbuatan bagi kami yang dapat menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah?” </i>Maka Rasulullah <i>shollallahu ’alaih wa sallam</i> bersabda<i>: ”Barangsiapa di antara kalian berdiam diri di rumahnya maka sesungguhnya ia telah menyamai ’amal para mujahidin di jalan Allah.”</i> (HR Al-Bazzar). [<b>Ahmad Rizal/www.hidayatullah.com</b>]</p>INTERNET BUSSINEShttp://www.blogger.com/profile/02821087880567930729noreply@blogger.com0