Kamis, 25 Maret 2010

Jangan Melakukan Zina Mata

Mata yang merupakan anugerah Allah Azza Wa Jalla, bisa mendatangkan kemuliaan, tetapi juga bisa mendatangkan laknat yang membinasakan. Mata yang selalu melihat fenomena kehidupan alam dan seisinya, dan kemudian menimbulkan rasa syukur kepada sang Pencipta, selanjutnya akan mendatangkan kemuliaan dan kebahagiaan di sisi-Nya. Sebaliknya, mata yang merupakan anugerah yang paling berharga itu, bisa mendatangkan laknat yang membinasakan bagi manusia, bila ia menggunakan matanya untuk berbuat khianat terhadap Rabbnya.

Di dalam Islam ada jenis maksiat yang disebut dengan ‘zina mata’ (lahadhat). Lahadhat itu, pandangan kepada hal-hal, yang menuju kemaksiatan. Lahadhat bukan hanya sekadar memandang, tetapi diikuti dengan pandangan selanjutnya. Pandangan mata adalah sumber itijah (orientasi) kemuliaan, juga sekaligus duta nafsu syahwat. Seseorang yang menjaga pandangan berarti ia menjaga kemaluan. Barangsiapa yang mengumbar pandangannya, maka manusia itu akan masuk kepada hal-hal yang membinasakannya.

Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali :

Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan”.

Dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda :

Pandangan adalah panah beracun dari panah-pandah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat”.

Sarah hadist itu, tak lain, seperti di jelaskan oleh Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam:

Tundukkan pandangan kalian dan jagalah kemaluan kalian”. Juga Sabda Beliau : “Jauhilah oleh kalian duduk di pinggir jalan”. Para Shahabat berkata : “Pinggir jalan itu adalah tempat duduk kami, kami tidak bisa meninggalkan”. Beliau bersabda : “Jika kalian harus duduk di jalan, maka berikanlah haknya”. Mereka berkata : “Menundukkan pandangan, dan menahan diri untuk tak menganggu, baik dengan perkataan atau perbuatan, dan menjawab salam”.

Melihat adalah sumber dari segala bencana yang menimpa diri manusia. Melihat melahirkan lamunan atau khayalan, dan khayalan melahirkan pemikiran, pikiran melahirkan syahwat, dan syahwat melahirkan kemauan, kemauan itu lantas menguat, kemudian menjadi tekat kuat dan terjadi apa yang selagi tidak ada yang menghalanginya. Dalam hal ini ada hikmah yang mengatakan :

Menahan pandangan lebih ringan dari pada bersabar atas kesakitan (siksa) setelah itu”.

Seorang penyair Arab bertutur,

"Semua bencana itu bersumber dari pandangan,
Seperti api besar itu bersumber dari percikan bunga api,
Betapa banyak pandangan yang menancap dalam hati seseorang,
Seperti panah yang terlepas dari busurnya,
Berasal dari sumber matalah semua marabahaya,
Mudah beban melakukannya, dilihat pun tak berbahaya,
Tapi, jangan ucapkan selamat datang kepada kesenangan sesaat yang kembali dengan membawa bencana".

Bahaya memandang yang haram adalah timbulnya penderitaan dalam diri seseorang. Karena tak mampu menahan gejolak jiwanya yang diterpa nafsu. Akibat selanjutnya adalah seorang hamba akan melihat sesuatu yang tidak akan tahan dilihatnya. Ini adalah sesuatu yang menyiksa, yang paling pedih, jangankan melihat semuanya, melihat sebagian saja tak akan mampu menahan gejolak jiwanya.

Seorang penyair berkata,

"Kapan saja engkau melemparkan pandanganmu dari hatimu,
Suatu hari engkau akan merasakan penderitaan, karena melihat akibat-akibatnya,
Kamu akan melihat siksa yang kamu tidak mampu melihat keseluruhannya,
Dan kamu tiak akan bersabar melihat sebagiannya saja".

Penyair lainnya berkata,

"Wahai manusia yang melihat yang haram, tidakkah pandangannya dilepaskan,
Sehingga ia jatuh mati menjadi korban".

Pandangan seseorang adalah panah yang berbisa. Namun, yang sangat mengherankan, belum sampai panah itu mengenai apa yang ia lihat, panah itu telah mengenai hati orang yang melihat.

Seorang penyair berkata,

"Wahai orang yang melemparkan panah pandangan dengan serius, kamu sudah terbunuh, karena yang kau panah, padahal panahmu tidak mengenai sasarannya".

Tentu, yang lebih mengherankan lagi, bahwa dengan sekali pandangan, hati akan terluka dan akan menimbulkan luka demi luka lagi dalam hati. Sakit itu tidak akan hilang selamanya, dan ada keinginan mengulang kembali pandangannya. Ini pesan yang disampaikan dalam bait-bait syair ini,

"Terus menerus kamu melihat dan melihat,
Setiap yang cantik-cantik,
Kamu mengira bahwa itu adalah obat bagi lukamu,
Padahal sebenarnya itu melukai luka yang sudah ada".

Sebuah hikmah yang mengatakan, “Sesungguhnya menahan pandangan-pandangan kepada yang haram lebih ringan daripada menahan penderitaan yang akan ditimbulkan terus menerus”.

Jagalah matamu, dan jangan engkau kotori setitik debu dosa, yang akan mengantarkan dirimu kepada kebinasaan, karena pengkhianatan kepada Allah Azza Wa Jalla. Matamu adalah anugerah agar mengenal-Nya, dan kemudian beribadah kepada-Nya, menggapai ridho-Nya. Jangan dengan matamu itu, engkau campakkan dirimu ke dalam nafsu durhaka, yang membinasakan.

Betapa banyak manusia yang mulia, berakhir dengan nestapa dan hina, karena tidak dapat mengedalikan matanya. Matanya tidak dapat lagi menyebabkan seseorang menjadi bersyukur atas anugerah nikmat, yang tak terbatas, yang tak terhingga, bagaikan sinar matahari, yang selalu menerangi alam kehidupannya.

Tetapi, karena matanya yang sudah penuh dengan hamparan nafsu itu, hidup menjadi penuh dengan gulita,yang mengarahkan seluruh kehidupannya hanya diisi dengan segala pengkhianatan terhadap Rabbnya. Wallahu’alam.

Cara Bertaubat Memakan Barang Haram

Allah swt memerintahkan setiap hamba-Nya untuk mencari penghasilan dengan cara-cara yang dihalalkan serta memakan makanan yang baik-baik lagi dihalalkan menurut agama, sebagaimana firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُواْ مِمَّا فِي الأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ ﴿١٦٨﴾
إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاء وَأَن تَقُولُواْ عَلَى اللّهِ مَا لاَ تَعْلَمُونَ ﴿١٦٩﴾


Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al Baqoroh : 168 – 169)

Ketika seorang hamba melanggar perintah Allah diatas untuk mencari makan-makanan yang dihalalkan lagi baik dengan melakukan hal yang sebaliknya yaitu mencari makanan yang diharamkan maka sesungguhnya orang itu telah diperdaya oleh setan dan masuk ke dalam perangkapnya yang menjanjikan kesengsaraan dan penyesalan di dunia dan akherat. Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya setan mengalir didalam tubuh manusia seperti aliran darah. Sesungguhnya aku khawatir dia (setan) akan menanamkan kejahatan didalam hati kalian.” (Muttafaq Alaih)

Kebersihan dan kehalalan makanan seseorang sangat mempengaruhi kebersihan jiwanya karena itu doa yang dilantunkan oleh seorang yang kotor jiwanya dikarenakan ketidakhalalan makanan yang dimakannya maka tidaklah diterima oleh Allah swt, sebagaiman yang disebutkan Rasulullah saw bahwa seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh dengan rambut yang kusut lagi berdebu yang menengadahkan kedua tangannya ke langit wahai Tuhan wahai Tuhan sementara makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram diberi makanan dengan yang haram maka bagaimana ia akan dikabulkan.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya apa-apa yang diusahakan seseorang dengan cara-cara yang diharamkan itu tidaklah diterima Allah swt dan tidak banyak memberikan manfaat baginya baik di dunia apalagi di akherat, justru itu semua akan menjerumuskannya kedalam kesengsaraan di dunia dan siksa neraka di akherat.

Namun demikian, sesungguhnya pintu taubat masih terbuka selama nyawa belum berada di kerongkongan seorang pendosa. Karena itu hendaklah setiap hamba yang selama ini mencari penghasilan dengan cara-cara yang tidak dibenarkan agama atau memakan barang-barang yang diharamkan agama segeralah kembali kepada Allah swt dan bertaubat dari perbuatannya itu serta memohon ampunan dari-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Penerima Taubat.

Firman Allah swt :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim : 8)

Seorang yang bertaubat dengan taubat nasuha atas perbuatan dosanya itu, yaitu memakan barang yang diharamkan Allah swt hendaklah melakukan hal-hal berikut :

1. Meninggalkan kemaksiataan yang dilakukannya.

2. Menyesali perbuatannya.

3. Bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya, menghentikan perbuatan yang diharamkan tersebut lalu beralih dengan memakan barang-barang yang halal lagi baik sebagaiman diperintahkan agama.

إِلَّا مَن تَابَ وَآمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُوْلَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا ﴿٧٠﴾
وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَابًا ﴿٧١﴾


Artinya : “Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan orang-orang yang bertaubat dan mengerjakan amal saleh, Maka Sesungguhnya Dia bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya.” (QS. Al Furqon : 70 – 71)

Kemudian jika orang itu masih menyimpan barang-barang orang lain yang diambilnya dengan cara yang tidak dibenarkan atau zhalim maka diwajibkan baginya untuk mengembalikannya kepada si pemiliknya jika dirinya mengetahui keberadaan orang tersebut, sebagaimana sabda Rasulullah saw,”Janganlah salah seorang diantara kamu mengambil barang saudaranya, baik dengan sungguh-sungguh atau main-main. Dan apabila salah seorang diantara kamu bermaksiat (mengambil barang) saudaranya maka dia harus mengembalikannya.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi)

Akan tetapi jika dirinya tidak mengetahui keberadaannya atau susah ditemukan maka dibolehkan baginya untuk menyedekahkan barang tersebut atas nama si pemiliknya ke tempat-tempat kebaikan kaum muslimin, seperti : pembangunan masjid, jembatan, sekolah, rumah sakit dan lainnya.

Wallahu A’lam

Kamis, 11 Maret 2010

BUKU PENGALAMAN PARENTING : MIRACLES AT HOME [versi lengkap]

BUKU MIRACLES AT HOME

Buku Parenting - Miracles At HomeRumahku syurgaku. Rasanya selama beberapa tahun saya tak mengerti bagaimana sebuah rumah merupakan syurga yang tenang, damai, dan menyenangkan. Hari-hari saya dihiasi oleh rengekan, tangisan, teriakan, dan amukan anak-anak. Ditambah lagi teriakan pembantu yang panik melihat anak kedua saya (2,5 tahun) dipukul, dicubit atau dibenturkan oleh anak pertama (5,5 tahun).

Inilah kondisi saya sampai akhir tahun 2008. Saya adalah seorang Ibu dari dua orang anak, wanita karir, dan seorang dokter. Saya banyak menghabiskan waktu saya di luar rumah. Hal ini saya lakukan karena alasan keuangan.

Selama bertahun-tahun saya berada dalam kondisi seperti ini. Semakin hari, kondisi anak saya semakin mengkhawatirkan. Anak pertama saya suka memukul, mengamuk, membangkang dan berbagai perilaku buruk lainnya. Selain perilaku yang buruk, anakku juga mengalami susah makan, susah mandi, tidak mau belajar, dan sering terlambat sekolah. Dan satu hal yang membuatku khawatir lagi yaitu dia sangat pemalu dan tidak percaya diri dalam bergaul. Saya takut sekali mengingat keadaan anakku seperti ini karena sebentar lagi dia harus masuk SD. Bagaimana dia bisa menjalani hari-harinya di sekolah nanti?

Saya benar-benar tertekan oleh kondisi ini. Selama ini saya mengasuh anak dengan agak keras. Saya sulit untuk menahan emosi sehingga sering memarahi anak-anak. Kadang-kadang saya membentak dan mencubit mereka. Saya berusaha sabar, tapi susah sekali. Saya berusaha mendidik dan mengarahkan mereka akan tetapi semakin hari kondisi anak-anak saya tak berubah, malah semakin memburuk.

Saya benar-benar merasa tertekan dan ingin menyelesaikan masalah ini. Dan saya bersyukur karena pada akhir tahun ini saya dipertemukan dengan pelatihan parenting dan buku-buku tentang pengasuhan anak yang memberikan motivasi untuk mengubah teknik pengasuhan yang saya pakai selama ini. Saya juga diberi tips-tips untuk mengatasi masalah pengasuhan yang saya hadapi. Alhamdulillah anak saya mengalami banyak perubahan.

Dalam penerapan teknik pengasuhan yang baru yang pelajari ini, saya mengalami banyak kesulitan yang saya coba atasi dengan terus membaca buku-buku parenting dan menerapkannya. Hasilnya adalah setiap hari saya mendapatkan Miracles at Home dan mendapatkan banyak pengetahuan baru tentang parenting ini.

Dari pengalaman dan buku-buku yang saya baca, saya berusaha memformulasikan suatu teknik singkat yang praktis dan mudah diingat untuk mengubah kondisi keluarga yang penuh kekacauan karena perilaku buruk anak dalam waktu yang singkat. Kita bisa mengubah satu persatu perilaku buruk anak dalam hitungan hari dan dapat memotivasi anak melakukan hal-hal yang kita inginkan.

Teknik singkat ini sudah mendapat kajian oleh seorang psikolog yaitu Fitriani F. Syahrul S.Psi sehingga isinya benar-benar sesuai dengan sudut pandang psikologi. Teknik yang saya pakai adalah teknik PARENTING.

Teknik PARENTING

P = Pengasuhan anak

Tinggalkan teknik pengasuhan konvensional yang bersifat turun temurun, otoriter, membolehkan kekerasan, terlalu memanjakan, dll.

Beralihlah ke PARENTING untuk mendapatkan anak yang sholeh.

A = Anak adalah anugrah

Anak adalah anugrah terindah yang Allah berikan. Semua perilaku buruk anak adalah latihan mereka dalam menyikapi sesuatu yang harus kita bimbing.

Semua perilaku baik, kitalah yanag bertanggung jawab untuk mengarahkan.

Karena anak adalah anugrah maka kita mencintainya dan harus mendidiknya dengan penuh kasih sayang, kelembutan dan kebijakan.

R = Redam amarah

Rasa tertekan pada anak karena dimarahi, dibentak, dipelototi, dipukul, dan berbagai kekerasan mental dan fisik lain yang bersumber dari penanganan anak secara emosional adalah awal dari kesulitan kita membuat anak patuh pada arahan kita.

Kekerasan juga berpengaruh buruk pada perkembangan jiwa anak.

Untuk bisa mengarahkan perilaku anak, kita harus menghindari rasa tertekan anak dengan meredam emosi kita dan meninggalkan kekerasan fisik maupun mental.

E = Empati mendengarkan

Kedekatan akan muncul dari keterbukaan. Setelah kita belajar meredam amarah, kita harus belajar mendengarkan anak di setiap kasus/masalah pengasuhan yang terjadi (misalnya : anak menangis, rewel, mengamuk, mogok makan, dll). Mendengarkan akan membentuk kedekatan dan mengarahkan anak untuk patuh pada arahan-arahan kita.

N = Notifikasi pembicaraan dan tindakan

Setelah meredam amarah dan empati mendengarkan, maka mulailah mencatat pembicaraan dan tindakan kita agar merupakan kombinasi dari :

Kata-kata ungkapan kasih sayang, arahan untuk berperilaku baik dan menghindari perilaku buruk, pujian untuk mengarahkan perilaku baik, dan punishment bijak untuk menghentikan perilaku buruk.

Notifikasi ini merupakan inti dari pendidikan kita terhadap anak.

T = Tanamkan energi positif

Berikan predikat positif sesuai harapan kita (anak sholeh, anak rajin, anak baik hati, dll.) dan hilangkan semua predikat negatif (anak nakal, anak pemalas, anak pemalu, dll.). Ulang predikat positif sesering mungkin.

I = Istiqomah

Pastikan semua langkah PARENTING dilaksanakan secara istiqomah/konsisten.

NG = meNGadakan time out

Gunakan time out bila :

- emosi anak tak dapat dikendalikan. Time out berguna untuk melatih anak meredakan emosi.

- Menghentikan perilaku buruk yang sulit dihentikan dengan kata-kata.

Itulah teknik dasar PARENTING. Untuk lebih memahami teknik ini dan bagaimana aplikasinya, maka disarankan untuk memiliki BUKU MIRACLES AT HOME yang berisi teknik dasar parenting, tahapan pelaksanaannya, cara menganalisis masalah yang akan ditangani, dan beberapa kisah nyata penggunaan PARENTING dalam menangani beberapa masalah pada anak yang dapat memberikan inspirasi bagi para orang tua. Selamat mendapat Miracles at Home.

Tips Memilih Sekolah untuk Anak Pra Sekolah

Beberapa bulan kedepan tahun ajaran baru akan segera di mulai. Meski masih cukup lama, tidak ada salahnya kita mulai merencanakan memilih sekolah untuk anak kita. Sebagai orang tua tentu kita ingin pendidikan yang terbaik untuk anak-anak kita bukan? Terutama untuk anak usia dini karena mereka berada pada masa usia keemasan (0 s.d 8 tahun) yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka kedepan. Karena itu, pemilihan sekolah sebagai lembaga yang memberikan layanan pendidikan anak usia dini menjadi hal yang harus diperhatikan, mengingat banyak sekolah yang masih belum menerapkan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Beberapa diantaranya masih menerapkan pembelajaran konvensional yang satu arah. Anak masih dijadikan objek pembelajaran, bukan subjek pembelajaran sehingga. kretaivitas anak seperti digembok. Belum lagi, peletakan bermain yang hanya sebagai selingan kegiatan belajar, bukan inti pembelajaran. Padahal lewat bermain-lah anak belajar. Belajarnya anak ya bermain.

Sulit memang memilih sekolah yang benar-benar berkualitas dan tidak menyalahi filosofis pendidikan anak usia dini. Meskipun di kota besar banyak sekali pra sekolah yang menawarkan berbagai keunggulannya, tapi kita harus hati-hati dalam menentukan pilihan. Kita perlu mengumpulkan informasi sebanyak mungkin sebelum membuat keputusan. Sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang profesional dalam memberikan stimulasi positif untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Banyak sekolah yang menyatakan diri sebagai sekolah yang berkualitas dengan menjual gedung dan fasilitas pendidikan yang lengkap atau memiliki jargon sebagai sekolah berstandar internasional. Padahal bisa jadi pembelajarannya tidak sebaik gedung atau jargon yang dielu-elukan.

Beberapa poin berikut merupakan hal yang bisa kita lakukan dalam memilih sekolah yang terbaik bagi putra-putri kita

  • Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dari media cetak, elektronik, internet atau dari teman dan keluarga tentang sekolah yang berkualitas. Jika memungkinkan, datang ke pameran pendidikan sehingga kita bisa mendapatkan informasi yang lebih lengkap langsung dari lembaganya.
  • Setelah menetukan beberapa pilihan, lakukan observasi dengan mendatangi langsung ke sekolah. Tanyakan banyak hal seditail mungkin pada pihak sekolah mengenai kurikulum dan profil sekolah, jumlah quota siswa per kelas, latar belakang pendidikan guru dan kepala sekolah, prestasi yang pernah diraih sekolah, biaya dan sistem pembayaran, fasilitas pendidikan, status sekolah serta yayasan yang menaungi sekolah.
  • Tanyakan status atau akreditasi sekolah dan perijinannya (banyak orang tua yang lupa menanyakan ini, padahal meskipun pra sekolah, hal ini sangat penting karena ijin dari diknas menjadi salah satu indikator kualitas sebuah lembaga pendidikan).
  • Lakukan observasi tentang keadaan fisik sekolah, mulai dari suasana kelas, kantin, fasilitas olah raga dan kamar kecil serta tempat ibadah. Apakah cukup bersih untuk kenyamanan belajar anak kita? anak usia dini kondisi fisiknya masih rentang terhadap berbagai penyakit, sehingga kebersihan menjadi hal penting untuk diperhatikan.
  • Lakukan observasi kelas ketika pembelajaran sedang berlangsung untuk melihat kemampuan guru mengajar dan pembelajaran yang dilakukan (jika anda tidak diijinkan pihak sekolah untuk melakukan observasi kelas, nyatakan bahwa anda sebagai orang tua calon siswa berhak untuk melakukannya).
  • Jangan lupa ajak anak untuk melihat sekolah yang akan dipilih. Libatkan mereka dalam pengambilan keputusan.
  • Jangan mudah tertipu dengan fasilitas dan jargon sekolah. Bisa jadi sekolah sederhana ternyata memiliki guru yang kreatif sehingga bisa merubah kesederhanaan menjadi media belajar yang kaya makna bagi anak. Sebaliknya, sebaik apapun fasilitas dan kurikulum yang disuguhkan akan menjadi tidak bermakna ketika guru tidak mampu menghidupkannya.
  • Usia prasekolah adalah usia emas ketika anak menyerap berbagai nilai dan norma kehidupan. Pilihlah sekolah yang memiliki guru-guru yang shaleh dan shalehah sehingga anak-anak bisa menyerap ruh spiritualitas yang terpancar dari keindahan akhlak mereka. Pilihlah sekolah yang memiliki guru-guru yang ikhlas dalam mengajar anak-anak kita.

Setelah mendapatkan berbagai informasi dan melakukan observasi, jangan lupa untuk berdiskusi dengan pasangan dan anak kita. Sebelum mengambil keputusan final, tidak ada salahnya kita beristikharah, memohon pada Allah supaya menunjukan sekolah yang terbaik untuk anak kita. Sebagai seorang muslim, kita harus senantiasa melibatkan Allah dalam setiap keputusan yang kita ambil, termasuk dalam memilih sekolah untuk anak kita. Kadang kala kita menganggap hal ini terlalu kecil. Tapi bukankah anak adalah amanah besar yang Allah titipkan pada kita? Kita harus senantiasa memberikan pendidikan yang terbaik bagi mereka, karena semuanya akan kita pertanggungjawabkan kelak di hadapan-Nya. Dan hanya Allah-lah yang tahu sekolah mana yang cocok untuk anak kita. Wallahualam.

Endah Silawati, http://parentingislami.wordpress.com

Tips Memilih TK Yang Tepat


Hari-hari ini, kesibukan orangtua bertambah satu lagi: mencari dan memasukkan anak ke Taman Kanak-kanak alias TK. TK seperti apa, sih, yang bagus untuk anak?

"Anak saya sudah 4 tahun. Rencananya tahun ini mau saya sekolahkan. Tapi di mana, sih, TK yang bagus?" Bingung! Umumnya itu yang dialami para orangtua saat hendak menyekolahkan anaknya. Jangankan mereka yang belum berpengalaman. Yang sudah berpengalaman menyekolahkan anaknya pun, masih sering bingung, kok!

Tapi itu wajar, kok. Maklum, orangtua selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Termasuk soal pendidikan/sekolah. Apalagi menentukan si anak akan masuk TK mana. Soalnya, biasanya TK merupakan "sekolah" yang pertama bagi anak. "Kalau di TK saja anak sudah punya pengalaman jelek, bisa-bisa dia mogok sekolah selamanya," begitu alasan orangtua. Apalagi, jika anak tak memperoleh apa yang seharusnya ia terima selama di TK, orangtua cemas, anaknya mengalami kesulitan saat masuk Sekolah Dasar (SD).

BERMAIN SAMBIL BELAJAR

Jadi, TK macam apa yang harus dipilih? Pilihannya terlalu beragam. Masing-masing TK menawarkan fasilitas yang menggiurkan. Tentu saja dengan konsekuensi biaya yang lebih tinggi. Toh, orangtua cenderung melupakan soal biaya dan tetap mengejar kelengkapan fasilitas yang disediakan TK.

Padahal, kelengkapan fasilitas bukan faktor yang paling menentukan. Program kegiatan belajar, materi pembelajaran, dan seperti apa guru-gurunya, seharusnya juga jadi bahan pertimbangan bagi orangtua. Untuk metoda, menurut Laurentia Tridjaja yang sudah 23 tahun menjadi kepala TK, "Pilih yang lebih banyak menerapkan metode bermain sambil belajar ketimbang yang mengajar secara klasikal." Bermain, kata Laurentia, merupakan cara belajar yang paling efektif. Sebab, dunia anak adalah dunia bermain. Lewat bermain, anak bukan hanya bisa mengembangkan otot-ototnya, baik otot besar maupun otot halus seperti perkembangan motorik kasar dan halus, tapi juga bisa berfantasi dan mengekspresikan diri.

Lewat bermain pula, sambung Laurentia, anak juga bisa berkomunikasi satu dengan lainnya, bersosialisasi, dan kelak dapat bermasyarakat. "Jadi, bermainnya harus yang punya arti buat anak. Dia bisa mengembangkan imajinasinya, selain bisa melihat bagaimana, sih, dunia yang sesungguhnya. Dia bisa memahami keberadaan di lingkungannya bahwa ia tak sama dengan anak lain, bisa mengikuti peraturan, tata tertib dalam bermain, dan disiplin-disiplin yang diberikan," terang mantan Kepala TK Strada Tamansari, Jakarta Barat ini.

Keunggulan lain metoda bermain sambil belajar adalah seluruh aspek pancaindera anak dipakai dan dikembangkan dalam bermain. Bagaimana pengamatan dia, penciumannya, perabaannya, dan lainnya. "Jangan salah, lo, di TK juga ada pengajaran mengenalkan anak pada bermacam-macam bau sehingga ia bisa membedakan bau minyak kayu putih, jahe, dan lainnya. Jadi, di rumah, ia tahu soal bumbu dapur, misalnya," sambung Laurentia.

SAMBIL CERITA

Nah, semua itu, kata Laurentia, sesuai dengan tujuan pendidikan di TK. Yakni, membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, serta daya cipta yang diperlukan anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. "Jadi, orangtua jangan berharap bahwa di TK itu anaknya nanti diajari baca-tulis dan matematika seperti di SD. Tidak. Karena TK bukan SD mini. Yang kita lakukan adalah pembentukan perilaku melalui pembiasaan-pembiasaan dan peningkatan kemampuan dasar," terang mantan Kepala TK Strada St. John Berchmans, Jakarta Pusat ini.

Contoh pembiasaan, lanjutnya, antara lain moral Pancasila, agama, disiplin, perasaan atau emosi, dan kemampuan bermasyarakat. "Jadi, melalui pembiasaan ini, anak dievaluasi bagaimana emosinya, bagaimana dia bermain di dalam kelompoknya atau kemampuan bersosialisasinya," jelas Laurentia. Sementara melalui peningkatan kemampuan dasar, anak dikembangkan bidang bahasa dan daya pikirnya.

Karena itu, metoda pembelajarannya tak melulu secara klasikal di mana guru berdiri di depan kelas sambil menerangkan sesuatu. Sebaliknya, dilakukan dengan cara bercakap-cakap, bercerita dengan menggunakan macam-macam gambar besar, story reading, gambar seri, sandiwara boneka, dan sebagainya. Anak juga diberi tugas atau praktek langsung semisal menirukan suara binatang tertentu atau cara berjalan si binatang. "Atau tugas yang berfungsi mengembangkan daya cipta seperti melukis, melipat, menggunting, dan sebagainya," kata lulusan SPG-TK St. Maria Jakarta ini.

Meski semua itu dilakukan sambil bermain, tuturnya lebih lanjut, "Bukan asal bermain saja melainkan bermain yang kreatif dan menyenangkan anak. Juga dilengkapi alat peraga sehingga anak jadi lebih mempunyai minat dan lebih tertarik." Alat peraga, tuturnya, diperlukan karena anak usia TK belum mampu berpikir abstrak. "Kalau kita mengajarkan suatu benda, harus diperlihatkan bendanya," tukas Laurentia.

KONSEP RUANG

Masih menurut Laurentia, yang pertama-tama perlu dikembangkan pada anak prasekolah ialah konsep ruang. Misalnya, di dalam dan di luar. Itu pun ada alat peraganya, misalnya kotak dan bola. Guru memasukkan bola ke dalam kotak, lalu mengeluarkannya sambil memberikan penjelasan dengan bahasa yang dimengerti anak. "Konsep tata letak kiri dan kanan juga harus diajarkan. Ini bisa diajarkan dalam berbaris. Si A sekarang barisnya di depan siapa, lalu si B di belakangnya siapa. Si C di samping kirinya siapa, dan sebagainya. Dengan cara ini, anak, selain mengenal temannya lebih dekat, juga dia tahu letak posisi," papar Laurentia.

Konsep tata letak, lanjutnya, sangat berguna untuk anak belajar menulis nantinya. Sebab, dalam menulis, anak pun harus tahu tata letaknya. Misal, menulis huruf b, perutnya harus ada di sebelah kanan dari garisnya. Atau menulis angka 3. "Sering terjadi, anak tak tahu menulis angka 3. Ada yang menulisnya dalam posisi tidur, bahkan ada yang menulisnya ke kanan seperti huruf E," tambahnya.

Jadi, tandas Laurentia, meski pembelajarannya bukan bersifat kognisi yang mementingkan baca-tulis dan menghitung, tapi tetap berguna untuk perkembangan kognisi anak nantinya. Sebab, "Itu semua merupakan dasar untuk perkembangan selanjutnya," tandas Sarjana Pendidikan jurusan Psikologi Pendidikan & Bimbingan dari Universitas Atmajaya Jakarta ini. "Jika anak sudah paham betul letak posisi, saya rasa akan dapat menghindarkan dia dari menulis terbalik dan sebagainya. Tentu pengajarannya harus berulang-ulang, nggak bisa hanya sekali diajari terus anak langsung mengerti," katanya lagi.

Namun begitu, perlu pula diperhatikan orangtua, apakah TK tersebut juga melihat potensi perkembangan anak secara individual atau tidak. Misalnya, di kelas ada seorang anak yang tingkat kecerdasannya di atas rata-rata atau malah sebaliknya. "Untuk anak-anak seperti ini tentunya perlu penanganan khusus. Maksudnya, kita tak boleh menyamaratakan dengan teman-temannya yang lain, karena potensinya berbeda. Jadi, kita harus betul-betul melihat atas keunikan masing-masing anak dan itu harus dijalankan secara individual," terang Laurentia.

HARUS KERJASAMA

Oleh sebab itu, sambungnya, guru sangat berperan di TK. "Kalau gurunya tak kreatif, tak bisa menciptakan situasi belajar-mengajarkan yang menyenangkan, anak tak akan tertarik dan proses pembelajaran pun jadi tidak optimal," katanya. Kendati demikian, lanjutnya, "Kita tak bisa mengatakan, sekolah itu bagus karena guru-gurunya 'hebat'. Sebetulnya, yang membuat si guru 'hebat' adalah bagaimana dia bisa berkomunikasi dengan orangtua. Jadi, harus ada kerjasama antara guru dan orangtua."

Laurentia mengingatkan, anak berada di "sekolah" hanya beberapa jam. "Waktu yang paling lama adalah di rumah. Jadi, apa yang sudah diajarkan pihak TK, disiplin yang sudah diajarkan, tata tertib, pembiasaan yang baik, dilanjutkan di rumah," katanya. Baik juga bila pengasuh anak diajak kerjasama. Apalagi jika kedua orangtua bekerja dari pagi dan baru pulang sore atau malam, sehingga anak lebih banyak bersama pengasuhnya. "Pentingnya kerja sama ini bukan hanya sampai ke orangtua tapi juga pengasuh," tandasnya.

Pendek kata, tegas Laurentia, "Sebagus apa pun TK, jika tak ada kerjasama yang baik dengan orangtua, hasilnya tak akan optimal seperti yang kita harapkan. Kalau anak pintar tapi emosinya kurang baik, kan, tak seperti yang kita harapkan. Karena kita bukan hanya mengembangkan kognisi anak tapi juga bagaimana agar anak tahu aturan, berelasi dengan teman-temannya, bersosialisasi dengan baik, bisa mengekspresikan dirinya."

Ia juga mengingatkan, orangtua tak bisa sepenuhnya mengandalkan sekolah. Sebab, sekolah sebenarnya hanya membantu orangtua dalam mendidik anak. "Tetap kita, sebagai ayah dan ibu, adalah pemeran utama dalam mendidik anak!" tegasnya.

Masalah Jarak Rumah Ke TK

Perjalanan yang jauh membuat anak lelah. Ini akan berpengaruh pada emosinya. Ia jadi mudah tersinggung dan marah, yang tentunya bisa berakibat buruk dalam hubungannya dengan teman-temannya. Ia pun tak bisa mengikuti program pembelajaran dengan optimal.

Selain itu, jarak yang terlalu jauh membuat jadwal harian anak harus berubah. Ia harus tidur lebih sore karena esoknya harus bangun pagi-pagi sekali. Waktu tidur siangnya juga berubah. Di "sekolah", ada kemungkinan ia akan mengantuk dan ini berarti akan mengganggunya dalam mengikuti berbagai kegiatan.

Belum lagi jika terjadi kemacetan di perjalanan, yang berarti jadwal hariannya kembali berubah. Orangtua perlu melengkapi anak dengan bekal makan siang, baju ganti, mainan, dan sebagainya. Pendeknya, orangtua tambah repot, anak pun semakin jauh dari rasa happy.

Sudah Siapkah Si Kecil

Faktor kesiapan anak cukup berpengaruh terhadap "keberhasilan"nya selama menjalani proses belajar di TK. Selain dari segi usia memang sudah waktunya, si kecil pun harus sudah berkurang ketergantungannya pada orang lain, terutama pada orangtua. Bila tidak, bisa setiap hari Anda harus menungguinya dan bahkan menemaninya di dalam kelas.

Padahal, tak setiap TK membolehkan anak ditunggui dan ditemani seperti itu. Kalaupun boleh, hanya selama beberapa hari pertama saja. Selanjutnya, anak sudah harus masuk sendiri ke dalam kelas dan bergabung dengan teman-temannya sekelas.

Selain itu, tambah Laurentia Tridjaja, juga harus ada minat dari si anak sendiri untuk "sekolah". Nah, tugas orangtua untuk memotivasi anak agar tumbuh minatnya terhadap "sekolah". Antara lain dengan memberikan masukan positif tentang "sekolah". Misalnya, si kecil tertarik saat melihat gambar seorang pilot lalu mengatakan ingin jadi pilot. Orangtua bisa mengatakan, "Kalau kamu mau jadi pilot, kamu harus sekolah. Kalau di rumah saja, nggak bisa."

Kendati demikian, Laurentia mengingatkan, "TK sebetulnya bukan prasyarat untuk masuk SD. Jadi tak apa-apa kalau anak tidak dimasukkan ke TK." Hanya saja, memang ada bedanya antara anak yang masuk TK dan tidak. "Anak yang masuk TK biasanya sudah biasa ditanamkan sosialisasi yang baik. Keuntungan lain, dia jadi lebih bisa mengendalikan diri karena sudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, tak terlalu egois lagi. Dia bisa belajar berbagi. Kemandiriannya juga terbantu," terangnya.

Namun begitu, kita sebenarnya juga tak perlu cemas jika karena sesuatu hal si kecil tak dapat masuk TK. Sebab, kata Laurentia, "Sebenarnya semua itu bisa diterima anak di rumah asalkan orangtua mau mengajarinya."

Julie Erikania